XtGem Forum catalog
Menu
selanjutnya »
  • Pentingnya Nasihat
    PENTINGNYA MENDENGAR NASIHAT

    Telah berkata Guru Agung yang nasihatnya menyejukkan hati yang bergolak :

    وَدَاوِمْ عَلَى سِمَاعِ الْمَوَاعِظِ فَإِنَّ الْقَلْبَ إِذَا غَابَ عَنِ الْمَوَاعِظِ عَمِيَّ

    "Biasakanlah mendengar berbagai nasihat, sebab hati bila tidak diisi nasihat akan buta".
    (Miftahush Shudur zuz 2 fasal 6)

    ***
  • Prinsip Tarekat
    PRINSIP TAREKAT

    Telah berkata Syekh yang martabatnya setinggi langit dan seluas bumi, yang dihormati oleh seluruh makhluk yang menghuni, yang selalu melayani murid-muridnya, yang selalu membuktikan dari apa yang telah diucapkannya, yang selalu membesarkan pemberian walaupun sangat kecil yang diterimanya :

    وَاْلاُصُوْلُ الْقَدِرِيَّةُ خَمْسَةُ : عُلُوُّ الْهِمَّةِ، وَحِفْظُ الْحُرْمَةِ، وَحُسْنُ الْخِدْمَةِ، وَنُفُوْذُ الْعَزْمَةِ، وَتَعْظِيْمُ اْلنَّعْمَةِ.

    "Prinsip (tarekat) Qodiriyyah ada lima:
    1. 'Uluwwul Himmah (tinggi cita-cita).
    2. Menjaga Kehormatan.
    3. Baik Pelayanan.
    4. Melaksanakan tekad yang telah ditentukan.
    5. Membesar-besarkan Nikmat.

    Dan dikatakannya pula:

    فَمَنْ عَلَتْ هِمَّتُهُ ارْتَفَعَتْ مَرْتَبَتُهُ وَمَنْ حَفِظَ حُرْمَةَ اللَّهِ حَفِظَ اللَّهُ حُرْمَتَهُ وَمَنْ حَسُنَتْ خِدْمَتُهُ وَجَبَتْ كَرَامَتُهُ وَمَنْ اَنْفَذَ عُزْمَتَهُ دَامَتْ هِدَايَتُهُ وَ مَنْ عُظْمَتِ النِّعْمَةُ فِيْ عَيْنِهِ شَكَرَهَا وَمَنْ شَكَرَهَا اِسْتَوْجَبَ الْمَزِيْدَ مِنَ الْمُنْعِمِ حَسْبَمَا وَعَدَهُ

    "Siapa yang tinggi cita-citanya, martabatnya menjadi tinggi. Siapa yang menjaga kehormatan Allah, dijaga oleh Allah kehormatannya. Siapa yang baik khidmatnya (pelayanannya), wajib karomat baginya. Siapa yang melaksanakan tekadnya, dia akan mendapat hidayah. Siapa yang membesar-besarkan nikmat dalam pandangan matanya, dia akan mensyukurinya. Siapa yang mensyukuri nikmat, dia akan diberi nikmat lebih banyak dari Sang Pemberi nikmat sebagaimana yang telah dijanjikannya".
    (Miftahush Shudur zuz 1 fasal 4)

    ***
  • Pekerjaan Yang Utama
    PEKERJAAN YANG DIUTAMAKAN DALAM TAREKAT

    Telah berkata Syekh Agung yang telah dapat menundukkan nafsunya sendiri itu bahwa :

    اَالطَّرِيْقُ الصُّوْفِيَّةُ تَقْدِيْمُ الْمُجَاهَدَةِ وَمَحْوُالصِّفَاتِ الْمَذْمُوْمَةِ وَقَطْعُ الْعَلاَئِقِ كُلِّهَا وَالْإِقْبَالُ بِكُنْهِ الْهِمَّةِ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى

    "Tarekat Sufiyyah mendahulukan mujahadah (mengalahkan hawa nafsu), menghapus sifat-sifat madzmumah (tercela), memutuskan hubungan (hati) dengan seluruh makhluk untuk bertawajjuh dengan kemauan yang keras kepada Allah Ta'ala".
    (Miftahush Shudur zuz 2 fasal 6)

    ***
  • Inkisar
    INKISAR

    Guruku Yang Mulia berkata :

    فَإِذَ حَصَلَ لَهُ اْلاِنْكِسَارُ يَعُوْدُ لَهُ قَلَ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ الْمُنْكَسِرَةِ قُلُوْبُهُمْ

    Apabila dzikirnya telah dapat menghilangkan kekerasan hatinya, maka ia akan kembali kepada makamnya semula, sebagaimana telah berfirman Allah Ta'ala : "Aku akan bersama orang yang kekerasan hatinya telah hilang".
    (Miftahush Shudur zuz 1 fasal 3)

    ***
  • Atas Dasar Hidayah
    SEGALA SESUATU ATAS DASAR HIDAYAH ALLAH

    Berkatalah Guru Yang Mulia yang dipenuhi hidayah Allah Ta'la :

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ أَنْ هَدَانَا اللَّهُ

    Puja dan Puji itu hak Allah yang telah memberikan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat berbuat seperti sekarang ini, karena tanpa hidyah-Nya tentunya kita tidak akan bisa berbuat seperti sekarang ini.

    ***
  • Martabat Wushul
    MARTABAT WUSHUL KEPADA ALLAH

    Berkatalah Syekh Yang semua waktunya dipakai untuk beribadah dengan lahirnya, hatinya dan rasanya, yang keburukkannya telah diganti oleh Allah dengan kebajikan, dan berkekalan berpandangan dengan Allah, bahwa menurutnya :

    أَنَّ مَرَاتِبَ الْوُصُلِ إِلَى اللّهِ عَلَى ثَلَاثَةِ : أِسْلَامُ فَإِيْمَانُُ فَإِحْسَانُُ فَالْعَبْدُ مَا دَامَ مَشْغُوْلََا بِالْعِبَادَةِ فَإِذَ انْتَقَلَ الْعَمَلُ إِلَى الْقَلْبِ بِالتَّصْفِيَةِ وَالتَّخْلِيَةِ مِنَ الشَّرِّ وَتَّحْلِيَةِ بِالْخَيْرِ وَالتَّحَقُّقِ بِالْإِخْلَاصِ فَهُوَ فِى مَقَامِ الْإِيْمَانِ أَوْ مَقَامِ الطَّرِيْقَةِ وَأِذَا بَلَغَ اْلْإِنْسَانُ مَرْتَبَةَ الْعِبَادَةِ لِلّهِ كَأَنَّهُ يَرَاهُ فَهُوَ فِى مَقَامِ الْإِحْسَانِ أَوْ مَقَامِ الْهَقِيْقَةِ

    Sesungguhnya Martabat Wushul (sampai) kepada Allah itu ada tiga : Islam, Iman dan Ikhsan. Selama seorang hamba berkutat pada ibadah saja, maka ia berada pada maqom Islam, atau maqom Syari'ah. Maka apabila amalnya telah berpindah kepada hati dengan "Tashfiyah (membersihkan hati)", dan "Takhliyah (mengosongkan hati dari sesuatu yang buruk)", dan "Tahliyah (menghiasi hati dengan sesuatu yang baik)" serta dilakukan dengan ikhlas, maka ia berada pada Maqom Iman atau Maqom Thoriqoh. Dan apabila seseorang telah berada pada Martabat Ibadah kepada Allah, seakan-akan ia melihat kepada Allah, maka ia berada pada Maqom Ikhsan atau Maqom Haqiqah.
    (Miftahush Shudur Zuz 2 Fasal 6)

    ***