LAILATUL QODAR
Lailatul Qodar menurut bahasa Arab mempunyai arti 'Malam Ketetapan', yang dimengerti oleh khalayak islam secara umum terjadi di bulan ramadan, tetapi di sebagian khusus para pengamal tarekat, lailatul qodar bisa saja terjadi pada setiap bulan di setiap perjalanan waktu, siang ataupun malam, kepada setiap muslim yang telah 'ditetapkan' dengan 'irsyad' kepada cahaya iman kedalam hatinya, sebagaimana telah berfirman Allah ta'ala:
"Sesungguhnya telah aku turunkan 'Hu' pada malam lailatul qodar"
(Al-Qadar: 1).
Kata 'Hu' secara umum dalam islam diartikan al-qur'an, tetapi pada pengertian di sebagian para pengamal tarekat, selain diartikan al-qur'an juga diartikan secara khusus dengan arti 'Ismu Dzat' (Asma Dzat Allah yang hakiki) yang diturunkan oleh Allah swt melalui perantaraan seorang 'Wali Mursyid' kedalam qolbu (hati) seseorang yang telah mendapatkan hidayah (petunjuk).
Firman Allah:
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin (Wali Mursyid) pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya".
(Al-Kahfi: 17).
Itulah sebabnya mereka meyakini lailatul qodar bisa terjadi pada setiap saat, dikarenakan apabila Allah sudah berkehendak, apapun bisa terjadi di saat apapun dan di manapun.
Firman Allah ta'ala:
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!", maka terjadilah ia".
(Yasin: 8).
Dalam kaitannya Lailatul Qadar yang terjadi pada bulan ramadan, digambarkan di dalam al-quran sebagai malam yang lebih baik dari 1000 bulan (83 tahun 4 bulan).
Firman Allah:
"Dan tahukah kamu apakah itu lailatul qadar?. Lailatul qadar (adalah malam ketetapan yang) lebih baik dari seribu bulan".
(Al-Qadar: 2-3).
Lailatul Qadar juga diperingati sebagai malam diturunkannya al-quran surat Al-Alaq ayat 1-5, yang dikenal dengan 'Nuzulul Qur'an' di setiap malam tanggal 17 Ramadan.
Di dalam beberapa riwayat versi yang berbeda, Nuzulul Qur'an (diturunkannya surat al-alaq ayat 1-5) di sebuah goa pada tebing yang curam di Arab Saudi yang disebut Goa Hiro oleh Malaikat Jibril as, terjadi pada:
- tanggal 1, 8, 18 Rabiul Awal.
Catatan:
. Yang berpendapat tanggal 18 Rabiul Awal adalah riwayat Ibnu 'Umar ra.
- tanggal 17, 27 Rajab.
Catatan:
. Yang berpendapt tanggal 27 Rajab adalah riwayat Abu Hurairah ra.
- tanggal 7 (hari senin), 14 (hari senin), 17 (hari kamis), 21 (hari senin), 24 (hari kamis) Ramadan.
Catatan:
. Yang berpendapat tanggal 17 ramadan adalah Al-Bara' bin Azib ra.
. Yang berpendapat tanggal 21 ramadan adalah riwayat Syekh Mubarok Furiy ra.
. Yang berpendapat tanggal 24 ramadan adalah riwayat Aisyah ra.
Inti dari semua pendapat, al-quran diturunkan secara keseluruhan pada bulan ramadan dan berangsur-angsur di setiap bulan sepanjang tahun sesuai peristiwa masa kehidupan Nabi Muhammad saw selama 23 tahun.
Firman Allah Ta'ala:
"Bulan ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran".
(Al-Baqarah: 185).
Ibnu Abbas berkata dalam sebuah riwayat:
"Allah menurunkan Al-Quranul Karim secara keseluruhan sekaligus dari Lauhilmahfuzh ke Baitul Izzah (langit pertama) pada malam Lailatul Qadar, kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah saw sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 32 tahun".
Malam lailatul qadar adalah waktu yang telah ditentukan oleh Allah swt dalam mengatur segala 'urusan' yang akan dialami oleh seorang hamba, yang di antaranya urusan jodoh, ajal, musibah, rizki dan sebagainya sepanjang tahun.
Firman Allah swt:
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah".
(Ad-Dukhan: 4).
Tentang lailatul qadar yang diturunkan pada bulan ramadan, Nabi saw bersabda: "Carilah lailatul qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan ramadan".
(HR.Bukhari-Muslim).
Tanggal ganjil pada 10 hari terakhir bulan ramadan adalah malam 21, 23, 25, 27 dan malam 29 ramadan.
Aisyah ra berkata: "Bila masuk 10 hari terakhir bulan ramadan, Rasulullah saw mengenangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya".
(HR.Bukhari).
Oleh karena itu disunnatkan pada malam-malam tersebut melaksanakan Sholat Lailatul Qodar.
Nabi saw bersabda: "Barangsiap melakukan shalat malam (lailatul qadar) karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".
(Muttafaq'alaih).
Aisyah ra bertanya kepada Nabi saw: "Wahai Rasulullah saw, apa pendapatmu jika aku mengetahui lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan di dalamnya?". Beliau menjawab, "Katakanlah: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau Mencintai pengampunan maka ampunilah aku".
(HR.Tirmidzi).
Juga sangat baik melaksanakan mandi pada malam-malam 10 hari terakhir bulan ramadan, sebagaimana dikatakanj Ibnu Jarir rahimahulloh: "Mereka menyukai mandi pada setiap malam dari malam-malam 10 hari terakhir. Di antara mereka ada yang mandi dan menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan turun lailatul qodar".
Pada sebagian pengamal tarekat, mandi malam dilaksanakan secara rutin
pada setiap malamnya sebagai salah satu bentuk ibadah dan taubat kepada Allah swt, dengan ketentuan sebagai berikut:
Dilaksanakan setiap malam antara jam 12 sampai dengan jam 3 dini hari, dan paling baik dilaksanakan pada jam 2 dini hari.
Tata caranya seperti mandi junub, yaitu mengucurkan air dari ujung rambut sampai telapak kaki, dengan memulai kucuran pertama pada kepala sambil membaca doa:
robbii angzilnii mungzalam mubaarokaw wa angta khoirul mungziliina
"Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang penuh berkah. Dan Engkaulah Dzat yang sebaik-baiknya memberikan tempat".
Juga pada 10 hari terakhir ramadan disunnatkan melaksanakan i'tikaf.
Aisyah ra berkata: "Bahwasyanya Nabi saw senantiasa beri'tikaf pada 10 hari terakhir dari ramadan sehingga Allah mewafatkan beliau".
(HR.Bukhari-Muslim).
Pengertian i'tikaf adalah menghentikan berbagai kesibukan dengan cara memutuskan hubungan dari masalah-masalah keduniawian dan mengosongkan pikiran dari makhluk serta mengisi hati dan lisan dengan dzikir kepada Allah swt dan menghias anggota badannya dengan shalat dan membaca al-quran, dzikir dan hizib di dalam masjid.
____
Lihat: Lathoiful Ma'arif, Ibnu Rajab, hlm.196-203.
***