📠 My Blog

Keberuntungan

Dapat dipastikan bahwa semua manusia menginginkan kebahagiaan, keberhasilan dan keberuntungan dalam kehidupannya, kecuali tentunya orang-orang yang putus asa dan menginginkan kematian dirinya dengan cara bunuh diri.

Tetapi sebaliknya, Allah swt malah telah mempastikan, bahwa semua manusia selamanya, sepanjang waktunya itu berada dalam kerugian, sebagaimana firman-Nya:



"Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menta'ati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran".
(QS.Al-Ashr: 1-3).


Dari firman Allah tersebut dapat diambil suatu pelajaran, bahwa untuk mendapatkan suatu keberuntungan dalam tiap waktu yang dilalui, maka diperlukan 4 pokok untuk dilaksanakan, yaitu:
  • 1. Keimanan.
  • 2. Amal sholeh.
  • 3. Ketakwaan.
  • 4. Kesabaran.

Pengertian Iman

Menurut Imam Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam kitab Taudhiih wal Bayaan li Syaratil Iimaan, iman adalah:

ﺑﺎﻟﻘﻠﺐ ﺗﺼﺪﻳﻖ, ﻭﺇﻗﺮﺍﺭﺑﺎﻟﻠﺴﺎﻥ,ﻭﻋﻤﻞ ﺑﺎﻷﺭﻛﺎﻥ

“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”.

Tidak akan ada pembenaran dalam hati apabila tidak ada keyakinan akan sesuatu yang diyakininya, dan atas dasar keyakinan itulah akhirnya lidah bicara tentang apa yang diyakininya dan anggota badannya yang lainpun mengerjakan apa-apa atas dasar keyakinannya itu.

Akhirnya dapatlah disimpulkan bahwa hati (qolbi) adalah tempat keyakinan akan sesuatu yang diyakini, sehingga akan terasa dan dapat dirasakan oleh seluruh tubuhnya (arkan dan lisannya).

Oleh karena itu, untuk meraih suatu keberuntungan, maka diperlukan suatu keyakinan tentang keberuntungan apa yang ingin diraihnya sehingga suatu kemungkinan dan kesempatan atau peluang untuk mencapainya akan semakin besar.

Pengertian Amal Saleh

Sudah menjadi kelaziman bahwa amal saleh adalah mengerjakan suatu kebajikan atau kebaikan yang manfa'atnya dapat dirasakan oleh diri sendiri dan orang lain.

Pengertian dan wujud dari amal saleh telah diperjelas oleh Allah swt dalam al-quran:



"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa".
(QS.Al-Baqoroh: 177).


Jelaslah sudah, bahwa amal saleh adalah suatu perbuatan yang bermanfa'at untuk diri sendiri, seperti:
  • meng-imani kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi,
  • mendirikan shalat,
  • dan bersabar ketika mendapat suatu kesulitan.


Sedangkan pekerjaan yang manfa'atnya dapat dirasakan oleh orang lain adalah:
  • memberi harta dan mengeluarkan zakat kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir, peminta-minta,
  • meringankan beban orang lain (dimaknakan dari 'memerdekan hamba sahaya'),
  • dan menepati janji apabila berjanji.


Kaitannya dengan tema kita kali ini yaitu meraih suatu keberuntungan, maka selain keyakinan - sebagaimana telah dibahas di atas -, diperlukan pula suatu alat untuk memperbesar peluang keberuntungan tersebut, yaitu amal saleh yang diidentikkan dengan keimanan, mengerjakan shalat dan bersabar ketika menjumpai kesulitan dalam mencapai tujuannya, serta mau berinfak (menafkahi orang-orang yang pantas diberi) dan berzakat - termasuk di antaranya adalah kifarat (memberikan harta atas dasar qaid, yaitu kaitan dari sebab-sebab suatu perkara harus dilaksanakan).

Pengertian Takwa

Takwa (التقوى) menurut bahasa arab berasal dari kata kerja وقى yang mengandung arti "menutupi", "menjaga", "berhati-hati", dan "berlindung".

Dalam sebuah riwayat terjadi dialog antara Umar bin Khoththob r.a. dengan Ubay bin Ka'ab r.a. Berkatalah Ubay:

"Wahai amirul mu'minin, apakah engkau pernah melewati jalan penuh duri?".
Lalu Umar menjawab: "ya".
Ubay bertanya lagi: "lalu apa yang engkau lakukan?".
Umar menjawab: "Aku teliti dengan seksama, lalu aku lihat tempatku berpijak, satu telapak kakiku maju dan lainnya mundur khawatir terkena duri".
Ubay berkata: "Itulah takwa !".

Allah swt berfirman:



"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati".
(QS.Al-Hajj: 32)


Pada suatu waktu Nabi saw bersabda:

التَّقْوَى هَهُنَا التَّقْوَى هَهُنَا التَّقْوَى هَهُنَا ويُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ [ثَلاَثَ مَرَّاتٍ]

"Takwa itu di sini...takwa itu di sini...takwa itu di sini...sambil mengisyaratkan ke dadanya (sampai tiga kali)". (HR.Bukhari-Muslim)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa takwa adalah kehati-hatian dalam perbuatan agar tidak melanggar apa-apa yang menjadi "duri" dalam agama, yaitu perkara-perkara yang menghalangi kita kepada suatu tujuan dalam agama, yaitu mendapatkan "ridho Allah swt".

Dikarenakan takwa bertempat di dalam hati, maka diperlukan suatu tuntunan agar hati tidak melenceng dari arah tujuannya, yaitu "rasa ingat" kepada hal yang ditujunya. Tujuan agama tidak ada lain adalah "Allah", maka diperlukan suatu cara untuk selamanya ingat kepada Allah. Adapun ingat kepada Allah dalam syari'at agama adalah "dzikrulloh", karena dengan dzikrulloh yang tertanam dalam hati, maka seseorang akan terarah kepada ketakwaan, kehati-hatian dalam berbuat untuk meraih tujuannya dan dapat mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuannya tersebut.

Sudah menjadi tabi'at, bahwa seseorang yang hatinya selalu mengingat akan yang diingatnya, maka secara otomatis pula lidahnya akan selalu menyebut-nyebut yang diingatnya. Apabila seseorang mengingat Allah, maka lidahnyapun akan selalu menyebut asma Allah atau apapun keagungan yang berkaitan dengan Allah. Dari sebab itulah maka di dalam agama terdapat kalimat-kalimat yang harus dibaca dalam mengaplikasikan rasa ingatnya, seperti ayat-ayat al-quran, tasbih, tahlil, tahmid, takbir, sholawat, wirid, do'a-do'a dan sebagainya.

Demikianlah, maka berkaitan dalam pencapaian suatu keberuntungan, selain keyakinan akan tercapainya keberuntungan tersebut, shodaqoh dalam bentuk kifarat sebagai penebus keberuntungannya, maka diperlukan pula suatu bacaan, do'a, atau amalan tertentu untuk mengsugestikan keberhasilan dalam mencapai suatu keberuntungannya.

Pengertian Sabar

Sabar menurut bahasa arab mengandung arti "tahan akan sesuatu, tidak terburu-buru dan hati-hati".

Telah berfirman Allah swt:



"Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar".
(QS.Ali Imran: 146)


Selanjutnya Allah berfirman:



"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat".
(QS.Al-Baqarah: 45)


Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang yang sabar orang-orang yang kuat dalam menahan apapun yang menimpa mereka dan tidak berhenti sebelum tujuannya tercapai. Dan dengan sabar pula maka pertolongan Allah akan datang.

Lengkaplah sudah 4 alat untuk mencapai suatu keberuntungan yang disediakan oleh Allah untuk hambanya, yaitu:
    1. Yakin (meyakini bahwa Allah swt akan memberi dan melancarkan tujuannya.
    2. Mengeluarkan Kifarat (mengeluarkan shodaqoh untuk menebus pencapaian tujuannya.
    3. Berdzikir (membaca suatu do'a, amalan atau bacaan yang telah disyari'atkan oleh Nabi saw).
    4. Bersabar (pantang menyerah sampai tercapai segala tujuan).


Ini hanya sekedar cara, untuk hasilnya hanya Allah yang menentukan. Wallohu a'lam.
« Kembali
Comments:
[30/10/11] Subhan :

Jadi jelasnya untuk mencapai suatu keberasilan adalah:
1. Yakin.
2. Kifarat.
3. Wirid.
4. Sabar.

Begitukan?

[30/10/11] Admin :

Iya, Insya Allah seperti itu. Tetapi perlu diingat, bahwa segala sesuatu akan terjadi sesuai dengan kehendak Allah. jadi, secara syari'at kita melaksanakan seperti itu, dan secara hakikat kita berserah diri kepada Allah sebagaimana kehendak-Nya.

[10/12/11] sibedegong :

yaa alloh berikan aku petunjuk dan kekuatan untuk dapat melaksanakan yakin,kifarat,dzikir dan sabar supaya tercapai segala cita cita hambamu ini yang belum diijabah olehmu yaa alloh.

[17/12/11] Admin :

Amin, Ya Allahuma Amin. Dengan berkah wasilah Syekh Mursyid, Allah akan memberikan apa yang kita inginkan, sebagaimana Allah berfirman dalam hadits qudsi:
"Aku ini sebagaimana sangkaan hambaku."

[24/03/13] Yusniar :

Bagaimanakah caranya agar kita mendapatkan keyakinan?


...🖍
Duck hunt