Teya Salat
HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADAN

Oleh: Abdul Ghoets

1. Definisi Puasa

Puasa menurut syara' adalah menahan diri dari makan, minum dan zima mulai dari terbit fajar yang kedua sampai matahari terbenam.

Firman Allah ta'ala:
"...dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam...".
(Al-Baqarah: 187).


2. Waktu Berpuasa Ramadan

Puasa ramadan wajib dilaksanakan setelah diketahui terlihat 'Hilal' oleh orang yang dipercaya dengan disyahkan oleh 2 orang yang dipercaya pula, atau apabila hilal tidak diketahui dengan menggenapkan bulan sya'ban menjadi 30 hari.


3. Orang Yang Wajib Berpuasa Ramadan

Puasa ramadan diwajibkan kepada muslim yang telah baligh (dewasa), berakal dan mampu untuk berpuasa.


4. Syarat Wajib Puasa Ramadan

Syarat wajib puasa ramadan ada 4, yaitu:

1) islam,
2) berakal,
3) dewasa, dan
4) mampu melakukannya.


5. Syarat Syah Puasa

Syarat syahnya puasa ada 6, yaitu:

1) islam; tidak syah bagi orang kafir.

2) berakal; tidak syah puasa bagi orang gila.

3) tamyiz; tidak syah bagi anak kecil yang belum balig.

Keterangan:
Anak kecil sebaiknya dilatih untuk berpuasa ketika usianya telah mencapai 7 tahun, dan berikan hukuman apabila tidak mau melakukan puasa dan shalat setelah berusia 10 tahun.

4) tidak sedang Haid.

5) tidak sedang nifas.

6) berniat pada malam harinya pada setiap hari.

Hadits:
"Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum fajar, maka tidak syah puasanya".
(HR.Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Nasa'i dan Tirmidzi).


6. Sunnah Puasa

Sunnah puasa ada 6, yaitu:

1) mengakhirkan sahur sampai batas imsak.

2) bersegera berbuka apabila telah masuk waktu maghrib.

3) memperbanyak amal sholeh.

4) mengabaikan caci maki dan permusuhan terhadap dirinya.

5) berdo'a ketika berbuka puasa.

6) berbuka dengan kurma atau sesuatu yang manis atau cukup dengan air.


7. Orang Yang Boleh Tidak Berpuasa Ramadan

Yang boleh tidak berpuasa ramadan ada 4 golongan, yaitu:

1) orang yang sakit keras dan orang yang sedang berpergian jauh yang boleh diqoshor sholatnya. Bagi mereka afdhol tidak berpuasa tetapi wajib mengqodhonya, dan apabila berkehendak berpuasa adalah syah.

Firman Allah:
"...maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain...".
(Al-Baqarah: 184).

2) wanita haid dan nifas; haram berpuasa tetapi wajib mengqodhonya.

Aisyah r.a. berkata:
"Jika kami mengalami haid, maka diperintahkan untuk mengqodho puasa dan tidak diperintahkan mengqodho shalat".
(Muttafaq'alaih).

3) wanita hamil dan menyusui boleh tidak berpuasa tetapi mengqodhonya dan memberikan makan kepada seorang miskin pada setiap hari yang ditinggalkannya. Dan apabila berkehendak puasa maka syah puasanya.

4) Orang yang sudah sangat tua atau orang yang lemah apabila berpuasa boleh tidak puasa dan tidak mengqodhonya asalkan memberi makan seorang miskin pada setiap hari yang ditinggalkannya.

Keterangan:
Jumlah makanan sebagai alat penebus tidak berpuasa adalah 1 mud (segenggam gandum), atau 1 sho' dari jenis bahan makanan lainnya.


8. Diharamkan berzima di siang hari bulan ramadan

Berzima di siang hari bulan ramadan sangat diharamkan, hukumannya adalah:

1) memerdekakan hamba sahaya apabila punya,

atau

2) berpuasa selama 2 bulan berturut-turut,

atau

3) memberi makan 60 orang miskin.


9. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa

Yang membatalkan puasa adalah:

1) makan dan minum dengan sengaja, kecuali lupa.

2) zima (bersenggama).

3) memasukkan jenis-jenis cairan kedalam tubuh.

4) keluar mani karena disengaja, kecuali mimpi.

5) keluar haid dan nifas.

6) menyengaja muntah, kecuali tidak sengaja.

7) murtad, keluar dari islam, begitu pula batal puasanya apabila melakukan sesuatu kemusyrikan.

Firman Allah:
"...seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan".
(Al-An'am: 88).

Keterangan:
Tidak batal puasa apabila tidak tahu, lupa, tidak sengaja, tidur atau dipaksa.


10. Kewajiban Orang Berpuasa

Kewajiban ketika berpuasa adalah:

* tidak berdusta,

* tidak menjelek-jelekkan orang lain (ghibah),

* tidak mengadu domba (Namimah),

* tidak melaknat seseorang,

* tidak mencaci maki,

* menjaga anggota badan yang 7 (telinga, mata, hidung, mulut, tangan, perut dan kaki) dari mendengar, melihat, mengendus, berkata, mengambil, syahwat dan berjalan kepada sesuatu yang dilarang oleh agama atau melakukan sesuatu yang tidak baik menurut aturan masyarakat dan negara.

Hadits:

ﺧﻤﺲ ﺗﻔﻄﺮ ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ ، ﻭﺗﻨﻘﺾ
ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ:ﺍﻟﻜﺬﺏ ، ﻭﺍﻟﻐﻴﺒﺔ ،
ﻭﺍﻟﻨﻤﻴﻤﺔ ، ﻭﺍﻟﻨﻈﺮ ﺑﺎﻟﺸﻬﻮﺓ ،
ﻭﺍﻟﻴﻤﻴﻦ ﺍﻟﻔﺎﺟﺮﺓ

"Lima hal yang
membatalkan puasa dan
membatalkan wudhu:
berbohong, ghibah,
namimah, melihat lawan
jenis dengan syahwat,
dan bersumpah palsu."
* Hadits ini diriwayatkan
oleh Al Jauraqani di Al
Abathil (1/351), oleh
Ibnul Jauzi di Al
Maudhu’at (1131)

11. Puasa Sunnah

Disunnahkan puasa pada:

1) 6 hari pada bulan syawal,

2) 3 hari pada tiap bulan (pada tgl 13, 14 dan 15),

3) hari senin dan kemis,

4) 9 hari pertama pada bulan dzulhijjah,

5) tanggal 9 hari arofah,

6) tanggal 10 muharam hari asyuro.


12. Waktu Haram Berpuasa

Diharamkan berpuasa pada:

1) tanggal 1 syawal,

2) tanggal 10 dzulhijjah,

3) tanggal 11, 12, dan 13 dzulhijjah.


Catatan:

(1) Terluka, keluar darah, muntah, atau kemasukan air secara tidak sengaja tidak membatalkan puasa.

(2) Niat puasa boleh dalam keadaan junub (hadats besar) kemudian mandi sebelum terbit fajar.

(3) Pemeriksaan darah, disuntik dengan obat yang bukan infus makanan tidak membatalkan puasa, tetapi adalah lebih baik dilakukan pada waktu malam.

Bersabda Nabi saw: "Tinggalkan apa yang membuatmu ragu, kerjakan apa yang tidak membuatmu ragu".
(HR.Nasa'i dan Tirmidzi).

Sabdanya pula: "Barangsiapa menjaga dirinya dari berbagai syubhat, maka sungguh dia telah berusaha menyucikan agama dan kehormatannya".

(4) Orang yang puasa boleh bersiwak pada pagi atau sore hari.

______
lihat:

- Kitab Ar-Raudhul Murbi' 1/124.

- Kitab Tafsir Ibnu Katsir 1/215.

- Kitab Umdatul Fiq - Ibnu Qudamah, hlm.28.

- Kitab Risalatus Shiyam, Syekh Abdul Aziz bin Baz, hlm.21-22.

***