Allah ta'ala berfirman:

ﻟَﻘَﺪْ ﻛﺎﻥَ ﻟَﻜُﻢْ ﻓﻲ
ﺭَﺳُﻮﻝِ
ﺍﻟﻠﻪِ ﺃُﺳْﻮَﺓٌ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻟِﻤَﻦْ ﻛﺎﻥَ
ﻳَﺮْﺟُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَ ﻭَ
ﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺜﻴﺮﺍً

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah".
(Al-Ahzab: 21)

Dalam ayat tersebut terdapat 3 point yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Berharap kepada Allah.
2. Meyakini akan hari akhir.
3. Dzikir yang banyak.


Berharap Kepada Allah

Menurut Imam
Baihaqi ra menyebutkan
bahwa berharap kepada Allah adalah merupakan cabang iman yang ke 12, dan menurut Ibnul Qoyyum berharap kepada Allah adalah hukumnya wajib, maka sebagian cara untuk menumbuhkan rasa pengharapan hanya kepada Allah adalah meyakini bahwa "apabila kita tidak berharap kepada Allah" akan berakibat dosa dan mendapatkan siksa serta menghilangkan iman yang akan menyebabkan kekufuran.

Dalam prakteknya berharap kepada Allah adalah: ketika kita menginginkan sesuatu, maka kita harus berjuang dengan segala upaya yang ada pada diri kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan tersebut dengan hasil akhirnya kita serahkan kepada kehendak Allah semata.


Meyakini Akan Hari Akhir

Etimologi (asal kata) akhirah adalah al-akhir yang berarti lawan kata dari al-awwal atau "yang terdahulu". Kata itu juga mempunyai arti "ujung dari sesuatu".

Dari pengertian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa hari akhir adalah "ujung dari segala sesuatu yang telah terjadi" atau "hasil dari sesuatu yang telah diperbuat", seperti ujungnya "kemarin" adalah "sekarang", artinya hari ini adalah hasil dari hari kemarin. Jadi secara teori dalam mengusahakan untuk meyakini akan hari akhir adalah kita beri'itikad bahwa hari ini adalah "Hari Akhir", dan juga dalam kehidupan sehari-hari:
- ketika melihat suatu peristiwa
yang dahsyat.
- ketika mendengar berita yang menggemparkan.
- ketika hati merasa bergetar
- ketika melihat suatu Kehancuran.
- ketika mengalami suatu bencana.
- ketika melihat kematian.
- ketika hati merasa tergoncang.
- ketika melihat atau merasa sedang dihakimi.
- ketika mendengar tentang berita-berita akhirat dan kiamat.
- ketika mendapatkan suatu kesedihan.
- ketika sedang membuat atau sedang menerima suatu Keputusan.
- ketika mendapatkan suatu kemenangan.
- ketika sedang mendapatkan suatu pelajaran.
- ketika sedang merasakan suatu penyesalan.
- ketika sedang berada dalam suatu kumpulan.
- ketika sedang menghitung sesuatu.
- ketika sedang menerima suatu pembalasan.
- ketika sedang berada dalam pengembaraan.
- ketika sedang menjanjikan sesuatu atau dijanjikan.
- ketika sedang menimbang barang.
- ketika sedang mendapatkan suatu ancaman.
- ketika telah kembali ke rumah dari berpergian jauh.
- ketika sedang atau menerima ungkapan kesalahan.
- ketika mendapatkan undangan atau panggilan akan sesuatu.
- ketika bertemu dengan orang yang dirindukan.
- ketika sedang bernaung dari panas dan hujan.
- ketika melihat atau bertemu dengan orang-orang yang besar dan alim ulama.


Dzikir Yang Banyak

Menurut arti, dzikir adalah "ingat", jadi ketika dzikrulloh adalah "mengingat Allah".

Ingatan adalah tempatnya dalam hati bukan pada ingatan dalam otak, jadi yang dimaksud dengan dzikir yang banyak adalah ingatnya hati kepada Allah sepanjang waktu dengan tidak menghitung bilangan, bukan pada ucapan atau kalimat yang diucapkan walaupun hal itupun sangat diperlukan.

Kaitannya dengan masalah dzikir, ada sebuah kisah menarik dari Imam Al-Ghazali yang ditanya oleh seseorang, "Katanya setan dapat tersingkir oleh dzikir kita, tapi mengapa saya selalu berzikir namun setan tak pernah terusir?". Imam Ghazali menjawab, "Setan itu seperti anjing. Kalau kita hardik, anjing itu akan lari menyingkir. Tapi jika di sekitar diri kita masih terdapat makanan anjing, anjing itu tetap akan datang kembali, bahkan mungkin anjing itu bersiap-siap mengincar diri kita, dan ketika kita lengah, ia menghampiri kita. Begitu pula halnya dengan dzikir. Dzikir tidak akan bermanfaat jika di dalam hati masih kita sediakan makanan-makanan setan. Ketika sedang memburu makanan, setan tidak akan takut untuk digebrak dengan dzikir mana pun. Pada kenyataannya, bukan setan yang menggoda kita tetapi kitalah yang menggoda setan dengan berbagai penyakit hati yang kita derita. Dzikir harus dimulai setelah kita membersihkan diri kita dari berbagai penyakit hati dan menutup pintu-pintu masuk setan ke dalam diri kita".

Pada prakteknya untuk mengusahakan hati agar selalu ingat kepada Allah adalah:

1. Jaga anggauta badan yang tujuh, seperti telinga, mata, hidung, lidah, tangan, perut dan kaki dari sesuatu yang diharamkan atau dicela oleh agama.

2. Selalu suci dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar.

3. Memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan Allah ketika hal tersebut datang kepada kita.

4. Tidak berburuk sangka (su'udzhon) kepada Allah dan makhluknya.

Penulis:
Abdul Ghoets, dari berbagai sumber


Snack's 1967