Teya Salat
MENJADI HAMBA ALLAH
Pada pelantikan pengurus Yayasan Serba Bakti PP.Suryalaya Pusat, Pangersa Abah Anom (Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin) pada tgl 19-11-2008 mengatakan, bahwa:
Menjadi (apapun) jangan menjadi tujuan, melainkan harus dipandang sebagai wahana atau lahan untuk beramal, lahan untuk beribadah, lahan untuk menghamba dan mengabdikan diri secara ikhlas, sehingga tumbuh rasa pengabdian diri dengan niat yang tulus, ikhlas semata-mata karena Allah yang dilandasi rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita semua. Caranya adalah dengan memperbanyak dzikrulloh, sebagaimana firman-Nya dalam Hadits Qudsi, yang artinya:
"Apabila kamu berdzikir kepada-Ku, maka kamu telah syukur kepada-Ku. Akan tetapi jika kamu lupa kepada-Ku, maka kamu telah kufur".

Juga menurut Pangersa Abah, adakah kita merasakan kehadiran Pencipta di saat kita berdiri, duduk dan berbaring?. Apakah hati merasa ridlo dan ikhlas jika dalam kehidupan timbul ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

Pangersa Abah juga mengatakan, hamba Allah adalah hamba yang senantiasa mengabdikan diri pada Tuhannya. Hamba Allah adalah hamba yang selalu merasakan kehadiran Penciptanya di manapun dia berada. Hamba Allah adalah hamba yang dengan setia melayani, senantiasa memohon pertolongan, ampunan, dan bimbingan, hanya kepada Allah dengan hati yang ridho, sebagaimana firmannya dalam surat al-baqoroh ayat 5, yang artinya:
"Hanya kepada Engkau kami menyembah, dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan".

Bagi hamba Allah, apapun yang terjadi, baik terhadap dirinya, hartanya, keluarganya, kedudukannya, jabatannya, harus senantiasa ikhlas, karena apa yang terjadi itu hakikatnya adalah antara dirinya dengan Sang Pencipta. Bagaimanapun perlakuan orang lain, sekalipun menyakitkan, bagi hamba Allah itu adalah pemberian yang indah dari Sang Penguasa. Dengan demikian tidak perlu sakit hati, marah atau dendam pada sesama, karena semua itu terjadi semata-mata antara dirinya dengan Allah. Orang lain dan semua yang ada, hanyalah hiasan semata, untuk menguji apakah dirinya tetap konsisten pada tujuannya atau tidak. Hamba Allah senantiasa sabar dalam menerima cobaan dan ujian, semuanya dikembalikan kepada Allah dengan mengharap ridlo-Nya, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Huud ayat 11, yang artinya:
"Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan mengerjakan amal sholeh, mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar".

Selanjutnya Pangersa Abah berkata, hidup ini ibarat sebuah perjalanan untuk menuju tujuan yang mulia, pertemuan yang indah dengan Sang Pemilik kehidupan. Apapun yang ditemui di tengah jalan itu hanyalah kembang perjalanan, keindahan sementara, fatamorgana dan maya, bukanlah hakikat perjalanan itu sendiri. Oleh karena itu, berhati-hatilah jangan sampai tertipu daya oleh syetan yang senantiasa menyelinap dalam hati kita masing-masing.

***