MANAQIBAN PENGERTIAN MANAQIB Manaqib yaitu riwayat hidupnya orang-orang yang sholeh. Sedangkan riwayat hidup orang-orang yang zholim tidak disebut manaqib. Dalam Al-Quran dikatakan: "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar". (At-Taubat 100). Terbuktilah bahwa orang-orang yang mendapatkan kenikmatan dari Allah adalah orang yang mengikuti jejak langkahnya orang-orang yang mengikuti kepada Rosululloh saw. Tiap tarekat mempunyai manaqibnya masing-masing, yang semuanya itu merupakan pelajaran yang mulia kepada yang mengikutinya. Firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya adanya riwayat hidup para leluhur itu adalah pelajaran untuk seluruh manusia yang mempunyai akal". Di dalam manaqib suka diterangkan keanehan-keanehan yang mempunyai manaqib tersebut, itu disebutnya karomah, yang tidak menyelisihi keanehan-keanehan yang diterangkan oleh Allah di dalam Al-Quran. Karomah tersebut disebut Khowariqul Adat (perkara yang luar biasa), yang dikategorikan sebagai berikut: 1) Irhash, yaitu perkara luar biasa dari seseorang yang akan menjadi nabi. 2) Mu'jizat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari seorang nabi. 3) Karomat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari seorang wali (orang yang mengikuti jejak langkah nabi). 4) Ma'unat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari seorang mu'min yang mengikuti jejak langkah wali. 5) Istijrod, yaitu perkara luar biasa dari seseorang yang mengikuti jejak syetan. Yang 5 perkara ini walaupun dianggap di luar kebiasaan, tetapi kalaulah diukur oleh akal tidak menjadi aneh, karena menurut penjelasan Nabi saw; akal itu dibagi kepada 3 fungsi, yaitu: 1) Akal berfungsi untuk ma'rifat kepada Allah dan semua perkara yang datang dari Allah swt. 2) Akal berfungsi untuk melaksanakan ta'at kepada perintah dari Allah swt. 3) Akal berfungsi untuk mencegah ma'siat yang dilarang oleh Allah swt. Seumpamanya seseorang telah bisa menggunakan akalnya sesuai dengan fungsinya, maka orang tersebut tidak akan menolak kepada karomahnya para wali atau apapun sesuatu yang aneh-aneh, maka akal tersebut tergolong AKAL YANG SEHAT, yang bisa menjadikan sehat jasad, nyawa dan rasanya. *** TATA CARA MANAQIBAN PP.SURYALAYA (Berdasarkan Maklumat Sesepuh No.50 Th.1995) Tata caranya adalah sebagai berikut: 1. Pembukaan, yang diisi dengan Majlis Do'a : 1.1) Berdo'a untuk para pemimpin negara agar Allah swt selalu melimpahkan taufik dan hidayah (petunjuk Allah swt) kepada mereka semuanya. 1.2) Berdo'a untuk kita sekalian agar kita digolongkan orang-orang yang sholeh serta segala amal ibadah kita diridloi oleh Allah swt. 2. Pengumuman-pengumunan (bisa dilaksanakan sebelum atau sesudah manaqiban. 3. Manaqiban. Dalam manaqiban acaranya adalah sebagai berikut: 1) Pembacaan ayat suci Al-Quran (dan membaca sholawat pada bulan-bulan tertentu). 2) Pembacaan Tanbih, yang diawali dengan pembacaan alfatihah kepada Syekh Abdulloh Mubarok Bin Nur Muhammad, serta membaca Untaian Mutiara yang diakhiri berdo'a untuk Kesehatan Dan Keselamatan Sesepuh PP.Suryalaya. 3) Tawassul. 4) Membaca Manqobah. 5) Ceramah agama (apabila diperlukam pada saat itu). 6) Membacakan Sholawat Bani Hasyim 3x. *** ADAB HADIR DALAM MAJLIS MANAQIBAN Telah bersabda Nabi saw: dzikrush shòlihìn kaffàrotun 'anidz dzunùbi wa 'ingda dzikrish shòlihìna tangzulur rohmatu wa tahshulul barokatu. "Mengingat-ingat orang yang sholeh dapat menjadi kifarat untuk menebus dosa. Dan ketika sedang dalam kondisi mengingat-ingat orang yang sholeh tersebut, maka diturunkan oleh Allah swt rohmat, serta dapat menghasilkan barokah". (HR.Ahmad-Thobroni). Yang dimaksud dengan dzikrush sholihin adalah manaqib, karena di dalam manaqib ada kegiatan mengingat-ingat riwayat, karomat dan wasiatnya orang yang sholeh tersebut. Jadi manaqib adalah: 1) Alat untuk menebus dosa. 2) Alat untuk menerima dan mengumpulkan kucuran Rohmat Allah swt. 3) Alat untuk menghasilkan suatu berkah. Telah berkata Syekh Mursyid Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin: "Apabila sedang mengikuti suatu manaqib, maka harus seperti sedang Wukuf di Arofah". Arti wukuf adalah DIAM. Jadi untuk menghasilkan tiga alat di dalam manaqib tersebut, harus dengan cara wukuf, yaitu diamnya 7 indra dari anggota badan, yaitu: (1) telinga tidak mendengarkan suara kecuali suara dari bacaan-bacaan yang dibacakan dalam manaqib. (2) mata dipejamkan. (3) hidung bernafas keluar dan masuknya harus diiringi dengan dzikir khofi. (4) mulut tidak bersuara, kecuali ketika sedang membacakan bacaan-bacaan dalam manaqib. (5) tangan tidak memegang kecuali alat-alat manaqib. (6) perut tidak diisi oleh makanan atau minuman ketika sedang berjalan acara manaqib. (7) kaki dalam posisi diam, baik dengan duduk ataupun berdiri. Dan yang paling utama adalah HATI harus dalam bertawajuh (berdzikir kepada Allah swt). *** SYARAT MENGIKUTI ACARA MANAQIB 1) Harus mempunyai wudlu, kecuali yang sedang haid, asalkan tidak masuk kedalam mesjid. 2) Berrobithoh kepada Guru Mursyidnya. 3) Membaca do'a munajat: "ilàhì angta maqshùdì wa ridlòka mathlùbì a'thinì mahabbataka wa ma'rifataka". 4) Membaca Sholawat Bani Hasyim 3x ketika telah selesai membaca do'a manqobah. *** MAKLUMAT NO. 50.PPS.III.1995 TENTANG TATA TERTIB MANAQIBAN Bismillaahir rohmaanir rohiim Seraya bersyukur kehadirat Allah Subahanu Wata'ala, kita berharap semoga Allah SWT melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Untuk kesekian kalinya, kami menghimbau kepada semua ikhwan Thareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah yang dikembangkan Pondok Pesantren Suryalaya, agar : 1. Melaksanakan amaliyah dan zikrullah secara tertib dan seragam. 2. Melaksanakan amaliyah mingguan seperti khotaman, dan bulanan seperti Manakiban, juga sedara seragam. Dalam acara Manakiban : 2.1. Pembukaan 2.2. Pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an (Kemudian membaca Sholawat Nabi pada bulan-bulan tertentu, seperti bulan Rabi'ul Awwal, dll). 2.3. Pembacaan Tanbih Diawali dengan pembacaan Ummul Quran/Alfatihah yang dikhususkan kepada (Alm) Syekh H. Abdullah Mubarok Bin Nur Muhammad dan sesudah pembacaan Tanbih dilanjutkan dengan pembacaan Untaian Mutiara dan disertai do'a bagi kesehatan dan keselamatan Sesepuh pondok Pesantren Suryalaya 2.4. Pembacaan Tawassul 2.5. Pembacaan Manakib Sulthon Aulia Syekh Abdul Qodir Al Jaelani q.s berikut do'anya 2.6. Ceramah Agama Islam 2.7. Pembacaan Sholawat Bani Hasyim tiga kali secara bersama-sama Catatan : Apabila ada acara sisipan, berupa pengumuman, sambutan dan lain-lain dilaksanakan sebelum acara kedua (pembacaan Alquran) atau sesudah acara kelima (Pembacaan Manakib) 3. Dalam setiap pertemuan hendaknya dijadikan Majelis do'a yang ditujukan : 3.1. Bagi para pemimpin negara, semoga Allah SWT melimpahkan taufik dan petunjuk-Nya guna keselamatan agama dan negara 3.2. Bagi kita semua, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkat dan petunjuk-Nya sehingga kita digolongkan orang-orang yang shaleh serta segala amal ibadah kita mendapat ridlo dari pada-Nya 4. Agar tetap menghayati dan mengamalkan Tanbih. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan Tanbih, maka kami tidak bertanggungjawab atas penyimpangannya. Demikian, semoga maklumat tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 1995-03-13 00:00:00, Suryalaya Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya KH. A.SHOHIBULWAFA TAJUL ARIFIN *** MANQOBAH BAHASA INDONESIA TANBIH BAHASA INDONESIA TANBIH Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Tanbih ini dari Syaekhuna Almarhum Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah. Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria maupun wanita, tua maupun muda : Semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai Allah Subhanahu Wata'ala kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian. Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya, supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur, dhohir maupun bathin. Pun kami tempat orang bertanya tentang Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, menghaturkan dengan tulus ikhlas, wasiat kepada segenap murid-murid : Berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama maupun negara. Ta'atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Hadlirat Illahi Robbi yang membuktikan perintah dalam agama maupun negara. Insyafilah hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan setan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama maupun negara, agar dapat meneliti diri, kalau kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita. Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian : 1. Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita, baik dlohir maupun batin, harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun dan saling menghargai. 2. Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah agama maupun negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, kalau-kalau kita terkena firman-Nya "Adzabun Alim", yang berarti duka-nestapa untuk selama-lamanya, dari dunia sampai dengan akhirat, (badan payah hati susah). 3. Terhadap oarang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasehat yahng lemah-lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menginjak jalan kebaikan. 4. Terhadap fakir-miskin, harus kasih sayang, ramah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa hati kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir-miskin itu bukannya kehendak sendiri, namun itulah kodrat Tuhan. Demikanlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran, meskipun terhadap orang-orang asing, karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam a. s. Mengingat ayat 70 Surat Irso yang artinya : "Sangat kami mulyakan keturunan Adam, dan kami sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, juga kami mengutamakan mereka lebih utama dai makhluk lainnya". Kesimpulan dari ayat ini, bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai, jangan timbul kekecewaan. Mengingat Surat Al-Maidah yang artinya : "Hendaklah tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh-sungguh terhadap agama maupun negara, sebaliknya janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah agama maupun negara". Adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing. Mengingat Surat Al-Kafirun ayat 6 : "Agamamu untuk kamu, agamaku untuk aku", maksudnya jangan terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur. Cobalah renungakan pepatah leluhur kita: "Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai, andaikan tidak demikian, pasti sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna", karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri. Dalam surat An-Nahli ayat 112 diterangkan bahwa : "Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh, yakni tempat maupun kampung, desa maupun negara yang dahulunya aman dan tenteram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya/penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri". Oleh karena demikian, hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan dlohir-bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya "Budi Utama - Jasmani Sempurna (Cageur-Bageur)". Tiada lain amalan kita, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan, menjauhi segala kejahatan dhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan. Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar supaya mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Amin. Patapan Suryalaya, 13 Pebruari 1956 Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan (KH.A Shohibulwafa Tadjul Arifin) UNTAIAN MUTIARA 1. Jangan membenci kepada ulama yang sejaman. 2. Jangan menyalahkan kepada pengajaran orang lain. 3. Jangan memeriksa murid orang lain. 4. Jangan mengubah sikap walau disakiti orang. Harus menyayangi orang yang membenci kepadamu. Pangersa Guru Almarhum *** TAWASUL bismillaahir rohmaanir rohiim ilaa hadlrotin nabiyyil mushthofaa muhammading shollalloohhu 'alaihhi wa sallama wa 'alaa aalihhii wa ashhaabihhii wa azwaajihhii wa dzurriyyaatihhii wa limang dakhola fii baitihhil kiroomi ajma'iina syai-ul lillaahhi lahhumul faatihah. tsumma ilaa arwaahi aabaa-ihhi wa ummahhaatihhi wa ikhwaanihhi minal ambiyaa-i wal mursaliina wa ilaal malaa-ikatil muqorrobiina wal karubiyyiina wasy syuhhadaa-i wash shoolihiina wa ilaa kulliw wa-ashhaabi kulliw wa ilaa arwaahi abiinaa aadama wa umminaa hawaa-a wa maa tanaa sala bainahhumaa ilaa yaumiddiini syai-ul lillaahhi lahhumul faatihah. tsumma ilaa arwaahi saadaatiinaa wa mawaaliina wa a-immatinaa abii bakriw wa 'umaro wa 'utsmaana wa 'aliyyi wa ilaa baqiyyatish shohaabati wal qoroobati wat taabi'iina wa taabi'it taabi'iina lahhum bi-ihsaanin ilaa yaumiddiini syai-ul lillaahhi lahhumul faatihah. tsumma ilaa arwaahi a-immatil mujtahhidiina wa muqollidiihhim fid diini wal 'ulamaa-ir roosyidiina wal quroo-il mukhlishiina wa ahhlit tafsiiri wal muhadditsiina wa saa-iris saadaatish shufiyyatil muhaqqiqiina wa ilaa arwaahi kulli waliyyi wa waliyyatiw wa muslimiiw wa muslimaatim mim masyariqil ardli ilaa maghooribihhaa ilaa syimaa lihhaa syai-ul lillaahhi lahhumul faatihah. tsumma ilaa arwaahi ahhlis silsilatil qoodiriyyati wan naqsyabandiyyati wa jamii'i ahhlith thuruqi khushuushon ilaa hadlroti sulthooni auliyaa-i ghoutsil a'zhomi qutubil 'aalamiinas sayyidisy syaikhi 'abdil qoodiril jailaanii was sayyidisy syaikhi abiil qoosim junaidil baghdaadiyyi was sayyidisy syaikh ma'ruufil karkhiyyi was sayyidisy syaikhi sirris saqothiyyi was sayyidisy syaikhi habiibil 'ajamiyyi was sayyidisy syaikhi hasanil bashriyyi was sayyidisy syaikhi ja'farish shoodiqi was sayyidisy syaikhi yuusuful hamdaaniyyi was sayyidisy syaikhi abii yaziidil busthoomiyyi was sayyidisy syaikhi syaahh bahhaa-uddiinin naqsyabandiyyi wa hadlroti imaam robbaaniyyi wa hadlroti syaikhinaal mukarromi.......... wa ushuulihhim wa furuu'ihhim wa ahhli silsilatihhim wal aakhidziina 'anhhum syai-ul lillaahhi lahhumul faatihah. tsumma ilaa arwaahi waalidiinaa wa waalidiikum wa masyaayikhinaa wa masyaayihikum wa amwaatinaa wa amwaatikum wa liman ahsana ilainaa wa limal lahhuu haqqun 'alainaa wa liman awshoonaa wastaushoonaa wa qolladanaa 'ingdaka bidu'aa-il khoiri syai-ul lillaahhi lahhumul faatihah. tsumma ilaa arwaahhi jamii'il mu-miniina wal mu-minaati wal muslimiina wal muslimaatil ahyaa-i minhhum wal amwaati mim masyaariqil ardli ilaa maghooribihhaa wa miy yamiinihhaa ilaa syimaa lihhaa wa ming qoofin ilaa qoofim miw waladi aadama ilaa yaumil qiyaamati syai-ul lillaahhi lahhumul faatihah. laa ilaaha illaalloohhu walloohu akbaru wa lillaahil hamdu bismillaahir rohmaanir rohiimi qul hhuwalloohu ahadu. alloohhush shomadu. lam yalide wa lam yuu ladu. wa lam yakul lahhuu kufuwan ahadu. laa ilaaha illaalloohhu walloohu akbaru wa lillaahil hamdu bismillaahir rohmaanir rohiimi qul a'uudzu birobbil falaqi. ming syarri maa kholaqo. wa ming syarri ghoosiqin idzaa wa qoba. wa ming syarrin naffaatsaati fil 'uqodi. wa ming syarri haasidin idzaa hasada. laa ilaaha illaalloohhu walloohu akbaru wa lillaahil hamdu bismillaahir rohmaanir rohiimi qul a'uudzu birobbin naasi. malikin naasi. ilaahhin naasi. ming syarril waswaasil khonnaasi. alladzii yuwaswisu fii shuduurin naasi. minal jinnati wan naasi. laa ilaaha illaalloohhu walloohu akbaru wa lillaahil hamdu bismillaahir rohmaanir rohiimi alhamdu lillaahhi robbil 'aalamiina. arrohmaanir rohiimi. maaliki yaumid diini. iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iinu. ihhdinash shiroothol mustaqiima. shiroothol ladziina an'amta 'alaihhim, ghoiril maghdluubi 'alaihhim wa laadl dloolliina. laa ilaaha illaalloohhu walloohu akbaru wa lillaahil hamdu bismillaahir rohmaanir rohiimi alif-laam-miim. dzaalikal kitaabu laa royba,fiihhi, hhudal lilmuttaqiina. alladziina yu-minuuna bil ghoibi wa yuqiimuunash sholaata wa mimmaa rozaqqonaahhum yungfiquuna. wal ladziina yu-minuuna bimaa ungzila ilaika wa maa ungzila ming qobbelik, wa bil aakhiroti hhum yuuqinuuna. uulaa-ika 'alaa hhudam mir robbihhim wa uulaa-ika hhumul muflihuuna wa ilaa hhukum ilaa hhuw waahidul laa ilaa hha illaa hhuwar rohmaanur rohiimu. alloohhu laa ilaahha illaa hhuwal hayyul qoyyuumu, laa ta-khudzuhhuu sinatuw wa laa naumu, lahhuu maa fis samaawaati wa maa fil ardli mangdzal ladzii yasfa'u 'ingdahuu illaa bi-idznihhii ya'lamu maa baina aydiihhim wa maa kholfahhum wa laa yuhiithuuna bisyai-im min 'ilmihii illaa bimaa syaa-a, wa si'a kursiyyuhhus samaawaati wal ardlo, wa laa ya-uuduhhuu hifzhuhhumaa wa hhuwal 'aliyyul 'azhiimu. bismillaahhir rohmaanir rohiimi innaa angzalnaahhu fii lailatil qodderi. wa maa adderooka maa lailatul qodderi. lailatul qodderi khoirum min alfi syahhri. tanazzalul malaa-ikatu war ruuhu fiihaa bi-idzni robbihhim,ming kulli amri. salaamun, hhiya hattaa maththola'il fajri. bismillaahhir rohmaanir rohiimi innal ingsaana lafii husri. illal ladziina aamanuu wa 'amilush shoolihaati wa tawaashou bil haqqi wa tawaashou bish shobri. bismillaahhir rohmaanir rohiimi idzaa jaa-a nashrul loohhi wal fathu. wa roaytaannaasa yad khuluuna fii diinil laahhi afwaajaa. fasabbih bihamdi robbika wastaghfirhhu, innahhuu kaana tawwaabaa. innalloohha wa malaa-ikatahhuu yusholluuna 'alan nabiyyi. yaa ayyuhhaal ladziina aamanuu sholluu 'alaihi wa sallimuu tasliimaa. alloohhumma sholli sholatang kaamilataw wa sallim salaamang taamman 'alaa sayyidinaa muhammadinil ladzii tanhallu bihhil 'uqodu wa tangfariju bihhil kurobu wa tuqqodloo bihhil hawaa-iju wa tunaalu bihir roghoo-ibu wa khusnul khowaatimi wa yustasqol ghomaamu biwajhhihhil kariimi wa 'alaa aalihhii wa shohbihhii fii kulli lamhatiw wa nafasim bi'adadi kulli ma'luumil laka. 3x *** MANQOBAH SYEKH ABDUL QODIR JAILANI QS BAHASA INDONESIA a'uudzu billaahhi minasy syaithoonir rojiim alaa inna auliya alloohhi laa khoufun 'alaihim walaa hum yahzanuun bismillaahhir rohmaanir rohiim alhamdulillaahhi robbil 'aalamiin wal 'aaqibatu lilmuttaqiin wa laa 'udwaana illa 'alaazh zhoolimiin washsholaatu wassalaamu 'alaa sayyidinaa muhammadiw wa 'alaa aalihhii wa shohbihhi ajma'iin ammaa ba'du Dengan asma Alloh Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Puja-puji bagi Alloh pembina semesta alam. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan alam, nabi kita Nabi Muhammad saw, beserta keluarganya, sahabatnya, serta auliya Alloh, dan para pengikut beliau dari dahulu sampai sekarang dan pada masa yang akan datang. Maka ini sekelumit Manaqib Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qodir Jailani qsn, memetik dari kitab Tafrikhul Khothir fii Manaqibis Syaikh Abdul Qodir dan dari kitab 'Uquudul Laili fii Manaqibil Jaili. Semoga dengan diperingati dan dibacakan manaqib ini, yakni riwayat serta sejarah perjuangan Syekh Abdul Qodir Jailani, senantiasa Alloh SWT melimpahkan kurnia kepada kita sekalian, terutama kepada shohibul hajat keselamatan dan keberkahannya. *** 1. MANQOBAH PERTAMA MENERANGKAN TENTANG NASAB KETURUNAN SYEKH ABDUL QODIR JAELANI NASAB DARI AYAH Sayyid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani ayahnya bernama : Abu Sholeh Janki Dausat, putra Abdullah, putra Yahya az-Zahid, putra Muhammad, putra Daud, putra Musa at-Tsani, putra Musa al-Jun, putra Abdulloh al-Mahdi, putra Hasan al-Mutsanna, cucu Nabi Muhammad saw. putra Sayyidina 'Ali Karromallohu Wajhahu. NASAB DARI IBU Sayyid Abdul Qodir Jaelani ibunya bernama : Ummul Khoer Ummatul Jabbar Fathimah putra Sayyid Muhammad putra Abdulloh asSumi'i, putra Abi Jamaluddin as-Sayyid Muhammad, putra al-Iman Sayid Mahmud bin Thohir, putra al-Imam Abi Atho, putra sayid Abdulloh al-Imam Sayid Kamaludin Isa, putra Imam Abi Alaudin Muhammad al-Jawad, putra Ali Rido Imam Abi Musa al-Qodim, putra Ja'far Shodiq, putra Imam Muhammad al-Baqir, putra Imam Zaenal Abidin, putra Abi Abdillah al-Husain, putra Ali bin Abi Tholib Karromallohu wajhah. Dengan demikian, Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah Hasani dan sekaligus Husaini. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 2. MANQOBAH KEDUA BEBERAPA MACAM TANDA KEMULIAAN PADA WAKTU SYAIKH ABDUL QODIR DILAHIRKAN Sayid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani dilahirkan di Naif, Jailani Irak pada tanggal 1 bulan Romadhon, tahun 470 Hijriyah, bertepatan dengan 1077 Masehi. Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiul Akhir tahun 561 Hijriyah bertepatan dengan 1166 Masehi, pada usia 91 tahun. Beliau dikebumikan di Bagdad, Irak. PADA MALAM BELIAU DI LAHIRKAN ADA LIMA KAROMAH (KEMULIAAN): 1. Ayah Syekh Abdul Qodir Jaelani, yaitu Abi Sholih Musa Janki, pada malam hari bermimpi dikunjungi Rosululloh SAW., diiringi para Sahabat dan Imam Mujtahidin, serta para wali. Rosululloh bersabda kepada Abi Sholih Musa Janki: "Wahai, Abi Sholih kamu akan diberi putra oleh Alloh. Putramu bakal mendapat pangkat kedudukan yang tinggi di atas pangkat kewalian sebagaimana kedudukanku diatas pangkat kenabian. Dan anakmu ini termasuk anakku juga, kesayanganku dan kesayangan Alloh. 2. Setelah kunjungan Rosululloh SAW, para Nabi datang menghibur ayah Syekh Abdul Qodir : "Nanti kamu akan mempunyai putra, dan akan menjadi Sulthonul Auliya, seluruh wali selain Imam Makshum, semuanya di bawah pimpinan putramu". 3. Syekh Abdul Qodir sejak dilahirkan menolak untuk menyusu, baru menyusu setelah berbuka puasa. 4. Di belakang pundak Syekh Abdul Qodir tampak telapak kaki Rosululloh SAW, dikala pundaknya dijadikan tangga untuk diinjak waktu Rosululloh akan menunggang buroq pada malam Mi'raj. 5. Pada malam dilahirkan, Syekh Abdul Qodir diliputi cahaya sehingga tidak seorangpun yang mampu melihatnya. Sedang usia ibunya waktu melahirkan ia berusia 60 tahun, ini juga sesuatu hal yang luar biasa. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 3. MANQOBAH KETIGA KECERDASAN SYEKH ABDUL QODIR DALAM WAKTU MENUNTUT ILMU Syekh Abdul Qodir dalam menuntut ilmu berusaha mencari guru-guru yang sudah pakar dalam ilmunya. Beliau mempelajari serta memperdalam bermacam-macam disiplin ilmu diantaranya disiplin ilmu syari'ah. Seluruh gurunya mengungkapkan tentang kecerdasan Syekh Abdul Qodir. Beliau belajar ilmu Fiqih dari Abil Wafa 'Ali bin 'Aqil. Dari Abi 'Ali Khotob alKaludiani dan Abi Husein Muhammad bin Qodhi. Ditimbanya ilmu Adab dari Abi Zakaria At-Tibrizi. Ilmu Thoriqoh dipelajarinya dari Syekh Abi Khoer Hamad bin Muslim bin Darowatid Dibbas. Sementara itu, beliau terus menerus meraih pangkat yang sempurna, berkat rahmat Alloh Yang Maha Esa sehingga beliau menduduki pangkat tertinggi. Dengan semangat juang yang tinggi, disertai kebulatan tekad yang kuat beliau berusaha mengekang serta mengendalikan hawa nafsu keinginannya. Beliau berkhalwat di Iraq dua puluh tahun lamanya, dan tidak berjumpa dengan siapapun. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 4. MANQOBAH KEEMPAT KEPRIBADIAN DAN BUDI PEKERTI SYEKH ABDUL QODIR Akhlaq, pribadi Syekh Abduk Qodir Jaelani sangat taqwa disebabkan sangat takutnya kepada Alloh, hatinya luluh, air matanya bercucuran. Do'a permohonannya diterima Alloh. Beliau seorang dermawan berjiwa sosial, jauh dari perilaku buruk dan selalu dekat dengan kebaikan. Berani dan kokoh dalam mempertahankan haq, selalu gigih dan tegar dalam menghadapi kemungkaran. Beliau pantang sekali menolak orang yang meminta-minta, walau yang diminta pakaian yang sedang beliau pakai. Sifat dan watak beliau tidak marah karena hawa nafsu, tidak memberi pertolongan kalau bukan karena Alloh. Beliau diwarisi akhlaq Nabi Muhammad SAW., ketampanan wajahnya setampan Nabi Yusuf a.s. Benarnya (shiddiqnya) dalam segala hal sama dengan benarnya Sayidina Abu Bakar r.a. Adilnya, sama dengan keadilan Sayidina Umar bin Khottob r.a. Hilimnya dan kesabarannya adalah hilimya Sayidina Utsman bin Affan r.a. Kegagahan dan keberaniannya, berwatak keberanian Sayidina Ali bin Abi Tholib Karromallohu wajhah. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 5. MANQOBAH KELIMA PAKAIAN SYEKH ABDUL QODIR DAN UJIAN YANG BELIAU TERIMA Pakaian Syekh Abdul Qodir yaitu jubah dari bulu domba yang kasar, dikepala beliau dililitkan sebuah kain. Di kala beliau berjalan walaupun jalan yang dilaluinya banyak durinya, beliau jarang beralas kaki, tidak memakai terompah apalagi sepatu. Makanannya cukup hanya makan buah-buahan dan dedaunan. Dan kebiasaan beliau, tidak tidur dan tidak minum air kecuali hanya sedikit saja, dan pernah dalam waktu yang lama, beliau tidak makan, kemudian beliau berjumpa dengan seseorang yang memberikan sebuah pundi-pundi berisikan sejumlah uang dirham. Sebagai pemberian hormat kepada pemberinya, beliau mengambil sebagian uang tadi untuk membeli roti dan bubur, kemudian duduklah beliau untuk memakannya. Tiba-tiba ada sepucuk surat yang tertulis demikian : INNAMAA JU'ILATIS SYAHAWAATU LIDHU'AFAA'I 'IBAADII LIYASTA'IINUU BIHAA 'ALAT-THO'AATI, WA AMMAL AQWIYAA'U FAMAA LAHUMUS-SYAHAWAATU (Sesungguhnya syahwat-syahwat itu adalah untuk hamba-hambaKU yang lemah, untuk menunjang berbuat tho'at. Adapun orang-orang yang kuat itu seharusnya tidak punya syahwat keinginan). Maka setelah membaca surat tersebut beliau tidak jadi makan. Kemudian beliau mengambial saputangannya, terus meninggalkan makan roti dan bubur tadi. Lalu beliau menghadap qiblat serta sholat dua roka'at. Setelah sholat, beliau mengerti bahwa dirinya masih diberi pertolongan oleh Alloh SWT. Dan hal itu merupakan ujian bagi beliau. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 6. MANQOBAH KEENAM SYEKH ABDUL QODIR BERSAMA NABI KHIDHIR DI IRAQ Pada waktu Syekh Abdul Qodir memasuki negara Iraq, beliau ditemani oleh Nabi Khidhir a.s., pada waktu itu Syekh belum kenal, bahwa itu Nabi Khidhir a.s., Syekh dijanjikan oleh Nabi Khidhir, tidak diperbolehkan mengingkari janji. Sebab kalau ingkar janji, bisa berpisah. Kemudian Nabi Khidhir a.s. berkata : "Duduklah engkau disini ! Maka duduklah Syekh pada tempat yang yang ditunjukkan oleh Nabi Khidhir a.s. selama 3 tahun. Setiap tahunnya Syekh dikunjungi oleh Nabi Khidhir a.s. sambil berkata : "Janganlah kamu meninggalkan tempat ini sebelum aku datang kepadamu !". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 7. MANQOBAH KETUJUH KEBIASAAN SYEKH ABDUL QODIR SETIAP MALAM DIGUNAKAN UNTUK IBADAH SHOLAT DAN DZIKIR Syekh Abu Abdillah Muhammad al-Hirowi meriwayatkan bahwa :"Saya berkhidmat menjadi mitra dan mendampingi Syekh Abdul Qodir selama empat puluh tahun lamanya. Selama itu saya (Syekh Abu Abdillah) menyaksikan beliau bila sholat Shubuh hanya dicukupkan dengan wudhu 'Isya, artinya beliau tidak bathal wudhu. Seusai sholat lalu Syekh masuk kamar menyendiri sampai waktu sholat Shubuh. Para pejabat pemerintah banyak yang datang untuk bersilaturrahmi, tapi kalau datangnya malam hari tidak bisa bertemu dengan beliau terpaksa mereka harus menunggu sampai waktu Shubuh. Pada suatu malam saya mendampingi beliau, sekejap matapun saya tidak tidur, saya menyaksikan sejak sore hari beliau melaksanakan sholat dan pada malam harinya dilanjutkan dengan zikir, lewat sepertiga malam lalu beliau membaca : ALMUHIITHUR ROBBUSY SYAHIIDUL HASIIBUL FA'AALUL KHOLLAAQUL KHOOLIQUL BAARI`UL MUSHOWWIR. Tampak badannya bertambah kecil sampai mengecil lagi, lalu badannya berubah menjadi besar dan bertambah besar, lalu naik tinggi ke atas meninggi bertambah tinggi lagi, sampai tidak tampak dari pemandangan. Sejurus kemudian beliau muncul lagi berdiri melakukan sholat dan pada waktu sujud sangat lama sekali. Demikianlah beliau mendirikan sholat semalam suntuk, dari dua pertiga malam harinya, lalu beliau menghadap qiblat sambil membaca do'a. Tiba-tiba terpancarlah sinar cahaya menyoroti arah beliau dan badannya diliputi sinar cahaya dan tidak henti-hentinya terdengar suara yang mengucapkan salam sampai terbit fajar. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 8. MANQOBAH KEDELAPAN BERLAKU BENAR DAN JUJUR ADALAH PANDANGAN HIDUP SYEKH ABDUL QODIR Diriwayatkan, Syekh Abdul Qodir ditanya oleh seorang ikhwan, "Apakah pedoman dalam pandangan hidup ber'amal?". Beliau menjawab: "Bagiku wajib benar pantang untuk berdusta." Diriwayatkan, pada waktu Syekh menginjak usia muda belia, berusia 18 tahun. Pada suatu hari yaitu hari Arafah bagi kaum muslimin yang naik haji atau sehari sebelum 'Iedul Adha, beliau pergi ke padang rumput menggembalakan seekor unta. Ditengah perjalanan unta tersebut menoleh ke belakang dan berkata kepada beliau : "Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta." Peristiwa itu mengejutkan Syekh, dan beliau kembali pulang. Sekembali di rumahnya, beliau naik ke atap rumahnya, dan dengan mata bathinnya beliau melihat suatu majelis yang amat besar di Arafah. Setelah itu Syekh datang menemui ibunya dan berkata : "Wahai Ibunda tercinta, tadi sewaktu saya menggembala unta, si unta berkata padaku dengan bahasa manusia yang fasih ; 'Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta', karenanya bila bunda mengizinkan, saya ingin mesantren ke negeri Baghdad." Seperti telah diketahui umum, pada waktu itu Baghdadlah pusat pengetahuan agama Islam. Ketika Ibunya mendengar permohonan puteranya, maka keluarlah air matanya, mengingat ia sudah tua dan suaminya, yakni Ayahanda Syekh Abdul Qodir sudah lama meninggal dunia; timbul pertanyaan di hati Sang Bunda: apakah aku akan bertemu lagi dengan puteraku tercinta? Akan tetapi karena Sang Ibu adalah seorang wanita yang bersih hati, maka ia tidak menghalangi niat mulia Sang Putra. Lalu Sang Ibu berkata: "Baiklah wahai anakku, bila memang tekadmu sudah bulat, Ibu mengizinkanmu mesantren ke Baghdad, ini Ibu sudah mempersiapkan uang 40 dinar yang ibu jahit dalam bajumu, persis dibawah ketiak bajumu. Uang ini adalah peninggalan Almarhum Ayahmu. Namun sebelum berpisah, Ibu ingin agar kau berjanji pada ibu, agar jangan pernah kau berdusta dalam segala keadaan." Syekh Abdul Qodirpun mempersembahkan janjinya pada Sang Bunda : "Saya berjanji untuk selalu berkata benar dalam segala keadaan, wahai ibunda". Kemudian berpisahlah ibu dan anak tersebut dengan hati yang amat berat. Setelah beberapa hari kafilah berangkat, dan Syekh Abdul Qodir turut pula di dalamnya berjalan dengan selamat, maka tatkala kafilah itu hampir memasuki kota Baghdad, di suatu tempat, Hamdan namanya, tiba-tiba datang segerombolan perampok. Enam puluh orang penyamun berkuda merampok kafilah itu habis-habisan. Semua perampok tadi tidak ada yang memperdulikan, menganiaya atau bersikap bengis kepada Syekh Abdul Qodir, karena beliau nampak begitu sederhana dan miskin. Mereka berprasangka bahwa pemuda itu tidak punya apa-apa. Kemudian ada salah seorang penyamun datang bertanya "Hei anak muda, apa yang kau punyai?" Kemudian Syekh menjawab :" Saya punya uang 40 dinar". "Tampang gembel gini ngaku kaya, huh,dasar!", hardik si penyamun sambil ngeloyor pergi. Lalu si penyamun menghadap kepala rampok sambil mengadu :" Wahai ketua , tadi ada pemuda miskin, ia mengaku mempunyai 40 dinar, namun tidak ada satupun yang percaya." "Dasar bodoh, bukannya kalian buktikan, malah dibiarkan, bawa pemuda itu kesini!", bentak si kepala rampok pada anak buahnya. Lalu Syekh di hadapkan kepada pimpinan rampok dan ditanya oleh ketua rampok : "Hai anak muda, apa yang kau punyai?". Syekh Abdul Qodir menjawab: "Sudah kubilang dari tadi, bahwa aku mempunyai 40 dinar emas, di jahit oleh ibuku di bawah ketiak bajuku, kalau kalian tidak percaya biar kubuktikan!". Lalu Syekh membuka bajunya dan mengiris kantong di bawah ketiak bajunya dan sekaligus menghitung uang sejumlah 40 dinar tadi. Melihat uang sebanyak itu, sang kepala penyamun bukannya bergembira, tapi malah diam terpesona sejenak, lalu bertanya pada Syekh : "Anak muda, orang lain jangankan punya uang sebanyak ini, punya satu senpun kalau belum dipukul belum mau menyerahkan, kenapa kamu yang punya uang sebanyak ini justru selalu jujur kalau ditanya?". Syekh menjawab dengan tenang: " Aku telah berjanji pada ibuku untuk jujur dan tidak dusta dalam keadaan apapun. Jika aku berbohong maka tidak bermakna upayaku menimba ilmu agama." Mendengar jawaban itu, sang kepala penyamun tadi bercucuranlah air matanya, dan jatuh terduduk di kaki Syekh Abdul Qodir sambil berkata : "Dalam keadaan segawat ini, kau tidak berani melanggar janji pada ibumu, betapa hinanya kami yang selama ini melanggar perintah Tuhan, sekarang saksikan di hadapanmu bahwa kami bertobat dari pekerjaan hina ini." Kemudian kepala perampok tadi dan anak buahnya mengembalikan semua barang-barang hasil rampokan kepada kafilah, perjalanan dilanjutkan sampai ke Baghdad. Anak buah perampok semua mengikuti jejak langkah pemimpinnya. Kembalilah mereka kedalam masyarakat biasa mencari nafkah dengan halal dan jujur. * Diriwayatkan, kepala perampok itu menjadi murid pertamanya. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 9. MANQOBAH KESEMBILAN SYEKH ABDUL QODIR UNTUK PERTAMA KALINYA MEMBERIKAN CERAMAH PENGAJIAN DI HADAPAN PARA ULAMA BAGHDAD Dalam kitab Bahjatul Asror diterangkan bahwa pada hari selasa tanggal enam bulan Syawal tahun 521 Hijriyah menjelang waktu dzuhur, saya melihat kedatangan Rosululloh SAW, kata Syekh Abdul Qodir, lalu beliau bersabda kepadaku : "Wahai anakku, mengapa kamu tidak segera memberikan pengajian pada jama'ah pengajian itu?". Lalu Syekh Abdul Qodir mengemukakan alasannya : "Ya Rosulalloh, bagaimana saya bisa memberikan pengajian, sebagaimana diketahui bahwa saya ini orang ajam, sedangkan mereka para Alim Ulama Baghdad yang akan kuhadapi, mereka sangat fasih berbahasa Arab". "Coba buka mulutmu!", sabda Rosululloh SAW. yang ditujukan kepadaku. Lalu saat itu pula saya membuka mulut, kemudian diludahinya mulutku tujuh kali oleh Rosululloh SAW. Sabda beliau : "Mulai sekarang, silakan kamu mengajar, ajaklah mereka menuju Tuhanmu dengan jalan hikmat dan kebijaksanaan, berikan nasihat dengan tuntunan dan tutur kata yang baik." Setelah itu beliau menghilang dari pandanganku. Setelah kejadian itu lalu aku melaksanakan sholat Dzuhur. Tidak berapa lama kemudian saya melihat orang-orang berdatangan dari beberapa arah, mereka berbondong-bondong menuju madrosahku. Menghadapi kejadian ini saya menjadi gugup, badan terasa menggigil, dagu menggeletar, gigi gemeretak, hatiku berdebar-debar. Dan anehnya lagi mulutku terasa terkunci dan tidak bisa berbicara. Menghadapi kebingungan ini tiba-tiba terlihat Sayyidina Ali langsung berdiri di hadapanku sambil bertanya: "Mengapa kamu tidak segera memulai pengajian?". Dengan penuh khidmat saya menjawab: "Saya menjadi kaku dan gugup, tidak bisa berbicara menghadapi orang banyak". Lalu beliau menyuruh padaku untuk membuka mulut. Setelah mulutku dibuka agak ternganga, lalu diludahinya enam kali. Saya bertanya kepada beliau: "Mengapa tidak tujuh kali ?". Beliau memjawab: " Karena menghormati kepada yang lebih tinggi kedudukannya, yakni Rosululloh SAW". Setelah itu beliau menghilang lagi dari pandanganku. Sejurus kemudian badanku menjadi tidak kaku dan hatiku terasa lapang, tidak ada sesuatu apapun yang mengganjal, lalu saat itu pula pengajian dibuka dan dimulai dengan lancarnya. Pada pengajian pertama itu saya mulai memberikan nasihat dengan pendahuluan pembahasan sebagai berikut: ghowwasul fikri yaghusu fi bahril qolbi 'ala duroril ma'arifi faastakhrijuhaa ilas sahilis shodri fayunaadi 'alaiha simsarut turjumanil lisani watasytari binafaisi husnit tho'ati fi buyutin adzinallohu anturfa'a. "Pola pikirku diibaratkan para penyelam, menyelam ke dasar lautan hati, untuk mencari mutiara ma'rifat, setelah kuperoleh lalu aku muncul kepermukakaan tepi pantai lautan dada, lalu para pialang melalui para penerjemahnya menawarkan dagangannya, dan mereka membeli dengan nilai ketaatan, ketaqwaan yang baik. Firman Alloh dalam Al-Qur'an: Pelita itu dalam rumah-rumah (mesjid) yang sudah diijinkan Alloh menghormatinya dan menyebut namaNYA dalam rumah itu serta bertasbih didalamnya pagi dan petang." (Q.S. An-Nur :36). *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 10. MANQOBAH KESEPULUH PARA ULAMA BAGHDAD BERKUMPUL DI MADROSAH SYEKH ABDUL QODIR DENGAN MEMBAWA MASALAH YANG BERBEDA Syekh Abu Muhammad Al-Mufarroj meriwayatkan, pada waktu saya ikut hadir di majelis Syekh Abdul Qodir, seratus orang ulama Baghdad telah berkumpul masing-masing membawa berbagai masalah untuk menguji Syekh, lalu beliau menundukkan kepalanya, maka tampaklah oleh mereka cahaya laksana kilat keluar dari dada beliau. Kemudian cahaya itu menghampiri dada tiap para ulama tadi, spontan mereka menjadi gemetar kebingungan dan nafas mereka naik turun, lalu mereka berteriak dengan teriakan yang sama, baju yang mereka pakai mereka robek-robek sendiri, demikian pula sorban yang mereka pakai, mereka lemparkan sendiri, lalu mereka mendekati kursi Syekh dan di pegangnya kaki beliau, lalu masing-masing bergiliran meletakkan kaki Syekh di atas kepala mereka. Pada saat itu suasana menjadi gaduh dan hiruk pikuk. Lalu Syekh memeluk dan mendekap para alim ulama itu seorang demi seorang, dan masalah yang akan dikemukakan mereka satu-persatu dijawabnya dengan tepat dan jelas serta memuaskan. Mereka menjadi tercengang serta kagum atas kepintaran dan kehebatan Syekh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadinya akan mereka tanyakan. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 11. MANQOBAH KESEBELAS TELAPAK KAKI NABI MUHAMMAD SAW. MEMIJAK PUNDAK SYEKH ABDUL QODIR PADA MALAM MI'RAJ Syekh Rosyidin Al-Junaidi meriwayatkan, pada malam Mi'raj, malaikat datang menghadap Rosululloh SAW. sambil membawa buroq. Tampak sekali kaki buroq itu bercahaya laksana bulan, dan paku kasut telapak kakinya bersinar seperti sinar bintang. Dikala buroq itu dihadapkan kepada Rosululloh SAW., ia tidak bisa diam dan kakinya bergoyang-goyang seperti sedang menari. Rosululloh SAW. bertanya " Mengapa kamu tidak diam? Apakah kamu menolak untuk kutunggangi?". Buroq berunjuk sembah: "Tidak, demi nyawa yang menjadi penebusnya, saya tidak menolak, namun ada suatu permohonan, nanti pada waktu Rosululloh SAW. akan masuk surga, jangan menunggangi yang lain selain saya sendiri yang menjadi tunggangannya." Rosululloh SAW. menjawab: "baik, permintaanmu akan kukabulkan ". Buroq masih mengajukan permohonannya: "Ya Rosulalloh, saya mohon agar tangan yang mulia memegang pundakku untuk tanda bukti nanti pada hari kiamat". Lalu dipegangnya pundak buroq itu oleh Rosululloh SAW. Karena gejolak rasa gembira sehingga jasad buroq itu tidak cukup untuk menampung ruhnya, sehingga naiklah badannya membumbung tinggi keatas setinggi empat puluh hasta tinggi badannya. Rosululloh berdiri sebentar melihat badan buroq itu menjadi naik keatas sehingga terpaksa Rosululloh SAW. mencari dan memerlukan tangga. Sementara itu, sekonyong-konyong datanglah ruh Ghoutsul A'dhom Syekh Abdul Qodir Jailani mengulurkan pundaknya sambil berkata: "Silahkan pundakku diinjak untuk dijadikan tangga". Lalu Rosululloh memijakkan kaki beliau pada pundak Syekh, dan ruh itu mengantarkan telapak kaki Rosululloh SAW. untuk menunggangi buroq. Di saat itu Rosululloh SAW. bersabda: "Telapak kakiku menginjak pundakmu, dan telapak kakimu nanti akan menginjak pundaknya para waliyulloh. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 12. MANQOBAH KEDUA BELAS PARA WALI MENYAKSIKAN PERINGKAT KETINGGIAN SYEKH ABDUL QODIR Diriwayatkan dalam kitab Roudhotun Nadhirin fii Manaqibi As-Syaikh Abdul Qodir, pada masa periode keenam dari zaman Abi Ali Al-Hassan As-Sirri, sampai pada masa kelahiran Syekh Abdul Qodir, tidak ada seorang 'alim ulama, kecuali pada umumnya mereka membicarakan tentang keagungan pangkat kewalian Syekh dan akan menginjak pundak para waliyulloh. Para 'alim ulama itu menerima isi dari pengumuman tersebut, kecuali seorang wali dari kota Asfahan ia menolak isi dari pengumuman itu. Dengan adanya penolakan tentang kewalian Syekh, pada saat itu juga gugurlah ia dari pangkat kewaliannya. Hampir tigaratus tahun lagi Syekh Abdul Qodir akan lahir, kedudukan pangkat kewaliannya sudah masyhur dikenal masyarakat. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 13. MANQOBAH KETIGA BELAS KERUSAKAN ORANG-ORANG YANG MENYEBUT SYEKH ABDUL QODIR TANPA BERWUDHU Dalam kitab Kanzil Ma'ani diriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir pada waktu pertama kali beliau menerima pangkat kewaliannya, beliau diliputi dengan sifat Jalaliyah Alloh, yakni sifat Keperkasaan-Kesaktian. Oleh karena itu namanya menjadi sangat sakti. Kesaktiannya telah terbukti bagi orang yang menyebut nama Syekh Abdul Qodir dengan bersikap secara tidak sopan, menyebut nama beliau dengan tidak punya wudhu, akan putus lehernya. Pada waktu berjumpa dengan Rosululloh SAW., Rosul berpesan: "Wahai Abdul Qodir, sikap perilakumu itu jangan kau lakukan lagi, banyak yang menyebut nama Alloh dan namaku, mereka tidak bersifat sopan". Setelah menerima amanat beliau, saat itu juga sikap perbuatan itu beliau tinggalkan. Banyak ulama Baghdad yang menghadap Syekh Abdul Qodir, mereka mengharapkan agar beliau melepaskan sikap perbuatan itu, mengingat banyak yang menjadi korban, dan merasa iba terhadap mereka. Syekh Abdul Qodir berkata :"Sesungguhnya hal ini bukanlah keinginan saya, saya menerima sabda dari Alloh yang isinya: "Kamu sudah mengagungkan nama-Ku, namamu juga ku agungkan". Para alim ulama mengemukakan yang menjadi sebab nama Syekh Abdul Qodir itu sangat sakti karena beliau selalu membaca Saefi Hizbul Yaman karangan Sayyidina Ali Karromallohu Wajhah. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 14. MANQOBH KEEMPAT BELAS ORANG YANG MEMBACA HADIAH (BERTAWASUL) KEPADA SYEKH ABDUL QODIR AKAN DI HASILKAN MAKSUDNYA Diriwayatkan oleh guru-guru yang telah mendapat kehormatan, barang siapa yang menyebut nama Syekh Abdul Qodir dengan tidak berwudhu, Alloh akan menyempitkan rezeqinya. Dan barang siapa yang bernazar akan membaca hadiah bagi Syekh Abdul Qodir, harus segera dilaksanakan agar kelak jangan disebut orang yang menantang dan dikhawatirkan akan menerima kutukan. Barangsiapa yang bersedekah makanan yang manis-manis pada malam Jum'at lalu dibagikan pada faqir miskin dan sebelumnya membaca hadiah bertawasul dengan membaca fatihah kepada Syekh Abdul Qodir lalu dimohonkan karomah dan syafa'atnya, Insya Alloh akan dihasilkan segala maksudnya dan akan mendapat pertolongan dari Alloh. Barangsiapa yang membaca fatihah berhadiah kepada Syekh Abdul Qodir, bagi orang tersebut akan diberi kelapangan, dan akan dikeluarkan dari segala kesulitan dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menyebut nama Syekh Abdul Qodir dengan mempunyai wudhu dengan keikhlashan serta mengagungkan dan menghormati kepada beliau, Alloh akan melimpahkan kegembiraan pada hari itu baginya serta akan dilebur dosanya. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 15. MANQOBAH KELIMA BELAS NAMA SYEKH ABDUL QODIR SEPERTI ISMUL A'DZHOM Di dalam kitab Haqoiqul-Haqoiq diriwayatkan, ada seorang perempuan datang menghadap Syekh Abdul Qodir mengadukan hal anaknya: "Saya hanya mempunyai seorang anak, kini ia hilang tenggelam kedasar laut, saya percaya dengan penuh keyakinan bahwa Syekh bisa mengembalikan lagi anak saya dan menghidupkan kembali, hidup seperti sedia kala, untuk hal ini saya mohon pertolongannya". Mendengar keluhan dan permohonan perempuan itu, Syekh berkata: "Sekarang juga pulanglah dan anakmu sekarang sudah berada di rumahmu". Perempuan itu pulang dengan tergesa-gesa, setibanya di rumah, anaknya itu tidak ada. Sementara itu segera ia menghadap lagi kepada Syekh sambil menangis melapor bahwa anaknya itu tidak ada di rumahnya. Syekh berkata: "Sekarang anakmu sudah berada di rumahmu, sebaiknya kamu segera pulang". Perasaan rindu pada anaknya menggebu-gebu, namun setibanya di rumah, anaknya belum juga ada. Dengan penuh keyakinan ia tidak merasa putus asa datang lagi menghadap Syekh sambil menangis menjerit-jerit, mohon supaya anaknya itu hidup lagi. Sejenak kemudian Syekh menundukkan kepalanya dan tegak kembali sambil berkata: "Sekarang tidak salah lagi, pasti anakmu saat ini juga sudah berada di rumah". Dengan penuh harap ia pulang menuju rumahnya, dan setibanya di rumah ternyata anaknya dengan selamat hidup kembali berkat karomah Syekh Abdul Qodir. Menghadapi peristiwa ini, Syekh Abdul Qodir bermunajat mengadukan halnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sambil menumpahkan isi hatinya: "Sungguh saya merasa malu, Ya Alloh, oleh seorang perempuan sampai tiga kali ia mengadukan hal anaknya. Apa latar belakangnya, dan apa pula hikmah dari segala rahasia keterlambatan ini ?". Alloh menjawab: "Semua ucapan dan janjimu kepada perempuan itu, kesemuanya itu benar tidak salah. Dan untuk diketahui pada waktu pertama kamu mengatakan pada perempuan itu bahwa anaknya sumah berada di rumah, waktu itu malaikat baru mengumpulkan tulang belulangnya yang berserakan, dan untuk perkataan dan janjimu yang keduakalinya, juga tidak salah, karena waktu itu seluruh anggota tubuhnya baru utuh kembali dan dihidupkan, dan ketigakalinya pada waktu perempuan itu tiba di rumahnya, si anak itu baru diangkat dari dasar laut dan dikembalikan kerumahnya." Kemudian Syekh mengadu lagi pada Tuhan : "Ya Alloh, Engkau menciptakan makhluk penghuni dunia yang berlimpah ruah banyaknya dan beraneka ragam jenisnya, hal itu sangat mudah bagi-Mu, hanya sekilas lintas dan sepatah kata saja sudah terwujud, demikian pula halnya pada waktu mengumpulkan makhluk-Mu di Padang Mahsyar hanya dalam tempo yang singkat sudah berkumpul, dibandingkan dengan hanya seorang anak yang saya mohonkan sampai ia terlambat dan cukup makan waktu yang lama, apa pula hikmahnya Ya Alloh?". Ketika itu Alloh bersabda: "Wahai Abdul Qodir, kamu jangan merasa sakit hati, sekarang kamu silakan minta pasti Kuberi". Dengan spontan Syekh merebahkan kepalanya bersujud syukur sambil berkata: "Engkau Kholiq pencipta semua makhluq, dan saya makhluk yang diciptakan oleh-Mu, semuanya juga pemberian-Mu, rasa syukur yang tiada terhingga saya ucapkan atas segala anugerah-Mu yang kuterima". Lalu Alloh memberi hadiah kehormatan kepada Syekh dan bersabda: "Barang siapa melihatmu pada hari Jum'at, ia akan Ku-jadikan wali, dan kalau kamu melihat ketanah tentu akan jadi emas". Syekh berkata lagi: "Ya Alloh, semua anugerah pemberian-MU itu rasanya kurang bermanfaat bagiku, saya mohon karunia-Mu yang lebih bermanfaat dan lebih mulia setelah saya meninggal dunia". Alloh bersabda: "Namamu dibuat seperti nama-Ku pada imbalan pahalanya. Aarang siapa Barang menyebut namamu, pahalanya sama dengan orang yang menyebut nama-KU". *** allohummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan. *** 16. MANQOBAH KEENAM BELAS SYEKH ABDUL QODIR MENGHIDUPKAN ORANG YANG SUDAH MATI DALAM KUBUR Dalam kitab Asrorut Tholibin diriwayatkan Syekh Abdul Qodir pada waktu melewati suatu tempat, beliau bertemu dengan seorang umat Islam sedang hangat bersilat lidah, berdebat dengan seorang umat Nasrani. Setelah beliau mengadakan penelitian dan pemeriksaan yang seksama apa yang menjadi sebab sehingga terjadi perdebatan yang sengit itu, kata seorang Muslim: "Sebenarnya kami sedang membanggakan Nabi kami masing-masing, siapa di antara Nabi kami yang paling baik, dan saya berkata padanya Nabi Muhammad-lah Nabi yang paling utama". Kata orang Nasrani: "Nabi Isa-lah yamg paling sempurna". Syekh bertanya kepada orang Nasrani: "Apa yang menjadi dasar dan apa pula dalilnya kamu mengatakan bahwa Nabi Isa-lah lebih sempurna dari Nabi lainnya". Lalu orang Nasrani itu menjawab: "Nabi Isa mempunyai keistimewaan, beliu menghidupkan kembali orang yang sudah mati". Syekh melanjutkan lagi pertanyaannya: "Apakah kamu tahu aku ini bukan Nabi, aku hanya sekedar pengikut dan penganut agama Nabi Muhammad SAW?". Kata orang Nasrani: "Ya benar, saya tahu". Lebih jauh Syekh berkata lagi: "Kalau kiranya aku bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati, apakah kamu bersedia untuk percaya dan beriman kepada agama Nabi Muhammad SAW ?". "Baik, saya mau beriman kepada agama Islam", jawab orang Nasrani itu. "Kalau begitu, mari kita mencari kuburan". Setelah mereka menemukan sebuah kuburan dan kebetulan kuburan itu sudah tua, sudah berusia lima ratus tahun, lalu Syekh mengulangi lagi pertanyaannya: "Nabi Isa kalau akan menghidupkan orang yang sudah mati bagaimana caranya ?". Orang Nasrani menjawab: "Beliau cukup mengucapkan QUM BIIDZNILLAH (Bangun kamu dengan Izin Alloh)". "Nah sekarang kamu perhatikan dan dengarkan baik-baik !", kata Syekh, lalu beliau menghadap pada kuburan tadi sambil mengucapkan: "QUM BIIDZNII (Bangun kamu dengan izinku)". Mendengar ucapan itu orang Nasrani tercengang keheranan, belum habis herannya, kuburan terbelah dua, keluar mayat dari dalamnya. Mayat itu keluar sambil bernyanyi. Konon pada waktu hidupnya mayat itu seorang penyanyi. Menyaksikan peristiwa aneh tersebut, ketika itu juga, orang Nasrani berubah keyakinannya dan beriman masuk agama Islam. *** alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 17. MANQOBAH KE TUJUH BELAS SYEKH ABDUL QODIR MEREBUT RUH DARI MALAKUL MAUT Abu Abas Ahmad Rifa'i meriwayatkan , ada seorang pelayan Syekh Abdul Qodir meninggal dunia, kemudian isterinya datang menghadap beliau mengadukan halnya sambil menangis. Maka terbitlah belas kasihan dalam hati beliau karena ratap tangis itu. Lalu pada sore harinya terbanglah beliau ke angkasa mengejar malaikat maut yang sedang kelangit membawa keranjang maknawi penuh berisi ruh-ruh manusia dan baru selesai tugasnya mencabut nyawa orang pada hari itu. Kemudian beliau meminta kepada malaikat maut supaya menyerahkan kepada beliau nyawa muridnya atau mengembalikan nyawa tersebut pada badannya semula. Permintaan itu ditolak oleh malaikat maut. Karena penolakan itu, beliau merebut dan menarik keranjang maknawi, maka tumpahlah semua nyawa yang ada dalam keranjang, nyawa-nyawa itu pun kembali ke jasadnya masing-masing. Menghadapi peristiwa ini malaikat dengan segera mengadukan halnya kepada Tuhan Yang Maha Esa : "Ya Alloh, Engkau mengetahui tentang kekasih-Mu dan wali-Mu Abdul Qodir. Alloh bersabda : "Memang benar, Abdul Qodir itu kekasih-Ku, karena tadi nyawa pelayannya tidak kamu berikan, akibatnya seluruh ruh itu terlepas, dan sekarang kamu menyesal karena kamu tidak memberikannya. *** allohummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan. *** 18. MANQOBAH KE DELAPAN BELAS BERKAT KAROMAH SYEKH ABDUL QODIR BAYI PEREMPUAN MENJADI BAYI LAKI-LAKI Syekh Hawad Al-Qodiri meriwayatkan, ada seorang laki-laki datang menghadap Syekh Abdul Qodir dengan permohonan ingin memperoleh anak laki-laki karena Syekh tempat berlindungnya orang banyak, dan do'anya selalu di terima Alloh SWT. Kata Syekh : "Permohonanmu itu wajar-wajar saja, nanti juga kamu akan memperoleh anak laki-laki". Mendengar pernyataan yang menggembirakan itu setiap hari ia selalu hadir di madrosah majelis ta'lim Syekh Abdul Qodir. Beberapa hari kemudian isterinya melahirkan anak bayi perempuan, lalu dengan segera ia membawa bayi itu menghadap Syekh, sambil menyerahkan bayinya ia berkata diiringi keluhan: "Dari dahulu saya selalu mengharap ingin memperoleh anak lelaki, namun kenyataannya kini bayi perempuan, bukan bayi laki-laki". Kata Syekh : "Segera balut burit bayimu itu dan bawa pulang, nanti juga kamu akan memperoleh bayi laki-laki". Kemudian dibalutnya bayi itu dengan pemburitan lalu diemban dibawa pulang. Setibanya di rumah lalu dibuka pembebat bayinya, dan dengan diliputi rasa bahagia si mungil bayi itu menjadi bayi laki-laki berkat karomah Syekh Abdul Qodir dan seijin Alloh Yang Maha Kuasa. *** allohummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan. *** 19. MANQOBAH KESEMBILAN BELAS DISELAMATKANNYA ORANG YANG FASIQ KARENA MENJAWAB SYEKH ABDUL QODIR KEPADA MALAIKAT MUNKAR NAKIR Diceritakan pada zaman Syekh Abdul Qodir ada orang yang fasiq, tetapi sangat mahabbah/mencintai Syekh Abdul Qodir. Setelah orang itu meninggal, kemudian di dalam kubur ditanya oleh Malaikat Munkar Nakir. Jawaban orang tersebut hanyalah Abdul Qodir. Kemudian datanglah sebuah jawaban dari Alloh: "Wahai Munkar Nakir, orang itu memang betul-betul fasiq, dan harus disiksa, tetapi karena dia sangat mahabbah /mencintai kepada kekasih-Ku maka diampuni oleh-Ku. *** alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 20. MANQOBAH KEDUA PULUH SEEKOR BURUNG PIPIT TERBANG DIATAS KEPALA SYEKH ABDUL QODIR, LALU JATUH DAN MATI Sebagian dari karomah Syekh Abdul Qodir sedang berwudhu, tiba-tiba beliau dikotori oleh seekor burung pipit yang sedang terbang diatas kepala beliau, kemudian Syekh mengangkat kepala dan dilihatnya burung pipit itu, maka jatuhlah burung itu dan mati. Kemudian pakaian yang sedang beliau pakai yang dikotori tadi lalu dicucinya dan disedekahkan sebab kematian seekor burung pipit, beliau berkata : "Kalau sekiranya kami berdosa karena matinya seekor burung pipit, maka kain ini sebagai kifaratnya". *** alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 21. MANQOBAH KEDUA PULUH SATU SYEKH ABDUL QODIR MENGUSAP BURUNG ELANG YANG TERPUTUS KEPALANYA DAN TERBANG KEMBALI Diriwayatkan sebagian dari karomah Syekh Abdul Qodir, pada suatu hari Syekh Abdul Qodir sedang mengadakan pengajian di hadapan murid-muridnya di madrosah yang beliau pimpin. Waktu itu keadaan cuaca sangat buruk angin berhembus dengan kencangnya, tiba-tiba muncul seekor burung elang melewati atap madrosah dengan suara yang keras hingar bingar mengganggu orang yang hadir dimajelis pengajian, maka beliau berkata : "Wahai angin, potonglah kepalanya !". Lalu angin bertiup dengan kencangnya memotong kepala burung elang sehingga terpisah dari badannya dan jatuh dihadapan Syekh. Kemudian beliau turun dari kursinya mengambil bangkai burung elang itu dan meletakkannya di atas tangan beliau, diusapnya burung itu dengan membaca : "bismillaahhir rohmaanir rohiim" tiba-tiba burung elang hidup kembali kemudian terbang lagi dengan ijin Alloh SWT, dan hal ini disaksikan oleh segenap jama'ah pengajian. *** allohummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan. *** 22. MANQOBAH KE DUA PULUH DUA SYEKH ABDUL QODIR TIAP TAHUN MEMBEBASKAN HAMBA SAHAYA DARI PERBUDAKAN, SERTA NILAI BUSANA Pada sebagian kitab manaqib meriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir tiap hari raya sudah menjadi tradisi beliau membeli beberapa hamba sahaya untu dimerdekakan dari belenggu perbudakan. Setelah dimerdekakan demi membina kemantapan lebih lanjut Syekh mewusulkan mereka kepada Alloh SWT. Syekh Abdul Qodir bila berpakaian, beliau memakai pakaian yang serba indah, bagus dan mahal harganya. Nilai kainnya harga perkilonya (0, 6888 M) seharga 10 dinar, dan tutup kepalanya seharga 70 ribu dinar. Terompahnya untuk alas kaki yang beliau pakai bertaburan intan berlian dan jamrud. Paku terompahnya terbuat dari perak, namun pakaian yang serba mewah dan indah itu bila ada orang yang memerlukannya saat itu juga beliau berikan. *** alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 23. MANQOBAH YANG KEDUA PULUH TIGA SYEKH ABDUL QODIR MENERIMA MAKANAN YANG TURUN DARI LANGIT Diriwayatkan, pada waktu Syekh Abdul Qodir sedang berkhalwat selama empat puluh hari lamanya, beliau bermaksud demgan niat yang kuat, yaitu tidak akan minum dan makan berupa makanan dunia, terkecuali kalau makanan itu turun dari langit, dan air untuk minum pada waktu berbuka puasa. Tinggal dua puluh hari lagi menuju hari yang keempat puluh, terbukalah langit-langit atap rumahnya. Dikala itu datang seorang laki-laki membawa wadah tempat buah-buahan yang dipegang dengan kedua belah tangannya yang berisikan aneka ragam buah-buahan yang langka adanya, rupanya bagus serta mengagumkan mata. Lalu dihidangkan kepada Syekh, beliau berkata : "Ini makanan dari mana?" Sang pembawa tadi menjawab :"Ini dari alam malakut dan jamuan ini untuk Syekh". Syekh menjawab : "Jauhkan wadah itu dari pandanganku, karena emas dan perak diharamkan oleh Rosululloh SAW". kemudian wadah yang terbuat dari emas dan perak itu dibawa kembali. Pada waktu akan berbuka puasa datang berkunjung malaikat sambil berkata : "Wahai Abdul Qodir, ini jamuan dari Alloh SWT". Disodorkan baki yang penuh diisi makanan, lalu beliau terima dan beliau makan bersama-sama dengan para pelayannya. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 24. MANQOBAH KEDUA PULUH EMPAT MASYARAKAT YANG MENDERITA PENYAKIT THO'UN/KOLERA SEMBUH DENGAN RUMPUT DAN AIR MADROSAH SYEKH Para ulama meriwayatkan, pernah terjadi pada zaman Syekh Abdul Qodir telah berjangkit wabah penyakit tho'un / kolera sehingga ratusan ribu orang yang meninggal dunia. Berduyun-duyun masyarakat datang minta pertolongan kepada Syekh, beliau mengumukan kepada masyarakat : "Barang siapa yang memakan rerumputan yang tumbuh di sekitar madrosahku, Alloh akan menyembuhkan penyakit yang diderita masyarakat". Karena terlalu banyak yang sakit dan rerumputan sebagai obat penangkal tidak cukup malah sudah habis, lalu Syekh mengumumkan lagi : "Barang siapa yang meminum air madrosahku akan disembuhkan Alloh SWT." Mendengar pengumuman itu, para penderita penyakit, mereka beramai-ramai minum air yang ada di sekitar madrosah Syaikh, seketika itu juga mereka menjadi sembuh kembali, sehat wal'afiat. Penyakit tho'un yang mengganas segera lenyap. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 25. MANQOBAH KEDUA PULUH LIMA TULANG BELULANG AYAM HIDUP KEMBALI BERKAT KAROMAH SYEKH ABDUL QODIR Diriwayatkan, ada seorang perempuan datang menghadap Syekh Abdul Qodir mengantarkan anaknya untuk berguru pada Syekh, untuk mempelajari ilmu suluk, Syekh memerintahkan agar si anak harus belajar dengan tekun mengikuti cara-cara orang salaf dan ditempatkan di ruang kholwat. Beberapa hari kemudian si ibu selaku orangtua murid datang menengok anaknya dan dilihat tubuh anaknya itu menjadi kurus, makannya hanya roti kering dan gandum. Si ibu kemudian masuk keruang Syekh dan melihat di hadapannya tulang-tulang sisa makanan daging ayam yang sudah bersih. Ibu itu berkata :"Menurut penglihatan saya Tuan Syekh makan dengan makanan yang serba enak. Sedang anak saya badannya kurus karena makanannya hanya bubur gandum dan roti kering, untuk hal itu apa maknanya sehingga ada perbedaan?". Mendengar pertanyaan itu lalu Syekh meletakkan tangannya di atas tulang-belulang ayam sambil bekata : QUUMII BI IDZNILLAHI TA'ALA ALLADZI YUHYIL 'IDZOMA WA HIYA ROMIIM (berdirilah dengan idzin Alloh yang menghidupkan tulang belulang yang sudah hancur). Lalu berdirilah tulang-belulang itu menjadi ayam kembali sambil berkokok : "Tidak ada Tuhan selain Alloh, Muhammad utusan Alloh, Syekh Abdul Qodir kekasih Alloh". Syekh berkata pula kepada orang tua anak itu : "Kalau anakmu dapat berbuat seperti ini, maka ia boleh makan seenaknya asal yang halal". Ibu itu merasa malu oleh Syekh dan mohon maaf atas prasangka yang buruk. Dengan keyakinan yang bulat, ibu itu menyerahkan anaknya kepada Syekh untuk dididik. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 26. MANQOBAH KEDUA PULUH ENAM ANJING PENJAGA ISTAL SYEKH ABDUL QODIR MEMBUNUH SEEKOR HARIMAU Diriwayatkan, bahwa Syekh Ahmad Zandah bila berkunjung bersilaturrohmi kepada para waliyulloh, ia selalu menunggang seekor harimau, dan bagi pribumi yang dikunjunginya harus menyediakan seekor sapi untuk pangan harimaunya. Pada waktu ia berkunjung kepada Syekh Abdul Qodir, dimintanya seekor sapi yang digunakan sebagai penarik timba air setiap harinya, karena kebetulan sapi itu yang dilihatnya. Sementara harimau sedang mengintai sapi yang menjadi mangsanya, tidak diketahui sebelumnya bahwa di situ ada seekor anjing galak penjaga istal kuda kepunyaan Syekh, tiba-tiba anjing itu menyerang, menerkam harimau dan digigitnya hingga mati. Ahmad Zandah terkejut, timbul perasaan malu pada dirinya, dengan merendahkan diri dan sikap hormat segera ia menghadap Syekh lalu mencium tangan beliau. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 27. MANQOBAH KE DUA PULUH TUJUH SYEKH ABDU QODIR MEMBELI EMPAT PULUH EKOR KUDA UNTUK CADANGAN OBAT ORANG SAKIT Diriwayatkan, ada seseorang yang bertempat tinggal di suatu tempat agak jauh dari kota baghdad. Terbetik berita yang sampai kepadanya tentang kemasyhuran Syekh Abdul Qodir, ia bermaksud akan berziarah berkunjung ke rumah Syekh karena terdorong rasa mahabbah. Setiba di kota Baghdad, ia tercengang keheran-heranan melihat bangunan istal kuda kepunyaan Syekh sangat megah dan bagus, papan lantai istalnya dibuat dari emas dan perak,pelananya dibuat dari sutra dewangga yang indah warnanya, kudanya ada 40 ekor semuanya bagus dan mulus sehingga kebagusannya tidak ada tolok bandingannya. Terlintas dalam hatinya prasangka yang kurang baik, bisikkan hatinya berbicara: "Konon dikatakan orang ia seorang wali, tetapi mengapa kenyataannya jauh berbeda sekali ?. Ia seorang penggemar pencinta dunia. di mana ada seorang wali yang cenderung mencintai dunia ?. Sikap prilaku semacam begini tidak pantas diberikan gelar waliyulloh (Kekasih Alloh)". Semula ia ingin bertemu dengan Syekh. seketika itu juga dibatalkan niatnya tadi, lalu ia bertamu kepada seseorang di kota itu. Selang beberapa hari kemudian ia jatuh sakit, dan penyakitnya sangat parah, tidak ada seorang dokterpun di kota itu yang mampu mengobati penyakitnya. Kebetulan ada seorang ulama ahli hikmah, ia memberi petunjuk, katanya: "Menurut diagnosa penyakitnya itu sangat canggih, sulit untuk bisa sembuh, kecuali kalau diobati dengan terapi hati kuda sebanyak empat puluh hati kuda, baru bisa sembuh, dengan persyaratan kudanya harus memiliki, mempunyai sifat dan bentuk khas tertentu." Di antara mereka ada yang memperhatikan, dan menyarankan segera menghubungi Syekh, "Karena beliaulah yang memiliki beberapa ekor kuda dan mempunyai sifat bentuk khas yang diperlukan itu. Mintalah kepada beliau pertolongan dan bantuannya. Beliau seorang dermawan dan suka memberi pertolongan." Di waktu mereka menghadap Syekh, dengan suka rela beliau mengabulkan permintaan mereka, setiap harinya disembelih seekor kuda untuk diambil hatinya, sehingga kuda yang empat puluh ekor itu habis semuanya. Dengan pengobatan empat puluh hati kuda, sembuhlah orang itu dari penyakitnya, ia sembuh sehat seperti sedia kala. Dengan rasa syukur yang tiada hentinya diiringi rasa malu, ia datang menghadap Syekh untuk mohon ampunannya. Syekh berkata: "Untuk dikatahui olehmu, bahwa sejumlah ekor kuda yang ku beli itu sebenarnya cadangan dan bagian untukmu, karena aku tahu bahwa kamu akan mendapat musibah menderita penyakit parah yang tidak ada obatnya kecuali harus dengan empat puluh kerat hati kuda. Aku tahu maksudmu, semula kamu datang berziarah kepadaku semata-mata didorong rasa cinta kepadaku, namun waktu itu kamu berprasangka buruk, dan kau tidak tahu hal yang sebenarnya sehingga kamu bertamu kepada orang lain." Setelah mendengar penjelasan itu, ia merasa banyak bersalah dan segera ia bertobat, lalu Syekh meluruskan dan memantapkan keyakinannya. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 28. MANQOBAH KEDUA PULUH DELAPAN JIN DAN SYETAN DIBAWAH KEKUASAAN SYEKH ABDUL QODIR Diriwayatkan, pada waktu Nabi Sulaiman a.s. memusatkan perhatian pada renungannya, terlintas dalam hati beliau kekhawatiran terhadap ummat nanti di akhir zaman. Kekhawatiran dari gangguan jin dan kenakalan syaithan yang demikian jahatnya dengan perbuatan yang tidak sopan. Tiba-tiba terdengar suara dari alam ghaib, sabda Alloh : "Kamu jangan khawatir, sebab nanti akan lahir Nabi penghabisan yaitu Muhammad SAW. Diantara salah seorang anak cucunya ada yang bernama Abdul Qodir, ia akan diberi kekuasaan menguasai jin dan syethan, tidak ada jin dan syetan yang tidak tunduk kepadanya." *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 29. MANQOBAH KEDUA PULUH SEMBILAN MENGAMPUNINYA RAJA JIN KEPADA ORANG YANG TELAH MEMBUNUH ANAKNYA Ulama Baghdad meriwayatkan, bahwa di Baghdad ada seorang ulama', seusai sholat Jum'at berangkatlah ia diiringi para santri-santrinya berziarah ke pemakaman. Di tengah perjalanan ia menemukan seekor ular hitam yang sedang melata. Dipukulnya ular itu dengan tongkat sampai mati. Setelah ular dibunuh langsung saja alam sekitar daerah itu diliputi kabut kelam dan menjadi gelap. Para santrinya tambah terkejut karena gurunya mendadak hilang. Mereka berusaha mencari ditiap-tiap tempat namun tidak ditemukan. Tiba-tiba gurunya muncul kembali dengan pakaian serba baru. Mereka heran, dan segera menghampiri gurunya sambil menanyakan kejadian yang dialaminya. Kemudian diceritakannya bahwa asal kejadian itu begini permulaannya: "Tadi waktu cuaca gelap, aku dibawa oleh Jin menuju sebuah pulau. Lalu aku dibawa menyelam kedasar laut menuju suatu daerah kerajaan jin, dan aku dihadapkan kepada sang raja jin. Pada waktu aku bertemu, ia sedang berdiri di atas singgasana mahligai kerajaannya. Di hadapannya membujur sesosok mayat di atas panca persada yang sangat indah bentuknya. Kepala mayat itu pecah, darah mengalir dari tubuhnya. Sejurus kemudian sang raja jin bertanya kepada pengawalnya yang membawa aku: "Siapa orang yang kau bawa itu?". Para pengawalnya menjawab : "Inilah orang yang telah membunuh putera tuanku raja". Lalu raja jin menatap tajam padaku dengan muka marah. Wajahnya merah padam, dengan geramnya raja jin menghardikku: "Mengapa kamu membunuh anakku yang tidak berdosa? Bukankah kamu lebih tahu tentang dosanya membunuh, padahal kamu katanya seorang ulama' yang mengetahui masalah-masalah hukum?", dia berkata dengan suara lantang muka berang menakutkan. Segera aku menjawab menolak tuduhan itu: "Perkara membunuh anakmu aku tolak, apalagi yang namanya membunuh, bertemu mukapun aku belum pernah." Raja jin menjawab : "Kamu tidak bisa menolak, ini buktinya, para saksinya juga banyak!". Lalu dengan tegas tuduhan itu kusanggah: "Tidak, tidak bisa, semuanya bohong, itu fitnah semata!". Para saksi jin mengusulkan supaya raja memeriksa darah yang melekat di ujung tongkatnya. Lalu sang raja bertanya: "Itu darah apa yang ada di tongkatmu?". Aku menjawab: "Darah ini bekas cipratan darah ular yang kubunuh". Raja jin berkata dengan geramnya: "Kamu manusia yang paling bodoh. Kalau kamu tidak tahu ular itu anakku!". Dikala itu, aku bingung tidak bisa menjawab lagi, sehingga aku pusing, bumi dan langit terasa sempit karena sulit mencari jalan pemecahannya. Raja jin melirik kepada seorang hakim selaku aparatnya seraya berkata: "Manusia ini sudah mengakui kesalahannya, ia telah membunuh anakku, kamu harus segera memutuskan hukumannya yaitu ia harus dibunuh!". Setelah jatuh keputusan, aku diserahkan kepada seorang algojo. Pada waktu kepalaku akan dipancung, algojo sedang mengayunkan pedangnya kearah leherku, tiba-tiba muncul seorang laki-laki tampan bercahaya sambil berseru: "Berhenti! Sekali-kali jangan kau bunuh orang ini, ia murid Syekh Abdul Qodir", sambil matanya menatap raja jin dengan sorotan tajam. Lalu ia berkata: "Coba apa jawabanmu kepada Syekh kalau beliau marah padamu karena membunuh muridnya?". Raja jin melirik ke arahku sambil berkata: "Karena aku menghormati dan memuliakan Syekh, dosamu yang begitu besar kuampuni, dan kamu bebas dari hukuman. Tetapi sebelum kau pulang, kamu harus jadi imam sholat untuk menyembahyangkan mayat anakku almarhum, dan bacakan istighfar mohon diampuni dosanya". Setelah selesai menyembahyangkan, pada waktu pulang aku diberi hadiah pakaian bagus dan diantarkan ketempat semula tadi". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 30. MANQOBAH KETIGA PULUH BERKAT KAROMAH SYEKH ABDUL QODIR BISA MENOLAK GANGGUAN JIN DAN ORANG JAHAT Syekh Jalal al-Bukhori meriwayatkan, barangsiapa diganggu/kemasukan jin supaya dibacakan ketelinga orang itu bacaan : "yaa hadlrotasy syekh quthbul 'aalami muhyil haqqi waddiinis sayyid 'abdul qoodiril kailaanii" Insya Alloh ia akan sembuh. Dan barang siapa merasa takut dari gangguan orang jahat atau musuh, maka ambil segenggam tanah hitam dan baca nama Syekh Abdul Qodir pada tanah itu lalu sebarkan kearah yang ditakuti, insya Alloh akan terpelihara dari kejahatan. Barang siapa yang mendapat kesusahan hidup, lalu ia bertawassul kepada Syekh Abdul Qodir, Alloh akan mengganti kesusahan dengan kesenangan, dan kesulitan dengan kemudahan. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 31. MANQOBAH KETIGA PULUH SATU SYEKH ABDUL QODIR BERZIARAH KE MAKAM ROSULULLOH SAW DAN MENCIUM TANGAN BELIAU Pada waktu Syekh Abdul Qodir berziarah ke pusara Rosululloh saw di Madinah Munawwaroh, setibanya di Madinah langsung beliau masuk ke ruang pusara Rosululloh saw yaitu "ruang yang mulia (hujroh syarifah)". Selama empat puluh hari beliau berdiri di hadapan pusara Rosululloh saw. Kedua tangannya diletakkan pada dadanya sambil bermunajat mengharap rahmat-Nya, menumpahkan isi hati nuraninya dengan makna bait di bawah ini : dzunubi kamaujil bahri bal hiya aktsaru kamitslil jibalis Syummi bal hiya akbaru walakinnaha 'indal karimi idza 'afaa janahum minal bu'uudhi bal hiya ashghoru "Besar dosaku seperti gulungan ombak dilaut bahkan lebih banyak. Tinggi setinggi puncak gunung syam bahkan lebih tinggi lagi. Namun bila daku Kau ampuni, ringan dosaku seringan sayap nyamuk, kecil bahkan sekecil amat sangat". Lalu beliau meneruskan munajat pengharapannya dengan bait dibawah ini: fii halatil bu'di ruuhii kuntu ursiluhaa tuqobbilul ardho 'anni wahya naibaatii wahadzihi naubatul asybaahi qod hadhorot famdud yamiinaka kai tuhzho bihaa syafatii "Kala jauh dari kekasih, kau utus roh pengganti diri, ulurkan tanganmu kini kasih, kan kukecup sepuas hati untuk terima syafaat kekasih". Selesai beliau meluapkan isi hati nuraninya, tangan Rosululloh saw yang mulia terulur keluar lalu dipegang, diciumnya sepuas hati, dan diletakkan pada ubun-ubun kepala Syekh. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 32. MANQOBAH KETIGA PULUH DUA SYEKH ABDUL QODIR BERBUKA PUASA DI RUMAH MURID-MURIDNYA PADA SATU WAKTU YANG BERSAMAAN Diriwayatkan pada suatu hari di bulan Romadhon, Syekh Abdul Qodir diundang berbuka puasa oleh murid-muridnya sebanyak tujuh puluh orang di rumahnya masing-masing. Mereka berkeinginan agar Syekh berbuka puasa dirumahnya. Mereka tidak mengetahui bahwa di antara mereka masing-masing mengundang Syekh untuk berbuka puasa pada waktu yang bersamaan. Tiba waktunya berbuka puasa bertepatan Syekh berbuka puasa di rumah beliau, detik itu pula rumah muridnya yang tujuh puluh orang itu masing-masing dikunjunginya dan berbuka puasa tepat dalam waktu yang bersamaan. Peristiwa ini di kota Baghdad sudah masyhur terkenal di kalangan masyarakat, dan sudah menjadi bibir masyarakat dalam setiap pembicaraan dan pertemuan. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 33. MANQOBAH KETIGA PULUH TIGA MENYELAMATKAN SEORANG PEREMPUAN MURIDNYA SYEKH ABDUL QODIR DARI KHIANATNYA SEORANG LELAKI FASIK Diriwayatkan, di kota Baghdad ada seorang wanita rupawan wajahnya cantik dam manis sedap dipandang mata. Sebelum ia masuk jama'ah murid Syekh Abdul Qodir, ada seorang lelaki fasik, hidung belang, dan tuna susila. Dia menaruh cinta mengharap pada wanita itu, namun cintanya tidak dibalas. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Si lelaki jahat itu berusaha mencari jalan untuk melaksanakan niat jahatnya itu. Pada suatu hari, wanita itu berangkat menuju sebuah gua pada suatu gunung untuk berkholwat, beruzlah yakni mengasingkan diri dengan tujuan ibadah. Tidak diketahui sebelumnya, bahwa ia sedan diintai dan diikuti dari belakang oleh silelaki perayu wanita itu. Ketika wanita itu tiba dan akan masuk kedalam gua, silelaki jahat itu berusaha dengan sekuat tenaga akan masuk kedalam gua memperkosa kehormatan wanita itu. Sebaliknya, sang wanita berusaha menghindar dari nafsu angkara murka kejahatan silelaki itu sambil berteriak-teriak memanggil-manggil nama Syekh Abdul Qodir: "Ya Syekh Tsaqolein, Ya Ghoutsal A'dhom, Ya Syekh Abdul Qodir, tolonglah saya!", demikian ratap wanita bertawassul dan beristighotsah minta pertolongan. Di kala itu Syekh sedang mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat di madrosah, lalu dilepas bakiaknya. Sepasang bakiak itu dipegang Syekh lalu dilemparkan kearah gua dan tepat sekali mengenai sasaran kepala lelaki jahat itu, di kala laki-laki jahat itu akan melakukan aksinya, bertubi-tubi sepasang bakiak memukul, menampar laki-laki itu dengan pukulan-pukulan yang mematikan. Dan seketika itu juga ia mati. Sang wanita segera mengambil sepasang bakiak milik Syekh, gurunya. Kemudian ia mengucapkan terimakasih atas pertolongannya, lalu bakiak itu diserahkan sambil melaporkan peristiwa yang dialaminya kepada Syekh dan juga kepada khalayak yang mengerumuninya. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 34. MANQOBAH KETIGA PULUH EMPAT SYEKH ABDUL QODIR MEMBERIKAN PERTOLONGAN KEPADA SEORANG WALI YANG TELAH DILEPAS PANGKAT KEWALIANNYA Diriwayatkan, pada zaman Syekh Abdul Qodir, ada seorang wali yang telah dilepas pangkat kewaliannya. Ia minta pertolongan kepada rekan-rekannya sesama wali memohon kepada Alloh SWT. agar ia dapat diangkat kembali mendapatkan pangkat kewaliannya. Wali rekannya itu berkata : "Saya sudah berusaha berdo'a memohon kepada Alloh SWT. agar dapat diangkat kembali pangkat kewalianmu, bahkan menurut anggapan saya persoalan ini tidak diterima oleh Alloh SWT., dan saya dianjurkan sebaiknya meminta pertolongan dan syafa'at Syekh, supaya beliau berdo'a memohon kepada Alloh SWT. agar dapat dikembalikan pangkat kewalianmu itu". Kemudian Syekh dapat menerima usulan mereka, lalu beliau berdo'a, sementara itu datang sabda Alloh: "Sudah banyak para wali yang berdo'a mereka mohon supaya dikembalikan lagi pangkat seorang wali yang sudah dicopot itu. Untuk hal ini kamu jangan minta syafaat baginya". Mendengar sabda itu lalu Syekh mengambil sajadah berangkat menuju suatu lapangan. Pada waktu beliau akan melangkahkan kaki, terdengar ada yang memanggil dari alam ghaib : "Wahai Ghoutsul A'dhom Abdul Qodir, bagi orang itu dan seribu orang yang senasib dengan dia, Ku ampuni dosanya". Dan langkah kaki yang kedua terdengar lagi suara yang bersabda: "Bagi orang itu dan duaribu orang yang senasib dengan dia". Dan pada waktu akan memijakkan langkah kaki yang ketiga kembali terdengar: "Bagi dia dan tigaribu orang yang senasib dengan dia, dosanya Ku ampuni, disebabkan karena pangkat kewalianmu dan kedudukanmu". Syekh mengucapkan terimakasih kepada Alloh SWT. atas anugerah yang telah diterima. Berkat karomah dan syafaat Syekh, wali yang dilepas pangkatnya itu dapat diterima kembali. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 35. MANQOBAH KETIGA PULUH LIMA SYEKH AHMAD KANJI MENJADI MURID SYEKH ABDUL QODIR ATAS PETUNJUK GURUNYA Diriwayatkan, pada suatu hari Syekh Ahmad Kanji sedang mengambil air wudhu, terlintas dalam hatinya bahwa Thorekat Syekh Abdul Qodir itu lebih disukai daripada thorekat-thorekat lainnya. Gurunya yaitu Syekh Abi Ishaq Maghribi mengetahui pula apa yang terlintas dalam hati muridnya, lalu beliau bertanya : "Apakah kamu mengetahui tentang kedudukan Syekh Abdul Qodir?". Dijawab oleh Syekh Ahmad Kanji : "Saya tidak tahu". Lalu gurunya menjelaskan: "Perlu diketahui bahwa Syekh Abdul Qodir itu memiliki duabelas sifat-sifat kemuliaan. Kalau lautan dijadikan tintanya, dan pepohonan dijadikan penanya, manusia, malaikat, dan jin sebagai penulisnya, maka tidak akan mampu menuliskan sifat-sifat jati diri yang dimiliki beliau itu". Mendengar penjelasan dari gurunya itu, ia makin bertambah mahabbah kecintaannya kepada Syekh Abdul Qodir, hatinya berbisik : "Salah satu harapanku jangan dahulu aku meninggal sebelum aku mendalami dan mengamalkan thoriqohnya". Kemudian dengan kemauan yang keras berangkatlah ia menuju kota Baghdad, setibanya di sebuah gunung di wilayah Ajmir, dibawah gunung mengalir sungai, lalu ia mengambil air wudhu untuk bersembahyang serta beristirahat di tempat itu. Angin bertiup sepoi-sepoi basah mengipasi badan yang letih sehingga ia terlena dan tertidur dengan nyenyaknya. Didalam keadaan tidur ia bermimpi dikunjungi Syekh Abdul Qodir. Beliau membawa mahkota merah dan sorban hijau, Syekh Ahmad Kanji berdiri menghormati kedatangan beliau. "Mari kesini lebih dekat lagi", kata beliau sambil mengenakan mahkota merah dan sorban hijau di atas kepala Syekh Ahmad Kanji, dan berkata :"Wahai Ahmad Kanji, sekarang kamu sudah menjadi muridku, dan menjadi anakku dan menjadi Rijalulloh (Pahlawan Alloh)". Lalu beliau menghilang dan bangunlah Syekh Ahmad Kanji dari tidurnya, mahkota dan sorban sudah melekat terpakai di atas kepalanya, lalu ia bersujud syukur atas nikmat Alloh yang telah diterimanya. Kemudian ia pulang kembali kepada gurunya sambil memperlihatkan mahkota merah dan sorban hijau hadiah pelantikan dari Syekh Abdul Qodir, dan menceritakan tentang peristiwa yang telah dialaminya. Gurunya berkata : "Wahai Ahmad Kanji, mahkota dan sorban itu adalah suatu hirqoh kemuliaan dan keberkahan bagimu, dan kamu sangat dikasihi Syekh Abdul Qodir. Sekarang berdirilah tegak, dan kamu telah menjadi wali yang utama". Dengan mengharap keberkahannya, Syekh Abi Ishaq Maghribi memakai mahkota dan sorban itu di kepalanya, lalu diserahkan kembali kepada Syekh Ahmad Kanji. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 36. MANQOBAH KETIGA PULUH ENAM SYEKH AHMAD KANJI MENJUNJUNG KAYU BAKAR DIATAS KEPALANYA Syekh Ahmad Kanji pekerjaannya adalah mencari kayu bakar untuk memasak roti bagi faqir-faqir. Setelah mengenakan mahkota dari Syekh Abdul Qodir, gurunya berkata : "Sekarang engkau tidak layak mencari kayu bakar, sebab kepalamu telah dimahkotai dengan mahkota yang mulia". Lalu Syekh Ahmad Kanji memohon ijin dari gurunya untuk mencari kayu bakar. Ujar gurunya: "Ya kalau kamu ngotot, silakan saja". Iapun berangkat ke gunung memgumpulkan kayu bakar dan diikat. Waktu akan diangkat kekepalanya, kayu bakar itu melayang diatas kepala Syekh Ahmad Kanji kira-kira sehasta dari kepalanya. Lantas Syekh Ahmad Kanji pulang kepada gurunya. Ikatan kayu bakar terus melayang mengikuti Syekh Ahmad. Setibanya di tempat gurunya yaitu Syekh Abi Ishaq Maghribi, gurunya berkata: "Nah, Syekh Ahmad, tadi kataku bagaimana, kepalamu tidak pantas dipakai membawa kayu bakar, sebab sudah ditempati mahkota dan sorban yang mulia. Sejak kini, sudahlah jangan mencari kayu bakar. Engkau oleh Sayyid Abdul Qodir sudah ditunjukkan dalam pangkat Rijalulloh". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 37. MANQOBAH KETIGA PULUH TUJUH BERKAT DO'A SYEKH ABDUL QODIR SEORANG PEREMPUAN MEMPUNYAI TUJUH ANAK LAKI-LAKI Dalam kitab Muntakhob Jawahiril Qolaid diriwayatkan, ada seorang perempuan datang menghadap Syekh Abdul Qodir, maksudnya ia mohon do'a restu dan karomah Syekh agar ia dikaruniai seorang anak yang menjadi dambaan hati buah pelerai lara. Lalu Syaikh melihat tulisannya di Lauhil Mahfudz, ternyata bagi perempuan itu tidak ada tulisan akan mempunyai anak. Disaat itu pula Syekh berdo'a kepada Alloh Yang Maha Berkuasa agar perempuan itu diberi dua orang anak. Selesai beliau berdo'a terdengar sabda Alloh : "Bukankah kamu sudah melihat di Lauhil Mahfudz bahwa seorang anakpun tidak ada tulisannya bagi perempuan itu, dan sekarang malah kamu minta dua orang anak ?". Syekh berkata lagi : "Saya mohon tiga anak". Dikala itu datang lagi sabda Alloh : "Kamu sudah melihat di Lauhil Mahfudz ia tidak ada lukisannya seorang anakpun, kini kamu minta tiga anak". Syekh berkata lagi: "Ya Alloh saya mohon empat orang anak". Demikian seterusnya permohonan Syekh bertambah meningkat sampai pada permohonan tujuh orang anak. Pada waktu sampai batas tujuh orang anak, datang sabda Alloh: "Sekarang sudah cukup, jangan lebih dari tujuh, dan permohonan itu Ku-terima". Atas anugerah karunia itu lalu beliau bersujud syukur kepada Alloh Subhanahu Wa Ta'ala. Kemudian Syekh mencomot segumpal tanah, dan sedikit dari tanah itu diberikan kepada perempuan itu. Dengan mengharap barokahnya lalu perempuan itu membuat liontin mata kalung dari tanah itu yang dilapisi perak. Beberapa hari kemudian perempuan itu hamil, dan sampai masa sembilan bulan ia melahirkan bayi kembar siam tujuh bayi laki-laki semuanya dalam keadaan sehat dan selamat. Kian hari bayi itu menjadi besar dan meningkat menjadi anak-anak dewasa. Beberapa tahun kemudian, keyakinan perempuan itu menjadi berubah. Tercetus dalam bisikan hati perempuan itu prasangka buruk terhadap Syekh. Ia berkata sambil memegang perhiasan liontin mata kalung yang dipakai: "Untuk apa gunanya tanah ini tiap hari selalu bergantung di bawah leherku, sekarang aku sudah punya anak, untuk apalagi kalung ini kupakai, tidak ada gunanya". Seusai ia berkata dalam hati nuraninya dengan spontanitas ketujuh anaknya itu mati. Melihat kejadian yang tidak terduga itu, segera perempuan itu berangkat menghadap Syekhs ambil menangis tersedu-sedu dan bertobat mohon ampunannya karena jauh sebelumnya sudah berprasangka buruk kepada Syekh. Menerima pengaduan dan keluhan itu, Syekh berkata "Sekarang juga kamu cepat pulang, dan apa yang menjadi niat dan harapanmu itu akan diterima juga nanti". Setibanya di rumah dengan penuh cemas ternyata anaknya yang sudah mati, semuanya hidup kembali. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 38. MANQOBAH KETIGAPULUH DELAPAN SYEKH ABDUL QODIR MENYELAMATKAN MURIDNYA DARI SIKSAAN MALAIKAT MUNKAR WA NAKIR Diriwayatkan, Syekh Abdul Qodir mempunyai murid yang bodoh dan buta agama, namun ia menaruh cinta, rindu, kepada gurunya yaitu Syekh Abdul Qodir. Pada waktu ia mati ditanya di alam kubur oleh malaikat Munkar Nakir: "Apa agamamu, siapa Tuhanmu dan siapa Nabimu ?". Si mayat menjawab : "Saya tidak tahu, yang saya ketahui hanya guruku Syekh Abdul Qodir, beliaulah yang sangat kucintai". Mayat itu selalu memanggil-manggil Syekh Abdul Qodir, sehingga malaikat Munkar Nakir merasa bingung menghadapi kejadian ini, lalu hal ini diajukan kepada Alloh SWT: "Ya Alloh, Engkau Maha Mengetahui tentang jawaban mayat hamba-MU ini, untuk hal itu saya serahkan kepada-Mu". Alloh bersabda : "Beri siksaan dia sebagaimana mestinya". Pada waktu malaikat Munkar Nakir akan melaksanakan siksaan sebagaimana perintah Alloh SWT, tiba-tiba Syekh Abdul Qodir muncul sambil berkata : "Wahai malaikat Munkar Nakir, mayat muridku jangan disiksa karena dia waktu hidupnya termasuk orang yang bodoh, dan tidak tahu tentang agama, yang dia ketahui hanyalah aku ini". Lalu Syekh melanjutkan pembicaraannya : "Akulah yang yang akan memberi jawaban terhadap segala pertanyaan yang kalian akan tanyakan, nah sekarang mau menanyakan masalah apa ?". Untuk kedua kalinya kejadian ini malaikat Munkar Nakir bertambah bingung dan dengan segera dilaporkan kepada Alloh SWT. Alloh bersabda sebagaimana tadi : "Siksa dia sebagaimana mestinya !". Setelah malaikat itu menerima perintah dari Alloh lalu diambilnya godam, ketika mayat akan disiksa, tiba-tiba Syekh menghadang dan menggagalkan serta merebut godam dari tangan malaikat Munkar Nakir lalu dilemparkan, beliau berkata : "Semuanya minggir! Demi panasnya kecintaanku yang membara dalam batinku kepada Alloh, siapapun juga tidak ada yang menandingiku. Ingat, kalau mayat muridku disiksa, surga dan neraka semuanya akan kubakar (artinya dalam surga tidak akan senang dan dineraka tidak akan susah )". Ketika itu datang sabda Alloh : "Sekarang Ku ampuni dosa mayat orang itu, jangan kamu siksa, disebabkan karena kekasihku Abdul Qodir. Aku menanggung rindu padanya, dan lebarkan pula kubur mayat orang itu!". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 39. MANQOBAH KETIGA PULUH SEMBILAN SETIAP DATANG TAHUN BARU TAHUN ITU MEMBERI TAHU KEPADA SYEKH ABDUL QODIR PERISTIWA YANG AKAN TERJADI PADA TAHUN INI Di dalam kitab Bahjatul Asror meriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir suatu saat beliau terbang melayang-layang di atas ribuan manusia pada jamaah majelis pengajian yang beliau pimpin. Beliau berkata : "Tiada terbit matahari melainkan mengucapkan salam padaku, dan menginformasikan segala kejadian atau peristiwa yang akan terjadi pada tahun itu. Pada setiap datang bulan senantiasa memberi salam padaku dan menceritakan peristiwa apapun yang akan terjadi pada bulan itu. Demikian setiap datang minggu dan hari, minggu dan hari itu memberi salam padaku dan memberitahukan masukan peristiwa yang akan terjadi pada minggu dan hari itu. Demi Dzat Kemuliaan Tuhan orang-orang yang akan mendapat kecelakaan dan kebahagiaan semuanya itu diajukan kepadaku. Pandangan mataku ada di lauhil mahfudz, dan aku tenggelam dalam lautan ilmunya Alloh dan dalam lautan musyahadah-Nya. Akulah yang menjadi hujjah Alloh bagimu. Akulah yang menjadi pengganti dan penerus Rosululloh SAW. Akulah yang menjadi pewarisnya dibumi. Manusia ada gurunya, malaikat ada gurunya, demikian pula jin ada gurunya, dan aku adalah guru semuanya". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 40. MANQOBAH KEEMPAT PULUH SYEKH ABDUL QODIR DIBERI BUKU, DAFTAR UNTUK MENCATAT MURID-MURIDNYA SAMPAI HARI KIAMAT Di dalam kitab Bahjatul Asror diriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir pernah berkata: "Aku diberi sebuah buku luasnya sepanjang mata memandang untuk menuliskan dan mencatat nama-nama muridku sampai hari kiamat. Semua jumlah catatan murid dan ikhwanku itu telah Alloh berikan padaku dan telah menjadi milikku. Aku pernah bertanya kepada malaikat Malik penjaga pintu neraka: "Apakah ada padamu murid ataupun ikhwanku?" Malaikat Malik menjawab "Tidak ada dalam neraka". Syekh berkata: "Aku bersumpah demi Dzat Kemuliaan dan Keagungan Tuhan, sesungguhnya tanganku terhadap murid-muridku seperti langit menutupi bumi. Andaikan murid-muridku itu buruk dan salah, maka akulah yang baik dan benar. Dan aku bersumpah demi Dzat Kemuliaan dan Keagungan Tuhan, dua telapak kakiku tidak akan bergeser setapakpun di hadapan Tuhan, terkecuali sudah mendapat keputusan bahwa aku bersama murid-muridku berangkat masuk surga". Lebih lanjut beliau berkata: "Senantiasa tanganku ini tidak akan lepas dari kepala murid-muridku, walaupun aku sedang berada di Timur (masyriq) dan muridku berada di barat (Maghrib), lalu muridku itu terlihat dan tersingkap auratnya maka tanganku akan segera menutupinya. Demi Dzat Kemuliaan dan Keagungan Tuhan, pada hari kiamat nanti aku akan berdiri tegak di hadapan pintu gerbang neraka, sekali lagi aku tidak akan bergeser dan berdiri tegak sebelum semua muridku sudah masuk ke surga, karena Alloh Yang Maha Kuasa telah menjanjikan padaku bahwa murid-muridku tidak akan dimasukkan kedalam neraka. Barang siapa yang berguru serta cinta/mahabbah padaku pasti aku menghadap (menaruh perhatian) padanya. Dan malaikat Munkar Nakir telah berjanji padaku bahwa mereka tidak akan menakut-nakuti, atau menimbulkan rasa kaget/terkejut pada murid-muridku". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 41. MANQOBAH KE EMPAT PULUH SATU SALAH SEORANG MURID ABDUL QODIR TIDAK MERASA LAPAR DAN HAUS SETELAH MENGHISAP JARI TANGAN SYEKH ABDUL QODIR Syekh Arif Abu Muhammad Syawir As-Sibti berkata: "Pada suatu hari saya berangkat menuju Baghdad berziarah kepada Syekh Abdul Qodir, lalu saya membantu beliau beberapa hari lamanya. Pada waktu saya akan pulang, lebih dahulu saya menghadap guruku Syekh untuk mohon diri. Beliau berkata padaku: "Silahkan kamu pergi, aku do'akan semoga kamu selamat di perjalanan dan selamat sampai di tempat tujuan." Kemudian beliau mengulurkan tangannya menyuruh padaku supaya jari tangannya dihisap. Lalu kuhisap jari tangan beliau itu. Beliau berwasiat kepadaku: "Agar nanti di perjalanan jangan meminta-minta." Setelah saya pamit, berangkatlah saya menuju mesir. Berkat karomah Syekh, di perjalanan saya tidak pernah merasa lapar atau haus, juga tidak mengurangi kekuatan fisik, dengan selamat tidak kurang suatu apapun sampailah saya di kampung halaman". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 42. MANQOBAH KE EMPAT PULUH DUA SYEKH SON'ANI KARENA TIDAK TAAT KEPADA SYEKH ABDUL QODIR NASIBNYA MENJADI PENGGEMBALA BABI Pada waktu Syekh Abdul Qodir menerima sabda Rosululloh saw, bahwa telapak kaki beliau bakal memijak pundak-pundak para waliyulloh, sabda Rosululloh itu diumumkan dan disebarkan kepada seluru para wali, baik yang hadir maupun yang tidak hadir/raib. Mendengar pengumuman itu, mereka para waliyulloh menghadap syekh, dan mereka meletakkan kaki beliau di atas pundaknya masing-masing karena menghormati dan mengagungkannya, kecuali sorang wali namanya Syekh Son'ani, ia berkata: "Saya juga cinta mahabbah kepada Syekh, tetapi untuk diinjak pundakku nanti dahulu, dan rasanya tidak perlu." Ucapan Syekh Son'ani itu terdengar oleh Syekh, dan beliau berkata: "Telapak kakiku akan menginjak pundaknya si penggembala babi". Tidak berapa lama kemudian, Syekh Son'ani berangkat berziarah menuju kota Mekkah diiringi sampai ratusan santri-santrinya. Takdir tidak bisa ditolak, demikianlah ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa berlaku bagi hambanya. Pada waktu Syekh Son'ani berjalan melewati sebuah kampung yang penduduknya mayoritas menganut agama nasroni, kebetulan ia melihat sebuah kedai, penjual warung itu seorang perempuan beragama nasroni penjual minuman keras. Keistimewaan perempuan itu pandai menarik para pembeli karena wajahnya cantik tiada bandingnya, badannya mulus dan mantap, mendebarkan hati para pemuda. Konon tiada seorang lelakipun yang tidak terpikat olehnya. Demikian pula Syekh Son'ani, melihat kecantikan perempuan itu terpesona sehingga luluh hatinya, hilang rasa malu pada dirinya, wibawanya jatuh di hadapan santri-santri pengiringnya, sehingga dengan senang hati ia rela menyerahkan dirinya untuk menjadi pelayan perempuan itu. Dengan suka rela serta sungguh-sungguh ia mau bekerja, dan pekerjaan apapun ia kerjakan demi untuk menyenangkan perempuan cantik itu. Pada suatu hari perempuan itu menyuruh Syekh Son'ani menggembalakan babi piaraannya, memangku anak babi yang masih kecil agar jangan sampai terinjak induknya. Ia tidak merasa hina disuruh menggembala babi itu, malah merasa bangga dan gembira diperintah kekasihnya itu. Melihat kejadian itu, seluruh santri-santri pengiringnya itu mereka pulang meninggalkan gurunya, karena secara menyolok Syekh Son'ani gurunya itu telah mencemarkan dan menodai agama. Yang masih tinggal dua orang, yaitu Syekh Fariduddin dan Syekh Mahmud Maghribi. Kedua santri itu berunding mencari jalan pemecahan musibah yang menimpa pada gurunya. Hasil perumusannya mereka berpendapat bahwa: "Musibah ini harus diperbaiki dari sumbernya dan ditelusuri sebab akibatnya, kemungkinan karena tidak adanya loyalitas murid terhadap gurunya dan kata bertuah yang dikatakan Syekh Abdul Qodir kepada Syekh Son'ani, maka untuk hal ini saya akan menghadap yang mulia Syekh". Kata Syekh Fariduddn: "Kamu Syekh Mahmud tinggal di sini." Kemudian Syekh Fariduddin berangkat menuju kota Baghdad, setibanya di kota itu lalu ia mencari pekerjaan berat dan hina, akhirnya terpaksa pekerjaan itu diterima dan dikerjakan, yaitu membuang kotoran dari kakus. Pada suatu hari Syekh mengetahui dan menyaksikan Syekh Fariduddin sedang bekerja berat yaitu sedang menjunjung wadah yang penuh dengan kotoran dan pada saat itu turunlah hujan dengan derasnya sehingga wadah kotoran itu penuh dengan air hujan melimpah dan membasahi badan Syekh Fariduddin. Memperhatikan beban berat yang dipikul Syekh Fariduddin, Syekh merasa iba hatinya, lalu beliau memanggil Syekh Fariduddin dan menanyakan namanya. Setelah Syekh Fariduddin memperkenalkan diri, dan ia juga teman Syekh Son'ani, Syekh bertanya lagi: "Kamu sebenarnya mau apa? Dan silahkan mau minta apa?". Dijawab oleh Syekh Fariduddin: "Kiranya yang bertanya lebih arif bijaksana, lebih mengetahui maksud saya sebenarnya". Syekh berkata: "Kamu mendapat maqom, yakni kedudukan yang lebih tinggi, dan juga gurumu kuampuni". Kata Syekh Fariduddin: "Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi selain diampuni dosa guruku". Kata Syekh: "Memang benar, gurumu telah kuampuni karena kedudukanmu itu". Bertepatan dengan saat memberi ampun, detik itu pula Syekh Son'ani siuman sadar kembali dari kelalaiannya, lalu ia membaca istighfar, dan ketika itu juga hatinya menjadi berubah tertanam dan berkembang perasaan cinta, rindu mahabbah pada Syekh, dan segera ia berangkat menuju kota Baghdad dengan kebulatan tekad yang kuat akan bertobat kepada Syekh. Demikian pula tidak kurang pentingnya perempuan cantik yang beragama nasroni itu dan juga kekasih Syekh Son'ani ikut terbawa bersama Syekh Son'ani berziarah dengan keyakinan yang kuat akan masuk agama islam berikrar di hadapan Syekh. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 43. MANQOBAH KE EMPAT PULUH TIGA SYEKH ABDUL QODIR DUDUK DI ATAS SEJADAH MELAYANG-LAYANG DI ATAS SUNGAI DAJLAH Syekh Sahal bin Abdullah At-Tastari di kala mukasyafah berkata: "Pada suatu hari masyarakat Baghdad merasa kehilangan Syekh Abdul Qodir, mereka sibuk mencari di mana Syekh itu berada. Setelah diadakan pencarian yang seksama, diketemukan beliau sedang duduk di atas air sungai Dajlah, beliau dikerumuni berbagai jenis ikan menciumi tangan dan kaki beliau". Kata Syekh Sahal: "Saya tidak merasa bosan melihat keajaiban beraneka jenis ikan dengan nuansa beraneka warna dan dengan gerakan gaya yang berbeda pula, sehingga tidak terasa sampai datang waktu dzuhur. Di kala itu saya melihat sajadah warnanya hijau disulam dengan benang emas dan perak bermotifkan tulisan dua baris, baris pertama: 'ALAA INNA AULIYAA ALLOOHI LA KHOFUN 'ALAIHIM WALAAHUM YAHZANUN (Sesungguhnya para kekasih Alloh itu mereka tidak merasa takut dan bagi mereka tidak merasa sedih duka nestapa). Dan baris kedua dengan tulisan: SALAAMUN 'ALAIKUM AHLAL BAITI INNAHU HAMIIDUN MAJIID (Keselamatan dan kesejahteraan tetap bagimu sekalian wahai Ahli Bait Nabawi, sesungguhnya Alloh Maha Terpuji, Maha Agung). Sajadah itu terhampar melayang di atas sungai Dajlah, lalu Syekh duduk di atas sajadah itu. Tidak lama kemudian datang rombongan kawula muda rata-rata tubuhnya tegap semampai, wajahnya tampan, ganteng ceria penuh wibawa mengiringkan seorang pria yang kegantengan dan kharismanya melebihi dari yang lainnya. Di hadapan mereka terhampar sejadah, dengan serempak mereka berdiri menghormati Syekh dengan sopan santun dan rasa khidmat seolah-olah mereka terkendali dengan kewibawaan beliau. Lalu Syekh berdiri untuk melaksanakan sholat berjama'ah, beliau menjadi imam dan yang lainnya menjadi makmum, termasuk para wali Baghdad. Di kala Syekh mengucapkan takbir, para malaikat pemangku 'arasy dengan serempak pula mengucapkan takbir. Di waktu membaca tasbih, seluruh malaikat yang di langit mengikuti membaca tasbih. Pada waktu beliau membaca tahmid keluar dari mulut Syekh sinar cahaya memancar menjulang ke atas. Seusai melaksanakan sholat, lalu beliau membaca do'a: ALLOHUMA INNII AS ALUKA BIHAQQI JADDIL NABIYYIKA WAKHIYAROTIKA MIN KHOLKIKA ALLA TAQBADO RUUHA MURIIDII WA MURIIDATAN LII ILLA 'ALAA TOOBATI (Ya Alloh, aku mohon pada-Mu dengan bertawassul pada kakek moyangku Nabi Muhammad saw pilihan-Mu dan makhluk-Mu. Semoga Engkau Ya Alloh, jangan merenggut nyawa muridku baik pria maupun wanita sebelum mereka itu bertobat lebih dahulu pada-Mu). Seluruh Malaikat membaca amin atas doa itu, demikian pula seluruh kaum muslimin yang hadir. Di kala itu datang hatif dari alam gaib, firman Alloh: "Wahai Abdul Qodir, bergembiralah, karena doamu telah Ku terima". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 44. MANQOBAH KE EMPAT PULUH EMPAT BERKAT SYAFAAT SYEKH ABDUL QODIR, WALI YANG MARDUD (DITOLAK) DAPAT DITERIMA KEMBALI MENJADI WAI MAQBUL (DITERIMA) Diriwayatkan dalam kitab Malfudhul Ghoyyatsiyyah pada zaman Syekh Abdul Qodir ada seorang wali yang dikeluarkan, dilepas oleh Alloh dari pangkatkewaliannya. Umumnya masyarakat telah mengetahui tentang ditolaknya wali tersebut oleh Alloh, telah tercatat dari daftar waliyulloh. Namun ia berusaha dengan sekuat tenaga, dengan didukung oleh semangat juang tinggi, minta bantuan dan syafaat rekaan-rekannya. Sebanyak tiga ratus enam puluh wali, merasakan rasa solidaritas mengajukan permohonan kepada Alloh agar ia dapat diangkat kembali dan diterima disisi-Nya. Merasakan nasib malang yang diderita rekannya itu, seluruh wali yang tiga ratus enam puluh orang itu mereka bersama-sama bermunajat mengadukan halnya, berdo'a memohon kepada Alloh supaya rekannya wali yang dilepas itu diangkat kembali menjadi waliyulloh. Namun dari seluruh permohonan mereka itu, tidak ada seorangpun do'anya yang diterima Alloh. Maka untuk meyakinkan lagi para waliyyulloh itu masing-masing melihat ketentuan suratan yang tertulis di Lauhil Mahfudz, ternyata tampak dengan jelas tertulis bahwa wali rekannya itu sudah disatukan dengan kelompok orang-orang celaka. Atas kesepakatan bersama dianjurkan supaya ia dengan segera menghadap Syekh Abdul Qodir untuk memohon syafaatnya. Lalu dengan merendahkan diri ia menghadap Syekh, beliau berkata: "Mari sini lebih dekat lagi, sesungguhnya Alloh telah mencopot pangkat kewalianmu. Mudah-mudahan aku bisa mengusahakan, dan menjadikan agar kamu dapat diterima kembali menjadi waliyulloh dengan ijin Alloh". Kemudian Syekh berdo'a kepada Alloh, mohon supaya wali yang ditolak itu dapat diangkat kembali, diterima menjadi waliyulloh. Di kala itu datang hatif dari Yang Maha Kuasa: "Wahai Abdul Qodir, ada tiga ratus enam puluh orang wali mereka berdo'a minta pertolongan untuk wali yang Ku tolak itu, dan tidak seorang pun do'a permohonannya yang Ku terima, sebab wali itu telah tertulis di Lohmahfud termasuk orang yang celaka". Syekh menjawab: "Ya Alloh, apa halangannya, Engkau Maha Kuasa, siapa yang ditolak, Engkau dapat menolaknya, demikian pula siapa yang diterima Engkau bisa saja menerimanya, dan mengapa lidahku Engkau jadikan supaya aku bisa menyanggupi orang, bahwa ia dapat diterima bila Engkau telah memutuskan dan menjadikan orang itu ditolak". Kemudian dating hatip, Alloh bersabda: "Wahai Abdul Qodir, sekarang silahkan siapa yang dianggap olehmu ditolak akan Ku tolak, dan Aku serahkan padamu dengan tugas untuk mengangkat dan memberhentikan dari pangkat kewalian". Lalu syekh berkata kepada wali mardud itu: "Segera kamu membersihkan diri, mandi tobat, karena kedudukanmu sekarang sudah di angkat kembali menjadi waliyyulloh". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 45. MANQOBAH KEEMPAT PULUH LIMA: SYEKH ABDUL QODIR MENYELAMATKAN MURIDNYA DARI API DUNIA DAN AKHIRAT Syekh Miyan Udhmatulloh dari golongan Imam Ulama Arifin berkata: "Di negeriku Burhaniyun, saya bertetangga dengan seorang kaya. Ia beragama Hindu penyembah api (agni), namun ia sangat rindu cinta kepada Syekh Abdul Qodir. Setiap tahun diundang para pejabat pemerintah, para ulama, dan tidak terkecuali para fakir miskin untuk berpesta bersuka ria, makan bersama di rumahnya. Untuk lebih semarak lagi, rumahnya dihiasi dengan dekorasi yang beraneka ragam wama keindahannya, ditaburi dengan bunga-bunga yang harum semerbak serta minyak yang harum mewangi. Tujuan diadakan pesta itu semata-mata terdorong rasa cinta mahabah kepada Syekh, malah ia merasa bangga mengaku menjadi muridnya. Rupanya ajal telah tiba baginya, dan setiap jiwa harus merasakan mati. Pada waktu mati, keluarganya merawat mayat itu sesuai dengan keyakinannya, yaitu tata cara agama Hindu, si mayat harus dibakar. Timbul keanehan, di luar kebiasaan sosok mayat itu tidak hangus terbakar menjadi abu, bahkan sehelai rambutpun tidak lenyap dimakan api. Akhirnya keluarganya sepakat bahwa mayat itu lebih baik dihanyutkan ke sungai. Menghadapi kejadian ini, di negeri tersebut berdiam seorang wali. Pada malam harinya ia bermimpi dikunjungi Syekh. Beliau berpesan: "Mayat orang Hindu yang terapung-apung dihanyutkan air itu ialah muridku, dan ia telah diberi nama Sa'dulIah, supaya ia segera diangkat dari sungai dan dikubur sebagaimana mestinya menurut kewajiban dan ketentuan agama Islam, karena ia seorang muslim. Mengapa sosok mayat itu tidak lenyap dimakan api sehingga api tidak mempan untuk membakarnya? Hal ini tiada lain karena Alloh telah berjanji padaku bahwa Alloh tidak akan membakar murid-muridku baik dari api dunia maupun api neraka. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 46. MANQOBAH KEEMPAT PULUH ENAM KEBERADAAN, PERWUJUDAN, SYEKH ABDUL QODIR ADALAH WUJUD NABI MUHAMMAD SAW Syekh Abdul Qodir berkata: "Haadzal Wujuud Wujuudu Jaddi La Wujuudu Abdul Qodir (Keberadaan/perwujudanku ini adalah wujud kakek moyangku Nabi Muhammad SAW. bukan wujud Abdul Qodir)". Para ulama meriwayatkan bahwa pada suatu hari, Syekh berangkat pulang menuju rumah beliau. Di belakang beliau diikuti sang putra Abdul Jabbar. Sesampainya di rumah, Abdul Jabbar tidak melihat bahwa ayahnya itu berada di rumah, lalu ditanyakan kepada ibunya, "Tadi saya berjalan mengikuti ayah ke sini, pada waktu sampai di ambang pintu, saya tidak melihat ayah masuk ke dalam rumah". Ibunya berkata: "Sebenamya ayahmu itu sudah lima belas hari tidak pulang-pulang ke rumah". Lalu Abdul Jabbar berangkat menuju tempat berkhalwat ayahnya, terlihat pintunya terkunci, ia berkeyakinan pasti ayahnya itu ada di ruang khalwat. Di ambang pintu ruang khalwat lama ia menunggu sampai tengah malam. Pada pertengahan malam, baru pintu ruang khalwat itu dibuka oleh Syekh sambil beliau berkata: "Menurut penglihatan orang banyak, ayah berangkat menuju rumah, padahal masuk ke ruang khalwat ini, sama seperti penglihatanmu tadi". Kemudian Abdul Jabbar bertanya kepada ayahnya: "Rosululloh bila beliau qodo hajat atau buang air kecil, seketika itu juga bumi menghisapnya sehingga tidak ada bekasnya. Keringatnya harum semerbak seharum minyak kasturi, dan lalat pun enggan hinggap pada badan beliau. Semua yang saya sebut terbukti khususiah, keistimewaan itu sekarang ada pada ayah". Syekh menjawab "Sesungguhnya Abdul Qodir telah fana secara konstan pada kelestarian diri kakek moyangnya, Nabi Muhammad SAW." Lalu Abdul Jabbar berkata lagi: "Nabi Muhammad bila beliau berjalan biasanya dipayungi awan berarak, rasanya tidak ada salahnya ayah juga kalau berjalan dipayungi awan ?". Beliau menjawab: "Hal itu sengaja kita tinggalkan, jangan sampai nanti disangka menjadi Nabi". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 47. MANQOBAH KEEMPAT PULUH TUJUH SYEKH ABDUL QODIR DIGODA SYETAN Diriwayatkan, bahwa pada suatu hari syetan menghadap Syekh Abdul Qodir, memperkenalkan diri sebagai Jibril, dan berkata bahwa ia membawa buroq dari Alloh dan mengundangnya untuk menghadap Alloh di langit tertinggi. Syekh segera menjawab bahwa si pembicara tiada lain syetan si iblis, karena baik buroq maupun Jibril tiada akan turun ke dunia selain turun kepada Nabi Muhammad SAW. Syetan masih punya cara lain, katanya : "Baik Abdul Qodir, engkau telah menyelamatkan diri dengan keluasan ilmumu". "Enyahlah !", bentak Syekh, "Jangan kau goda aku, dan bukan karena ilmuku, tapi karena rahmat Alloh, aku selamat dari perangkapmu". Ketika Syekh sedang di rimba belantara, tanpa makan dan minum untuk waktu yang lama, awan menggumpal di angkasa, dan turunlah hujan. Syekh meredakan dahaganya dengan curahan hujan itu. Muncullah sosok terang di cakrawala dan berseru: "Akulah Tuhanmu, kini kuhalalkan bagimu segala yang haram". Syekh berkata: "Aku berlindung kepada Alloh dari godaan syetan yang terkutuk". Sosok itupun berubah menjadi awan, dan terdengar berkata: "Dengan ilmumu dan rahmat Alloh, engkau selamat dari tipuanku, padahal aku telah menggoda dan menyesatkan tujuh puluh orang yang sedang menuntut ilmu Ketauhidan". Lalu muridnya bertanya tentang kesigapan Syekh dalam mengenal bahwa ia syetan. Jawaban beliau dengan pernyataan yang menghalalkan segala yang haram yang membuatnya tahu. sebab peryataan semacam itu tentu bukan dari Alloh. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 48. MANQOBAH KEEMPAT PULUH DELAPAN SYEKH ABDUL QODIR MENAMPAR SYETAN Pada suatu hari, Syekh Abdul Qodir didatangi syetan, sosok tubuhnya buruk menjijikan, pakaiannya compang-camping dan badannya bau busuk, lalu ia berucap: "Saya datang jauh-jauh untuk menghadapmu semata-mata dengan maksud menjadi pelayan Syekh. Semoga saya dapat diterima". Permintaannya itu diacuhkan Syekh, lalu ditampar mukanya, seketika itu juga ia menghilang tanpa bekas. Saat muncul lagi, ia membawa obor yang menyala, maksudnya ingin membakar Syekh. Lalu beliau mengambil pedang dan ketika akan dilepas, ia kabur terbirit-birit. Tidak lama kemudian ia datang lagi sambil menangis pura-pura minta ampun tidak akan menggoda lagi, padahal diam-diam ia memperlihatkan peralatan untuk menggoda manusia. Syekh berkata: "Enyah kamu !. Berkali-kali kamu datang lagi menggodaku, dan aku tidak akan terpedaya dengan rayuan gombalmu". Lalu dengan cepat beliau merampas alat-alat itu dari tangan syetan dan diredamnya. Akibat kegagalan usahanya, syetan itu kabur. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 49. MANQOBAH KEEMPAT PULUH SEMBILAN RAJA BAGHDAD MEMBERI HADIAH UANG KEPADA SYEKH ABDUL QODIR, UANG ITU BERUBAH MENJADI DARAH Diriwayatkan, raja Baghdad yang bernama Yusup bin Abi Mudhoffar memberi hadiah kepada Syekh Abdul Qodir berupa sepuluh pundi-pundi uang yang diantarkan oleh sepuluh kawula pengawalnya, namun hadiah itu tidak diterima Syekh. Akhirnya raja itu sendiri terjun datang kepada Syekh sambil berkata: "Saya sengaja datang ke sini untuk memberi hadiah bagi Syekh berupa sepuluh pundi uang, jangan sampai tidak diterima". Lalu Syekh mengambil dua pundi sambil dipijit-pijit pundi uang itu dengan tangan beliau, tiba-tiba terpancarlah darah dari pundi uang itu mengalir keluar. Syekh berkata: "Coba lihat pundi itu isinya bukan uang melainkan darah manusia melulu, hasil dari pemerasan manusia terhadap manusia, bagaimana mungkin saya harus menerima hadiah ini?". Menyaksikan kejadian itu, sang raja merasa malu tersipu-sipu. Syekh berkata: "Dengan adanya peristiwa ini, demi dzat keagungan Alloh, kalau sekiranya nasab keturunannya, silsilahnya tidak sampai menyambung kepada Rosululloh SAW. pasti darah ini akan mengalir menjadi sungai, dan darah itu nantinya akan mengalir ke rumahnya". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 50. MANQOBAH KELIMA PULUH SYEKH ABDUL QODIR DIMINTA MEMBERIKAN BUAH APEL OLEH RAJA BAGHDAD BUKAN PADA MUSIM BERBUAH Diriwayatkan, pada suatu hari raja Baghdad datang berkunjung kerumah Syekh Abdul Qodir dengan maksud meminta karomah beliau untuk ketentraman hatinya. Syekh berkata: "Kiranya apa saja yang perlu saya bantu ?". Dijawab oleh sang raja, "Saya minta buah apel". Sedangkan pada waktu itu, buah apel belum musimnya berbuah. Lalu tangan beliau diangkat ke atas, pada waktu diturunkan kembali tangannya menggenggam buah apel, yang sebuah diberikan kepada raja, dan yang sebelah lagi dibelah oleh beliau sendiri. Pada waktu sang raja membelah dan mengupas apel ternyata di dalamnya penuh dengan ulat-ulat (belatung) yang menjijikan. Lalu raja bertanya, "Mengapa buah apel ini penuh dengan belatung ?", Syekh menjawab "Yah, karena buah itu telah dipegang oleh tangan kotor kedurhakaan". Mendengar penjelasan dari Syekh, raja terkejut lalu dibacanya istighfar, kemudian ia bertobat di hadapan Syekh. Untuk perkembangan selanjutnya, raja Bagdad itu menjadi mitra Syekh sampai ia mangkat. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 51. MANQOBAH KELIMA PULUH SATU WASIAT SYEKH ABDUL QODIR KEPADA PUTRANYA ABDUL ROZAK Syekh Abdul Qodir telah berwasiat kepada putranya yang bernama Abdul Rozak. Beberapa wasiatnya di antaranya: "Wahai anakku, semoga Alloh senantiasa melimpahkan taufik dan hidayahNya bagimu dan segenap kaum muslimin. Wahai Ananda, ayah berwasiat, bertakwalah kepada Alloh, pegang syara' dan laksanakan dengan sebaik-baiknya dan pelihara pula batas-batas agama. Ketahuilah bahwa thorekatku dibangun berdasarkan al-Qur'an dan sunnah Rosululloh SAW. Hendaknya kamu berjiwa bersih, dermawan, murah hati, dan suka memberi pertolongan kepada orang lain dengan jalan kebaikan. Kamu jangan bersikap tegar hati atau berlaku tidak sopan. Sebaiknya kamu bersikap sabar dan tabah menghadapi segala ujian dan cobaan, serta musibah yang dihadapimu. Hendaknya kamu bersikap suka mengampuni kesalahan orang lain, dan bersikap hormat pada sesama ikhwan dan semua fakir miskin. Jaga dan pelihara olehmu kehormatan guru-guru, dan berbuat baiklah jika kamu bertemu dengan orang lain, beri nasihat yang baik bagi orang-orang besar tingkat kedudukannya, demikian pula bagi masyarakat kecil di bawahmu. Jangan dibiasakan suka berbantah-bantahan dengan orang lain, kecuali dalam masalah agama. Ketahuilah bahwa hakikat kemiskinan secara agama berupa ketidak butuhan akan ciptaan, semisal diri. Tasawuf dicapai lewat kelaparan dan pantangan dari hal-hal yang disukai dan dihalalkan, dan pribadi yang bersikap tidak banyak bicara apalagi besar mulut. Jika kamu berhadapan dengan orang miskin, jangan berpintar diri. Jangan dimulai dengan ilmu, sebab unjuk ilmu membuatnya tak senang, dan ia akan jauh darimu. Sebaliknya, hendaklah dimulai dengan kasih sayang, bersikap lembut karena kelembutan membuatnya senang dan lebih dekat padamu. Tasawuf itu dibangun di atas kerangka landasan yang kokoh pada delapan hal yakni : 1) kedermawanan; 2) rido / pasrah, merasa senang menghadapi kegetiran qodo dan qodar; 3) sabar; 4) isyarat /memberi petunjuk; 5) mengembara / melanglangbuana; 6) berbusana wool/bulu; 7) pelintas rimba belantara / rimbawan; dan 8) fakir / bersahaja, sederhana. Kedelapan nilai moral itu telah dimiliki oleh: 1) kedermawanan Nabi Ibrahim as; 2) keridoan, kepasrahan Nabi Ishak as; 3) kesabaran Nabi Ayub as; 4) isyaratnya Nabi Zakaria as; 5) berlanglangbuana seperti Nabi Yusuf as; 6) berbusana wool seperti Nabi Yahya as; 7) rimbawannya Nabi Isa as; dan 8) kefakiran, kesederhanaan Nabi Muhammad SAW. Bila kamu berkumpul bersama-sama dengan orang kaya, perlihatkan kegagahan dan keberanianmu, namun sebaliknya perlihatkan kerendahan hati bila kamu berkumpul dan bergaul dengan orang miskin. Hendaknya kamu mengikhlaskan diri dalam setiap laku perbuatan, dan kegiatan. Seharusnya bermudawamah dzikrullah, artinya tiada putus-putusnya mengingat Alloh. Kamu jangan berprasangka buruk kepada Alloh dalam segala situasi dan kondisi apapun. Demikian pula harus berserah diri kepada Alloh dalam segala tindak perbuatan. Jangan menggantungkan diri kepada orang lain, percayalah kepada kemampuan dirimu sendiri, baik terhadap keluarga maupun teman sejawat. Layani, dan selalu perhatikan para fakir miskin, terutama dalam tiga hal yakni: pertama, bersikap tawadu (merendahkan diri); kedua berbudi pekerti yang baik dan mulia, dan ketiga, kebeningan hati, dan mengekang hawa nafsu, agar kelak kamu menjadi hidup. Perhatikan olehmu, bahwa yang paling dekat kepada Alloh ialah orang yang berbudi pekerti yang luhur. Dan amal yang paling utama, ialah memelihara hati dari melirik kepada yang lain, selain hanya kepada Alloh saja. Bila kamu bergaul bersama orang miskin berwasiatlah dengan jalan kebenaran dan kesabaran. Tentang masalah dunia, kiranya cukup bagimu dua hal : pertama bergaul dengan orang miskin, kedua menghormati wali. Selain dari pada Alloh, segala sesuatu itu jangan dipandang cukup, menyerang di bawahmu adalah pengecut, berlagak gagah terhadap sesama, adalah lemah, dan berlaku sombong kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya, menunjukkan ketidak sopanan. Ketahuilah, bahwa Tasawuf dan fakir merupakan dwi tunggal kebenaran yang hakiki, bukan bercanda atau main-main. Oleh karena itu jangan dicampur dengan bercanda. Sekianlah wasiat ayahanda padamu. Semoga Alloh senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya padamu dan pada murid-muridku atau siapapun yang mendengar wasiat yang disampaikan ini, semoga dapat mengamalkannya dengan diiringi keagungan dan syafaat jungjungan kita Nabi Muhammad SAW. Amin Ya Robbal 'alamin". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 52. MANQOBAH KE LIMA PULUH DUA PRAKTEK SHOLAT HAJAT DAN TAWASUL KEPADA SYEKH ABDUL QODIR Dalam kitab Bahjatul Asror, Syekh Abdul Qodlr Jaelani menerangkan: "Barang siapa yang bertawasul minta pertolongan kepadaku dalam kesusahan hidup, akan dihilangkan kesusahan itu. Barang siapa memanggil namaku (istigosah) dalam kesulitan akan diberi kegembiraan. Dan barang siapa yang bertawasul kepadaku untuk keperluan hidup akan dihasilkan maksudnya". Barang siapa yang sholat sunat Hajat dua rokaat. pada tiap rokaat setelah membaca Fatihah lalu membaca surat lkhlas sebanyak sebelas kali, jadi dalam dua rokaat itu sebanyak dua puluh dua kali surat al-ikhlas. Setelah mengucapkan salam terakhir, lalu bersujud dan mengucapkan do'a permohonan: 1. Minta diampuni dari segala dosa kesalahan; 2. Mengucapkan rasa terima kasih atas nikmat yang telah diterima; 3. Memohon semoga dihasilkan segala maksud/ cita-cita yang baik. Setelah usai berdoa lalu berdiri menghadap ke kota Bagdad, dari kita menghadap ke arah barat daya, lalu langkahkan kaki selangkah-selangkah, dan pada setiap langkah disebut maksudnya dan disebut pula nama Syekh Abdul Qodir Jaelani, Insya Allah akan dihasilkan maksudnya. Bacaan tiap langkah : Langkah ke-1 : "Ya, Syekh Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-2 : "Ya, Sayyida Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-3 : "Ya, Maulana MuhyiddinAbduI Qodir Jailani" Langkah ke-4 : "Ya, Makhduma Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-5 : "Ya, Khowajah Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-6 : "Ya, Syaah Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-7 : "Ya, Darrisa Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-8 : "Ya, Qutba Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-9 : "Ya, Sulthona Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" Langkah ke-10 : "Ya, Gaotsa Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani " Langkahke-11 : "Ya, Sayyidas Saa. Kemudian Abdul Jabbar bertanya kepada ayahnya: daati Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani"· Lalu ditutup dengan doa : Allohumma lakal kullu, wa bikal kullu, wa minkal kullu, wa ilaikalkullu, wa antal kullu, wa kullul kulli, birohmatika ya, arhamarrohimiin. Kemudian membaca: Ya ubaidalloh agisnii bi idznilah wa yasyaikhos sakolain agisnii waamdidniifi qo doi hawaaiji. *Dalam praktek melangkah hendaknya disesuaikan dengan situasi tempat. Sholat sunnat Hajat ini sebaiknya dilaksanakan setiap malam sebelum tidur atau setelah sholat Isya, yang diawali sholat Lisyukril Wudu (sholat sunnat Tohur), sholat Mutlak, sholat Istikhoroh, lalu sholat sunnat Hajat seperti di atas. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 53. MANQOBAH KELIMA PULUH TIGA SYEKH ABDUL QODIR WAFAT Menjelang akhir hayat Syekh, malaikat Izroil datang mengunjungi Syekh di kala matahari akan terbenam ke peraduannya. Malaikat Izroil itu datang membawa surat dari Alloh SWT. Buat Syekh dengan alamat sebagai berikut: "yashilu hhaadzal maktuubu minal muhibbi ilal mahbuubi". "Surat ini dari Dzat Yang Maha Pengasih disampaikan kepada wali yang dikasihi". Kemudian surat tersebut diterima oleh putranya yang bernama Sayyid Abdul Wahab. Setelah diterima, masuklah dia bersama malaikat Izroil, sebelum surat dihaturkan kepada Syekh, beliau sudah mengerti bahwasanya beliau akan pindah ke alam 'uluwi, alam tinggi, yakni meninggal dunia. Syekh berkata kepada putra-putranya: "Jangan terlalu dekat, supaya menggeser agak jauh, karena lahiriahnya aku bersama-sama dengan kamu, sedang batiniahnya aku bersama dengan selain kamu, dan supaya diperluas ruang ini, karena hadir selain daripadamu, tunjukkan sopan santunmu. Siang dan malam harinya, tak henti-hentinya beliau mengucapkan: "wa 'alaikumus salaam wa rohmatulloohhi wa barokaatuh, ghofarolloohu liiwalakum, taaballoohhu 'alayya wa 'alaikum, bismillaahi ghoiro mawdi'iina". Dan membaca: "tubu wad khuluu fìsh-shoffil awwali idzan ajii-u ilaikum". Dan membaca: "rifqon rifqon wa 'alaikumus salaamu ajii-u ilaikum". Dan dibaca: "qifuu ataahul haqqu wa sakarotul mauti". Beliau berpesan: "Jangan ada yang menanyakan apapun kepadaku, karena aku sedang bolak-balik dalam lautan ilmunya Alloh", lalu dibacakan : "ista'angtu bilaa ilaahha illalloohhu subhaanahhu wa ta'aalaa wal hayyil ladzii laa yahsyaal ghoutsu subhaana mang ta'azzaza bilqudroti wa qohhharo 'ibaadahhuu bilmauti laa ilaahha illalloohhu muhammadur rosuulullooh ta'azzaza ta'azzaza Alloohhu Alloohhu Alloohhu". Terdengar suaranya nyaring, lalu suara lembut tidak terdengar lagi, dan meninggallah, ridlwaanullooh 'alaihh... Syekh wafat pada malam Senin ba'da lsya. pada tanggal 11 Rabi'ul Akhir tahun 561 Hijriyah (1166 Masehi) pada usia 91 tahun. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 54. MANQOBAH KELIMAPULUH EMPAT SYEKH ABDUL QODIR BERTEMU DENGAN WALI PEMBIMBING SYEKH HAMAD WALI BESAR PADA ZAMANNYA BELIAU Selama belajar di Bagdad, karena sedemikian jujur dan murah hati, beliau mesti tabah menderita. Berkat bakat dan kesalehannya, beliau cepat menguasai ilmu pada masa itu. Beliau membuktikan diri sebagai ahli hukum terbesar di masanya. Tetapi kerinduan rohaniah yang mendalam dalam gelisah ingin mewujudkan diri. Bahkan dalam masa mudanya tenggelam dalam belajar. Beliau gemar mujahadah yakni penyaksian langsung akan segala kekuasaan dan keadilan Alloh melalui mata hatinya. Beliau sering berpuasa dan tidak mau meminta makanan dari seseorang, meski harus pergi berhari-hari tanpa makan. Di Bagdad beliau sering menjumpai orang-orang yang berpikir secara rohaniah dan bergaul dengan mereka. Dalam masa pencarian inilah beliau bertemu dengan Syekh Hamad, seorang penjual sirup yang merupakan wali besar pada zamannya. Lambat laun wali ini menjadi pembimbing rohani Syekh Abdul Qodir. Syekh Hamad adalah seorang wali yang sangat keras, karenanya diperlakukan sedemikian keras sufi yang sedang tumbuh ini. Namun calon Ghaots ini menerima semua ini sebagai koreksi bagi kecacatan rohaninya. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 55. MANQOBAH KELIMA PULUH LIMA SYEKH ABDUL QODIR DENGAN LATIHAN-LATIHAN ROHANINYA Setelah menyelesaikan studinya, beliau kian keras terhadap dirinya. Beliau mulai mematangkan diri dari semua kebutuhan dan kesenangan hidup. Waktu dan tenaganya tercurah pada sholat dan membaca al-Qur'an. Sholat demikian menyita waktunya sehingga beliau sering sholat Subuh tanpa berwudu lagi karena belum batal. Diriwayatkan pula, beliau kerap kali tamat membaca al-Qur'an dalam satu malam. Selama latihan rohaninya ini, dihindarinya berhubungan dengan manusia, sehingga beliau tidak bertemu atau berbicara dengan seorang pun. Bila ingin berjalan-jalan, beliau berkeliling padang pasir. Akhirnya beliau tinggalkan Bagdad dan menetap di Syutsar, 12 hari perjalanan dari Bagdad. Selama sebelas tahun beliau menutup diri dari keramaian dunia. Akhir masa ini menandai berakhirnya latihannya. Beliau menerima Nur yang dicarinya. Dari sifat kehewanannya kini telah digantikan oleh wujud mulianya. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 56. MANQOBAH KELIMA PULUH ENAM SYEKH ABDUL QODIR MELAKSANAKAN KEGIATAN IBADAHNYA DAN WIRID YANG BELIAU BACA Diriwayatkan, para ulama menerangkan bahwa Syekh Abdul Qodir mempunyai murid yang tetap sebanyak enam puluh orang. Mereka belajar tiap hari. Bagi mereka yang tidak mempunyai pena, Syekh memberi hadiah baginya, dan mereka yang ingin mempunyai sejarah silsilah guru, beliau sendiri yang menulisnya. Apabila beliau batal dari wudu, beliau melaksanakan mandi wajib pengganti wudu. Pernah terjadi pada suatu malam beliau menderita sakit perut, sampai lima puluh kalau beliau bolak-balik pergi ke kakus untuk qodo hajat, dan setiap balik itu selalu beliau melaksanakan mandi wajib. Adakalanya beliau langsung sendiri pergi ke pasar berbelanja untuk makanan fakir miskin, hal ini kalau terlihat pelayannya sedang istirahat. Syekh tidak merasa canggung bekerja seperti menumbuk, memasak makanan lalu membagikannya kepada fakir miskin. Syekh sangat menghormati para penziarah yang datang berkunjung kepada beliau. Jarang sekali beliau makan daging atau makan makanan yang serba enak dan mewah. Pribadi beliau sangat tawadu, ikhlas, lillahi ta'ala. Beliau sering berbelanja ke pasar untuk memenuhi keperluan dan permintaan keinginan anak-anak. Karomah beliau jarang diperlihatkan atau dipamerkan kepada umum, malah seringkali disembunyikan. Pernah beliau berkata: "Barang siapa yang memperlihatkan, memamerkan karomah, tiada lain ia hanya mengharapkan duniawiyahnya saja, kecuali kalau diperintah Alloh, atau karena motivasi hikmah". Pada setiap hari beliau melaksanakan sholat sunnat seribu rokaat banyaknya, yang dibaca surat Mujammil, Surat Rohman. Bila membaca surat Al-lkhlas sekurang-kurangnya dibaca seratus kali. Setiap melaksanakan sholat fardu diakhiri dengan khatam al-Qur'an. Tiap malam beliau membaca Asma Arbainiyyah enam ratus kali banyaknya, demikian pula pada siang harinya. Seusai sholat Duha, sholat Asar, dan ba'da sholat Tahajud, beliau membaca doa Saefi, lalu beliau membaca Sholawat Kubro, Asmaul Husna, Asmaun Nabawi, dan setiap bacaan sebanyak seribu kali. *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** 57. MANQOBAH KELIMA PULUH TUJUH SYEKH NAQSYABANDI MENERIMA TALKIN ZIKIR ISMUDZAT DARI SYEKH ABDUL QODIR Syekh Abdullah Al Balko meriwayatkan dalam kitab Khawariqul Ahtab Fi Ma'rifatil Akhtob pada bab kedua puluh lima: "Saya menerima berita dari Khowajaki Sarmasat, ia mendengar pembicaraan guru-guru (para Syekh Kamilin) yang bertempat tinggal di negara Bukhori, mereka menceritakan bahwa Syekh Abdul Qodir Ghaotsal 'Adhom pada suatu hari beliau berdiri di atas pagu, loteng sebuah rumah menghadap ke arah kawasan Bukhoro. Di sana beliau bersama-sama dengan jamaah ikhwan, beliau mencium wangi kemuliaan, lalu Syekh berkata: "Nanti sepeninggalku, pada masa seratus lima puluh tujuh tahun yang akan datang, akan lahir seorang anak lelaki Qolandi Muhammadi, nama lengkapnya Syekh Bahauddin Muhammad An-Naqsyabandi. Dia akan memperoleh limpahan nikmat keistimewaanku", dan hal ini terbukti seperti apa yang dikatakan Syekh. Diriwayatkan pula, pada waktu Syekh Naqsyabandi setelah beliau menerima baiat pentalkinan dari gurunya As-Sayyid Amir Kulal, gurunya memerintahkan kepada Syekh Naqsyabandi agar thorekatnya itu dihayati dengan sungguh-sungguh, dengan menguatkan ingatannya kepada lsmul 'Adhom. Dirasakan oleh beliau bahwa Ismu Dzat itu masih labil, belum mantap dalam hatinya, sehingga timbul rasa cemas, lalu berangkatlah menuju suatu lapangan, kebetulan di sana beliau bertemu dengan Nabi Khidir a.s. Setelah disambut dengan ucapan salam, Nabi Khidir a.s. berkata: "Wahai Bahauddin, sesungguhnya Ismu Dzat itu telah sampai padaku, telah kuperoleh dari Syekh Abdul Qodir, oleh karena itu saya anjurkan padamu agar kamu bertawajjuh rabithoh kepada Syekh Abdul Qodir untuk memperoleh keberkahannya". Pada malam harinya, Syekh Bahauddin mimpi bertemu dengan Syekh Abdul Qodir, langsung beliau memberi isyarat dengan jari tangan kanannya ke arah dada Syekh Bahauddin, lalu beliau mencap mentalkin lsmul 'Adhom itu pada hatinya. Setelah ditalkin, terasa kemantapan dan bisa menghayati sesuatu yang dicemaskan tadi. Keesokan harinya telah dikenal di kalangan masyarakat di tempat itu hal yang telah dialami Syekh Bahauddin, lalu mereka menanyakannya. Syekh Bahauddin menjawab: "Sesungguhnya ini suatu pelimpahan dari segala kelimpahan suatu inayah, pada malam keberkahan itu, saya telah memperoleh limpahan kenikmatan dari Gaotsal 'Adhom dan pada malam itu saya melihat bertambahnya peningkatan kondisi mental kerohanianku". Pada masa itu telah mashur di kalangan masyarakat dan para wali bahwa Syekh Bahauddin telah dicap Ismudzat pada hatinya oleh Syekh Abdul Qodir. Demikian pula halnya Syekh Abdul Qodir mencap, mentalkin lsmul 'Adhom (Ismu Dzat) pada hati murid-muridnya. Kemudian banyak para wali yang datang berkunjung kepada Syekh Bahauddin, mereka menanyakan tentang pandangannya atas perkataan Syekh Abdul Qodir: "Qodamii 'Alaa Roqobati Kulli Waliyulloh". Syekh Bahauddin menjawab "Sesungguhnya menurut pandanganku beliau itu bukan hanya sekedar memijak pundak, tapi "'alaa 'aeni au 'alaa Bashiiroh (Memijak pada mataku atau pada mata hati nuraniku)". *** alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. *** DOA MANQOBAH ilaa hadlroti sulthoonul auliyaaa-i wa qudwatil ashfiyaa-i quthbir robaanii wal ghoutsush shomadaanii sayyidii assayyid 'abdul qoodir aljailaanii - alfaatihah - alloohhumma sholli wa sallim 'alaa sayyidinaa wa habiibiina wa syafi'iinaa wa maulaanaa muhammadiw wa 'alaa aalihhii wa ashhaabihhii ajma'iina. - aamiin - alloohhumma bi asmaa-ikal husnaa wa bi-asmaa-i nabiyyikal mushthofaa wa bi-asma-i waliyyika 'abdul qoodiril mujtabaa thohhhir quluubanaa ming kulli washfiy yubaa'idunaa 'ang musyaahhadatika wa mahabbatika wa amitnaa 'alaas sunnati wal jamaa'ati wa syarrih bihhaa shuduuronaa wa yassir bihhaa umuuronaa wa farij bihhaa hhumuumanaa waksyif bihhaa ghumuu manaa waghfir bihhaa dzunuubanaa waqdli bihhaa duyuunanaa wa ashlih bihhaa ahwaalanaa wa balligh bihhaa aaamaalanaa wa taqobal bihhaa taubatanaa waghshil bihhaa haubatanaa wangshur bihhaa hujjatanaa waj 'alnaa bihhaa minal muttabi'iina lisyarii'ati nabiyyikal muttashifiina bimahabbatihhiil muhtadiina bihhadyihhii wa siirotihhii wa taffanaa bihhaa 'alaa sunnatihhii wa laa tahrimnaa fadl-la syafaa'atihhii wahsyurnaa fii zumrotihhii wa atbaa'ihhiil ghurril muhajjaliina wa asy-yaa'ihhis saabiqiina wa ash-haabihhil yamiini yaaa arhamar roohimiina. *** MANQOBAH SYEKH ABDUL QODIR JAILANI QS BAHASA SUNDA BUBUKA MANQOBAH a'uudzu billaahhi minasy syaithoonir rojiim alaa inna auliya alloohhi laa khoufun 'alaihhim walaa hum yahzanuun bismillaahhir rohmaanir rohiim Sugrining puji anu sampurna, sareng pangalem sagemblengna, eta tetep kagungan Allah anu mikawelas ka abdi-abdina, anu ngaluhurkeun darajat anu bakti ka Anjeuna. Rahmat sareng salam anu utami muga tetep ka pangafdol-afdolna Nabi, nyaeta Kangjeng Nabi Muhammad SAW, anu parantos dikiatan kalawan mu'jizat, anu diutus jadi rohmat kasadayana alam, sareng kakulawargina, sareng kasadayana sahabat, sareng kasadayana auliyana Allah anu parantos diluhurkeun kalawan dipaparin pirang-pirang karomat. Amma ba'du Mangka ieu sapucuk kitab anu kalintang ringkesna, nyarioskeun manaqibna Sulthonul Auliya Wa Imàmil 'Ulama Assayyid 'Abdul Qodir Al-Jailani qsn, kenging metik tina kitab 'Uqùdul Lalali Fi Manaqibil Jaelì, sareng tina kitab Tafrìhul Khòtir Fì Manàqibis Sayyid 'Abdul Qòdir. Mudah-mudahan aya mangfaatna ka sadayana dulur-dulur anu kersa ngaos atanapi ngadangu kalawan ngagungkeun kanu kagungan ieu manaqib. Mudah-mudahan kuberkahna anu kagungan ieu manaqib, Gusti Nu Maha Suci ka urang sadayana nurunkeun rohmat sareng nulak tina bahla dunya akherat, dihasilkeun pamaksudan diwuwuh kasalametan. Amin. *** 1. MANQOBAH KA 1 NYARIOSKEUN NASABNA SAYYID ABDUL QODIR Ari Sayyid Abdul Qodir teh nyaeta putrana Abi Sholeh Janaki Dasti putra Abdulloh putra Yahya Azzahid putra Muhammad putra Daud putra Musa Ats-Tsani putra Abdulloh Tsani putra Musa Al-Jun putra Abdulloh Al-Mahdi putra Hasan Al-Mutsanna putra Sayyidina Hasan cucu Kangjeng Rosululloh SAW putra Sayyidina Ali bin Abi Tholib k.w. sareng putra Siti Fathimah binti Rosululloh SAW. Jadi ayeuna tetela pisan yen nasabna Sayyid Abdul Qodir teh nasab anu kalintang luhurna sareng agungna, sahingga satengah ulama ngadamel tawasul ku Sayyid Abdul Qodir ku rama-ramana dina ngahasilkeun rupi-rupi pamaksudan, sepertos ieu: "yà robbanà bilhaikalin nùrònì, albàzi abdul qòdiril jailànì, usluk binà nahjal hhidàyati wakhminà, ming syarri kulli ma'ànidin awjàni, bi-abìhhi 'abdillàhi farrij karbanà, waqdli hawà-ija 'abdikal walhhàni, wa bijinnika dumta ilàhhì aghninì, waj'alnì fì bahril mahabati fàni, bilquthbi 'abdillàhi dàwi 'illatì, wa biyahyà uhyil qolba bil'irfàni, bimuhammadiw wa abìhhi dàwuda iksinì, tawàbal bahà walwuddi fil ajmàni, bi abìhhi 'abdillàhi ashlih sya-nanà, waliwàlidìnà fahfazh minan nuqshòni, walthuf binà fì kulli mà qoddartahhu, biljùni mùsà jud bikhoiri jinàni, walmahdli 'abdillàhi lil-ihsàni mahdlòriqinì tsummàksitì bima'ànì, bil-anwàril hasanil mutsannà nawwiròn, 'aqlì walà tatruknì lil-akwàni, wa abìhhi awwala quthbim bàhhiri, sibthinnabiyyil mushthofàl 'adnàni, hasanij-jakiyyibnil imàmil murtadlò, hàmìl wagho ghoitsin nadàl hattàni, yassirlanà kulal umùri wa'àfinà, ming kulli hhammin awbalà aw'àni. *** 2. MANQOBAH KA 2 NYARIOSKEUN DIPEDALKEUNANA SAYYID ABDUL QODIR Ari dipedalkeunana di nagara Jailan, nyaeta 1 nagara bawahan Thobristan, dina wengian kaping 1 sasih Romdon taun 471 Hijrah. Ari pupusna di nagara Baghdad kaping 10 Silihmulud taun 561, jadi yuswana mung 91 taun. Dina wengian dipedalkeunana aya 5 karomah. Karomah nu ka 1: Ramana Sayyid Abdul Qodir nyaeta Abì Shòlih Mùsà Janakì ngimpen kasumpingan Kangjeng Nabi diiring ku sahabatna sareng ku imam-imam mujtahidin sareng kupara aulia. Teras Kangjeng Nabi nimbalan ka ramana Sayyid Abdul Qodir, dawuhanana: "Heh Abù Shòlih, maneh ku Gusti Allah dipaparin anak lalaki, eta teh anak kaula jeung kakasih kaula jeung kakasihna Gusti Allah, jeung bakal meunang pangkat anu luhur dina pangkat kawalian seperti kaluhuran kaula dina pangkat kanabian. Karomah nu ka 2: Nabi-Nabi oge saba'dana Kangjeng Nabi pada ngabubungah ka ramana Sayyid Abdul Qodir, yen bakal kagungan putra anu bakal jadi Sulthònul Auliyà, sareng sadayana wali-wali salian ti imam anu ma'shum eta di bawah putrana, sareng dampal sampeanana bakal didampalkeun kana pundakna wali-wali, sareng sadayana wali-wali anu tunduk ka anjeuna bakal naek pangkatna, anu henteu tunduk ka anjeuna bakal dilepas ku Gusti Allah tina kawalianana. Karomah nu ka 3: Henteu aya nu dipedalkeun dina wengian dipedalkeun Sayyid Abdul Qodir di nagara Jailan, anging sadayana pameget, ari seueurna 1100, sadayana jadi wali, sapaos jadi pangiringna. Karomah nu ka 4: Sayyid Abdul Qodir tibarang dipedalkeun henteu kersaeun nginang siang dina sasih romdon, ana nginang sok dina waktos boboran. Karomah nu ka 5: Dina walikatna Sayyid Abdul Qodir katingali tapak dampal sampean Kangjeng Nabi SAW, nyaeta tilas munggu anjeuna bade tunggang kana buroq dina wengian mi'roj, sareng waktos medalna disarengan kucahaya anu pohara, sahingga jalma-jalma henteu aya anu kuat ningali, ari yuswa ibuna waktos harita yuswana 60 taun, eta oge hiji perkawis anu luar biasa. *** 3. MANQOBAH KA 3 NYARIOSKEUN NGAOSNA SAYYID ABDUL QODIR Saparantos anjeuna ageung, lajeng ngajugjug ka guru-guru anu laluhur, ka alim-alim anu utami. Didinya anjeuna ngalap pirang-pirang elmu sareng sifat-sifat kautamian. Sadayana guru anjeuna pada nyarioskeun kana calakanana. Ari ngaosna elmu fiqih ti Abil Wafa Ali Bin Aqil sareng ti Abil Khothob Al-Kaludi sareng ti Abil Husain Muhammad Ibnil Qodli. Ari ngaosna elmu adab ti Abi Zakariyya At-Tabrizi. Ari ngaos elmu thorekat ti Syekh Abil Khoir Hamad Bin Muslim Bin Dzirwati Ad-Dibas. Ari anggoan ku anggoan shufiyahna ku Qodli Abi Sa'id Al-Mubarok. Anjeuna henteu liren-liren nerekel hanjat kana pangkat kasampurnaan anu luhur kalawan pitulungna anu Maha Agung, sahingga anjeuna calik dina luhur-luhurna kapangkatan. Anjeuna singkil kalayan pamaksudan anu tetep sarta kiat, yen bade nyepeng sareng ngangkek kadali nafsu anjeuna, bade dipengkolkeun tina karesepna, sahingga anjeuna kenging 25 taun calik dina tegalan Iroq henteu patepang sareng jalma. *** 4. MANQOBAH KA 4 NYARIOSKEUN BUDI PEKERTINA SAYYID ABDUL QODIR Ari akhlakna Sayyid Abdul Qodir, tegesna talajakna eta banget sieun ku Allah, sahingga gampil pisan kaluar cisocana, sareng diijabah du'ana, pohara barahanana, tebih tina kaawonan, kalintang caketna kana kasaean, barani sareng kukuh dina haq, bengis dina perkara mungkarot, tara bendu karna hawa nafsuna, tara nulungan anu lain karna Allah, tara nolak kanu jajaluk, sanajan anu nyuhunkeun anggoanana. Anjeuna kawaris akhlakna akhlak Kangjeng Nabi Muhammad SAW. Kasepna kawaris kakasepan Kangjeng Nabi Yusuf as. Benerna bener Sayyidina Abu Bakar Shiddiq ra. Adilna adil Sayyidina Umar ra. Hilimna, tegesna kashobaranana shobar Sayyidina Utsman ra. Kagagahanana sareng kabaranianana Sayyidina Ali kw. *** 5. MANQOBAH KA 5 NYARIOSKEUN ANGGOAN SARENG KATUANGAN WAKTOS NYANTRI Ari panganggona nyaeta jubah nu didamel tina bulu domba anu kasar. Dina mastakana dibeulitan ku saceuwir lawon. Ari angkat-angkatan, sanaos nyorang cucuk oge tara nganggo tarumpah atanapi sapatu. Ari katuanganana cekap ku bubuahan bae sareng dangdaunan sisi wahangan. Ari wengi seseringna tara kulem. Hiji waktos anjeuna parantos sababaraha dinten henteu tuang leueut, jol aya hiji jalma ngadeuheusan. Piunjukna eta jalma: "Ieu jisim abdi seja babakti, nyanggakeun artos. Ari artosna diwadahan dina kanjut kundang. Hatur lumayan keur ngagaleuh katuangan". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Nuhun", sareng eta artos ditampi. Teras Sayyid Abdul Qodir ngagaleuh roti keur katuangan. Barang anjeuna parantos calik bade tuang roti, guprak aya serat anu ragrag ti awang-awang. Ari unina eta serat kieu: "innamà ju'ilatisy syahhwàtu lidlo'afä-i 'ibàdì liyasta'ìnù bihhà 'alàth thò'àti, wa ammàl aqwiyà-u famà lahhum walisy syahhwàti". Hartosna: "Pikeun abdi aing anu lembek, memang dipaparin syahwat kana barang dahar, supaya bisa nulung kana tho'at. Ari pikeun jalma anu gagah mah naon perluna nurutkeun syahwat?". Tidinya roti teh dilesotkeun deui, henteu teras dituang. Teras anjeuna angkat deui kategalan, margi anjeuna uninga yen eta teh samata-mata pepeling tinu Agung kana salirana. *** 6. MANQOBAH KA 6 NYARIOSKEUN SAYYID ABDUL QODIR DISARENGAN KU NABIYULLOH KHIDIR DI IRAK Waktos Sayyid Abdul Qodir calik di tegalan Irak, anjeuna disumpingan ku Kangjeng Nabi Khidir as. Sareng teras Kangjeng Nabi Khidir nyarengan calik di Irak sawatara lami. Saur Nabiyulloh Khidir: "Upami salira palay disarengan, ulah nyulayaan, margi ari nyulayaan teh eta sok matak papisah". Saparantos kitu, teras Kanjeng Nabi Khidir mulih, mung jangji ka Sayyid Abdul Qodir bade ngalongokan sataun sakali. Ari Sayyid Abdul Qodir calik dina tempat panuduhan Kangjeng Nabi Khidir. Sataun sakali sok dilongokan, kenging 3 taun. *** 7. MANQOBAH KA 7 NYARIOSKEUN IBADAHNA SAYYID ABDUL QODIR Dawuhan Syekh Abù 'Abdillah Muhammad Al-Hirowi: "Jisim kuring ngarencangan Sayyid Abdul Qodir kenging 40 taun. Dina lebet sakitu, anjeuna sok netepan shubuh ku wudlu isya. Upami anjeuna parantos netepan isya, teras lebet kapangkeng, teras nyepen dipangkeng dugi ka shubuh. Malah sok sering pisan bangsa raja-raja anu bade nepangan ka anjeuna, upami wengi mah tara tiasa nepangan, kapaksa sok ngantos dugi ka shubuh". Dawuhan Syekh Muhammad Al-Hirowi: "Hiji wengi jisim kuring nyarengan ka Sayyid Abdul Qodir henteu mondok sakerejep-kerejep acan. Ari damelna sonten keneh netepan sunnat. Ari kawenginakeun teras dzikir. Ari parantos ngalangkung sepertiluna wengi teras ngaos: "almuhìthur robbusy syahhìdul hasìbul fa'àlul khollàqul khòliqul bàri-ul mushowwir". Tidinya salirana beuki alit-beuki alit, dongkap ka alit pisan. Henteu lami, salirana ngageungan deui, sepertos tadi. Ari parantos ageung, teras ngajungjung, beuki luhur-beuki luhur, dugi ka les henteu katingali. Ari parantos lami, jol deui sumping, teras ngadeg deui netepan, sareng kalintang lamina dina sujud. Kitu bae damelna, dugi ka duapertiluna wengi. Ari parantos ngalangkung duapertiluna wengi, teras ngadep ka kiblat, ngaos pirang-pirang du'a. Tidinya jol cahaya, nyorot ka anjeuna, dugi ka anjeuna henteu katingali salirana, kabulen ku eta cahaya, sareng kakuping henteu liren-liren anu uluk salam ka anjeuna dugi ka bijil fajar". *** 8. MANQOBAH KA 8 NYARIOSKEUN NU DIDAMEL DADASAR PADAMELAN SAYYID ABDUL QODIR Sayyid Abdul Qodir ditaros: "Naon anu ku tuan didamel dadasar dina padamelan?". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "'Alash shidqi wa mà kadzibtu qoth". Hartosna: "Ari tangtungan kaula jeung dadasar kalakuan kaula, nyaeta bener pantrang bohong". Dicarioskeun waktos anjeuna murangkalih, dina ping 9 Rayagung, anjeuna ngagiringkeun onta, bade diangon di tegalan. Barang eta onta keur digiringkeun, eta onta ngomong, pokna: "Heh Abdul Qodir, anjeun mah didamel teh sanes pikeun ngangon onta!". Anjeuna kaget aya onta ngomong kitu. Teras eta onta dilesotkeun. Ari anjeuna teras angkat ka loteng, ka ibuna, teras unjukan. Saurna: "Ibu, tadi onta anu bade diangon ku abdi teh nyaram ngangon ka abdi, sanggemna: maneh mah Abdul Qodir, didamel ku Gusti Allah teh lain calon kana ngangon onta. Kumargi eta, manawi ibu rempag mah, abdi bade masantren ka Baghdad". Ibuna ngadangu unjukan putrana, kalintang bingahna. Saurna: "Atuh nuhun ari ujang hayang masantren mah, ibu kacida ridona. Tah ieu keur bekelna 40 dinar. Engke, di mana-mana aya ontan-ontan anu rek ka Baghdad, ujang milu, nurut ludeung. Tapi ibu wasiat, kudu bener dina sagala ucap-ucapan jeung kalakuan". Saur Sayyid Abdul Qodir: "Nyuhunkeun hibar ibu bae". Henteu kantos lami ti waktos harita, Sayyid Abdul Qodir teras ngiring sareng ontan-ontan anu ka Baghdad. Henteu kacarioskeun lamina, Sayyid Abdul Qodir parantos ngaliwat nagara Hamdan. Barang dongkap kadinya, burubul aya 60 rampog tarumpak kuda, sarta sadia parabot-parabotna, teras sadayana sodagar dirampog. Barang meneran ka Sayyid Abdul Qodir, ceuk hiji rampog: "Silaing boga naon?". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Boga 40 dinar, dikaput dina handapeun kelek kaula!". Ceuk rampog: "Kitu patut boga 40 dinar, jor bae kaditu mantog!". Tidinya teras Sayyid Abdul Qodir liwat. Gok deui jeung rampog sejena, teras nanya deui cara tadi, ku Sayyid Abdul Qodir diterangkeun cara kanu tadi. Eta rampog henteu percayaeun deui bae. Tidinya kabejakeun ka kapalana rampog, yen aya nu ngaku boga 40 dinar, tapi henteu dipercaya ku sarerea oge. Ceuk kapalana: "Coba barawa kadieu, silaing mah kawas anu burung, lain dibuktikeun, boa teuing enya bogaeun 40 dinar". Tidinya teras Sayyid Abdul Qodir dibarawa ku rampog teh ka kapalana. Barang sumping ka kapalana rampog, teras ditaros cacandakanana. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Boga 40 dinar ceuk kaula oge, tah ieu dikaput handapeun kelek. Lamun anjeun henteu percaya, urang buktikeun!". Teras kawayna dibuka. Artosna dibilang anu 40 dinar teh hareupeunana. Sajongjonan mah kapala rampog teh ngahuleng bae. Tidinya teras naros ka Sayyid Abdul Qodir: "Naon pangarahan anjeun nu matak ngaku sabenerna? Kapan deungeun-deungeun mah, sumawona loba-loba kitu, boga sadinar oge tara ngabejakeun ari acan ditakol mah?". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Kaula mah henteu boga pangarahan naon-naon, ngan indung kaula miwarang kudu bener. Kaula moal nyulayaan kana wasiat indung". Tidinya segruk eta kapala rampog teh ceurik, bari ngomong kieu: "Eumh, salira mah, dina tempat nu sakieu weritna henteu wani ngarempak larangan indung. Naha ari kaula, geus sababaraha taun gawe teh ngan wungkul ngarempak larangan Pangeran bae. Mana teuing Pangeran benduna ka kaula. Tah, ayeuna saksian ku salira, yen kaula tobat ka Gusti Allah ditangan sampean". Tidinya rampog anu 60 teh pada tobat. Barang-barangna anu kenging ngarampog, teras dipulangkeun kanu gaduhna. Ari saparantos kitu, teras anjeuna angkat ka Baghdad. Harita yuswana 18 taun. *** 9. MANQOBAH KA 9 NYARIOSKEUN NEMBEAN SAYYID ABDUL QODIR MITUTUR KA JALMA-JALMA DINA LUHUR KORSI Dawuhan Sayyid Abdul Qodir, dina memeh dzuhur poe salasa tanggal 6 bulan Syawal taun 521: "Kaula ningali Rosululloh SAW, teras nimbalan ka kaula. Dawuhanana: "He anak Kaula, naha maneh henteu geura muruk mitutur ka jalma-jalma?". Teras kaula unjukan: "Kumaha rek tiasa muruk mitutur, kapan abdi urang Ajam, ari ulama-ulama Baghdad anu sakitu parasehatna". Dawuhan Rosululloh: "Coba bukakeun sungut maneh!". Tuluy kaula calangap. Tuluy diludahan 7 kali. Saurna: "Jig, maneh geura muruk mitutur. Geura ngajak kana jalan Pangeran kalawan hikmah jeung pitutur anu aralus". Saparantos kitu, tuluy kaula sholat dzuhur. Henteu kungsi lila, burudul jalma-jalma daratang kacida seueurna. Kaula ngadegdeg, jeung hate kaula ngageter, henteu bisa pok nyarita. Tidinya jol sumping Sayidina Ali ngadeg hareupeun kaula. Dawuhanana: "Naha lain geura pok muruk mitutur teh?". Unjukan kaula: "Ieu da hate abdi ngageter wae, gado noroktok." Dawuhan Sayidina Ali: "Coba calangap!". Tuluy kaula calangap. Tuluy diludahan genep kali. Ceuk kaula: "Kumaha margina henteu tujuh kali?". Dawuhan Sayidina Ali: "Karana adab ka Rosululloh". Tidinya les deui Sayyidina Alì henteu aya. Ari saparantos kitu mah, tuluy hate kaula caang, henteu aya naon-naon. Tuluy kaula muruk mitutur. *** 10. MANQOBAH KA 10 NYARIOSKEUN KUMPULNA 100 ULAMA BAGHDAD DI MAJLIS SAYYID ABDUL QODIR SARTA MASING-MASING PADA BOGA MASALAH Dicarioskeun ku Syekh Abu Muhammad Al-Mufarroj: "Waktu kaula milu hadir dina majlis Sayyid Abdul Qodir, sarumping 100 ulama Baghdad. Sadayana pada kagungan masalah, sarta eta masalahna henteu sami. Barang eta ulama-ulama parantos caralik dipayuneunana, teras anjeuna tungkul, tuluy bijil cahaya tina leresan manahna. Eta cahaya teras ngaliwat kana dadana 100 ulama tea. Saparantos ulama-ulama kaliwatan ku cahaya, teras ulama-ulama eta sadayana pada bingung, ngadaregdeg, sing jarerit, teras maruka sirahna. Anggoanana disosoek, teras haranjat kana korsina Sayyid Abdul Qodir. Teras sampean Sayyid Abdul Qodir diteundeun kana sirah ulama-ulama ku aranjeuna. Sareng majlis harita kalintang cekcokna, ngaguruh henteu aya daratanana. Ari saparantos kitu, teras eta ulama-ulama anu 100 teh ku Sayyid Abdul Qodir ditangkeupan saurang-saurang. Ari parantos sadayana ditangkeupan, teras masalah saurang-saurangna dicarioskeun ku Sayyid Abdul Qodir sareng jawabanana. Sadayana ulama pada kaget ku kapinteran Sayyid Abdul Qodir dina ngajawab masalah sareng karomatna. *** 11. MANQOBAH KA 11 NYARIOSKEUN NGADAMPALNA KANGJENG NABI KANA PUNDAKNA SAYYID ABDUL QODIR Dicarioskeun ku Syekh Rosyid Bin Muhammad Al-Junaidi: "Dina wengian mi'roj Kangjeng Nabi, sumping malaikat Jibril nyandak buroq. Ari talapokna eta buroq ngagebur cara bulan. Ari paku-pakuna cara bentang. Barang disanggakeun ka Kangjeng Nabi, eta buroq henteu daekeun cicing. Timbalan Kangjeng Nabi: "Kunaon buroq, numatak maneh henteu daek cicing, naha maneh teh embung ditumpakan ku kaula?". Tuluy eta buroq unjukan. Pokna: "Nyawa abdi jadi tetebus taneuh gamparan Gusti. Abdi sanes henteu purun ditunggangan ku Gusti, mung abdi aya panuhun ka Gusti, nyaeta dina dinten kiamah, nalika Gusti bade lebet ka surga, ulah nunggangan nu sanes". Dawuhan Rosululloh: "Heug, dikobul pamenta maneh". Unjukan deui eta buroq: "Mugi Gusti kersa nyepengkeun panangan Gusti kana punduk abdi, supaos jadi tawis dina dinten kiamah". Teras panangan Kangjeng Nabi dicepengkeun kana pundukna buroq. Kumargi eta buroq kalintang bingahna, dugi ka jasadna eta buroq henteu cekap pikeun wadah ruhna. Kapaksa eta buroq harita keneh ngajangkungan dugi ka 40 hasta. Tidinya Kangjeng Rosululloh ngadeg sakedap, wireh ningali buroq sakitu jangkungna, tawaquf kana titihan anu saneh. Tidinya teras sumping ruhna Ghoutsul A'zhom Sayyid Abdul Qodir Al-Jailani, teras unjukan: "Gusti, mangga ieu punduk abdi titih ku Gusti". Teras Kangjeng Nabi nitih kana punduk Ghoutsul A'zhom. Teras Ghoutsul A'zhom ngadeg. Teras Kangjeng Nabi tunggang kana buroq, sareng ngadawuh Kangjeng Nabi: "Ieu dampal suku kaula nincak kana punduk maneh. Ari dampal suku maneh eta nincak kana pundukna sakabeh waliyulloh". *** 12. MANQOBAH KA 12 NYARIOSKEUN NYAKSIANANA GURU-GURU SARENG WALI-WALI KALUHURAN MARTABATNA SAYYID ABDUL QODIR Dicarioskeun dina kitab Roudlotun Nazhir Fi Manaqibisy Syekh Abdul Qodir, dina bab ka 6, ti zaman Abi Ali Al-Hasan Al-Bashri dongkap kalahirna Sayyid Abdul Qodir, henteu aya hiji alim anu muruk agama islam anging pada nyarioskeun kabingahan bakal zhohirna Sayyid Abdul Qodir. Sareng eta ulama-ulama pada ngaku kana kawaliyanana Sayyid Abdul Qodir. Sareng ulama-ulama pada nyarioskeun Sayyid Abdul Qodir bakal ngembarkeun, yen dampal sampeanana bakal nincak kana pundukna wali. Sareng wali-wali narima kana eta embaran, kajaba hiji wali di nagara Ashfahan henteu narima kana eta embaran. Kumargi henteu narima kana eta embaran, eta wali anu sakitu luhungna dilepas tina kawaliyanana. Jadi Sayyid Abdul Qodir teh ampir 300 taun deui kalahirna, parantos masyhur kawaliyanana. *** 13. MANQOBAH KA 13 NYARIOSKEUN RUKSAKNA JALMA-JALMA ANU NYEBUT JENENGAN SAYYID ABDUL QODIR HENTEU GADUH WUDLU Dicarioskeun dina kitab Kalzaril Ma'ani, dina nembean Sayyid Abdul Qodir kenging pangkat kawalian, anjeuna kabuleun ku sifat Jalaliyah, tegesna sifat kagagahan. Tina margi kitu, jenenganana oge kalintang ahengna, sahingga upami jenenganana disebut henteu kalawan adab, nyaeta henteu gaduh wudlu, mangka pegat beuheungna jalma nu nyebut henteu gaduh wudlu tea. Saparantos kitu Sayyid Abdul Qodir tepang sareng Kangjeng Nabi SAW. Dawuhan Kangjeng Nabi: "Hey Abdul Qodir, eta pagawean maneh ulah dipigawe, karunya ka jalma-jalma di akhir zaman, sabab jaga mah pirang-pirang jalma anu nyebut jenengan Allah jeung ngaran kami oge henteu kalawan adab". Teras eta padamelan ditilar, margi ulama-ulama Baghdad pada ngadareuheus ka Sayyid Abdul Qodir nyuhunkeun supaos eta padamelan ditilar, margi hawatos ka jalma-jalma. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Ieu teh lain kahayang kaula. Kaula meunang timbalan ti Gusti Allah: "Maneh geus ngagungkeun kana jenengan Aing, jadi ngaran maneh oge diagungkeun ku Aing. Dawuhan satengah ulama: "Numawi jenenganana kalintang sangetna, anjeuna sok ngamudawamahkeun ngaos Saefi Hirzil Yamani karangan Sayyidina Ali kw 'anhu. *** 14. MANQOBAH KA 14 NYARIOSKEUN JALMA NU HADIAH KA SAYYID ABDUL QODIR DIHASILKEUN MAKSUDNA Dicarioskeun ku guru-guru anu laluhung, saha-saha jalma anu nyebut jenengan Sayyid Abdul Qodir henteu boga wudlu, mangka eta jalma ku Gusti Allah dirupekkeun rizkina. Sareng saha-saha jalma anu nadzar hadiyah ka Sayyid Abdul Qodir, eta kudu dilakonan, supaya ulah kasebut jalma bedegong, matak kawalat. Sareng saha-saha jalma anu ngahadiyahkeun amis-amis dina malem jum'ah, teras maca fatihah dihadiyahkeun ka Sayyid Abdul Qodir, terus eta kadaharanana dibagikeun ka fakir miskin, sarta eta jalma nyuhunkeun syafa'at sareng karomatna Sayyid Abdul Qodir dina ngahasilkeun maksudna, tangtu eta jalma meunang pirang-pirang pertulungan ti Gusti Allah kalawan karomahna Sayyid Abdul Qodir. Sareng saha-saha jalma nu maca fatihah rek dahar, tuluy dihadiahkeun ka Sayyid Abdul Qodir, tangtu eta jalma dibukakeun, dikaluarkeun tina kahesean dunya akherat. Jeung saha-saha nu nyebut jenengan Sayyid Abdul Qodir bari boga wudlu tur ikhlas anu sampurna, ngaagungkeun ka anjeuna, mangka eta jalma ku Gusti Allah dibungahkeun dina eta poe sarta dilebur dosana. *** 15. MANQOBAH KA 15 NYARIOSKEUN JENENGAN SAYYID ABDUL QODIR CARA ISMUL A'ZHOM Dicarioskeun dina kitab Haqoiqul Haqoiq, aya hiji awewe ngadeuheus ka Sayyid Abdul Qodir, teras unjukan pokna: "Gusti, abdi teh gaduh anak mung hiji-hijina, ayeuna ti teuleum di laut. Dupi abdi gaduh kayakinan, yen Gusti tiasa ngabalikkeun anak abdi sarta hirup. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Enya, jig bae balik. Anak maneh geus aya di imah". Tidinya teras eta awewe gura-giru balik. Barang dongkap ka imahna, anakna henteu aya. Tidinya berengbeng deui awewe teh ka Sayyid Abdul Qodir bari ruwuh-riwih ceurik, unjukan yen anakna henteu aya. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Ayeuna mah tangtu geus aya". Deregdeg deui eta awewe balik. Ari dongkap ka imahna, anakna teu acan aya keneh. Gowak deui ceurik. Teras ngadeuheus deui ka Sayyid Abdul Qodir, bari ceurik mamandapan, nyuhunkeun anakna hayang hirup deui, hayang aya deui. Tidinya teras Sayyid Abdul Qodir nungkulkeun sirahna. Barang cengkat, ngadawuh. Saurna: "Ayeuna mah moal salah deui, anak maneh geus aya". Tidinya teras eta awewe balik. Barang dongkap, anakna geus aya di imahna sarta salamet. Tidinya teras Sayyid Abdul Qodir munajat. Piunjukna: "Jisim abdi kalintang isinna ku eta awewe, dugi ka tilu kali nembe aya anakna. Kumaha margina, sareng naon hikmahna numawi dielatkeun, dugi ka abdi kawirangan dua kali?". Dawuhan Gusti Allah: "Omongan maneh ka eta awewe kabeh oge bener. Barang mimiti disebutkeun aya teh bener, tapi kakara dikumpulkeun ku malaikat jiwa ragana nu geus pabencar. Ka dua kali oge bener, tapi kakara jejeg anggahotana sarta dihirupan. Ka tilu kalina eta awewe datang ka imahna, geus dihanjatkeun ti laut, didatangkeun ka imahna". Tidinya teras Sayyid Abdul Qodir unjukan deui: "Gusti mah ngadamel makhluk anu sakieu poharana henteu kalawan kasusahan. Nya kitu deui dina ba'atsna ngumpulkeun sakabeh jiwa raga makhluk nu sakitu seueurna mung sakedet netra. Ari ieu mah hiji budak, naon hikmahna Gusti numawi sakitu lamina?". Dawuhan Gusti Allah: "Abdul Qodir, maneh entong jadi raheut hate. Ayeuna pek geura menta, maneh hayang naon, tangtu dipaparin ku aing?". Tidinya teras Sayyid Abdul Qodir sujud sarta unjukan. Saurna: "Gusti kholik anu ngadamel, ari abdi makhluk anu didamel. Naon-naon oge paparin Gusti, abdi kalintang nuhunna". Dawuhan Gusti Allah: "Saha anu nenjo kamaneh dina poe juma'ah, ku aing didamel wali. Jeung lamun maneh nenjo kana taneuh, tangtu jadi emas". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Gusti, ieu duanana oge henteu pati aya mangfaatna ka abdi. Abdi nyuhunkeun anu agung ti eta, sareng tetep mangfaatna saparantos maot abdi". Dawuhan Gusti Allah: "Ngaran maneh dijieun seperti ngaran kami dina ganjaranana jeung manjurna. Saha-saha anu maca kana ngaran maneh, ganjaranana sarua jeung maca jenengan kami". *** 16. MANQOBAH KA 16 NYARIOSKEUN NGAHIRUPKEUN HIJI JALMA TI JERO KUBUR Dicarioskeun dina kitab Asroruth Tholibin, Sayyid Abdul Qodir hiji waktos ngalangkung kana hiji tempat. Anjeuna mendak jalma islam keur paadu paloba-loba omong jeung bangsa nashroni. Teras ku Sayyid Abdul Qodir dipariksa sabab-sababna papaduan. Ceuk bangsa islam: "Eta Gusti, paalus-alus nabi. Sanggem abdi, utami Kangjeng Nabi Muhammad SAW. Ari sanggem ieu nashroni, utami Nabi Isa". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir ka nashroni: "Eta maneh nyebutkeun utami Nabi Isa, naon dalilna?". Ceuk nashroni: "Eta, Nabi Isa mah sok tiasa ngahirupkeun jalma nu geus maot". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Maneh nyaho kaula lain nabi, ngan saukur anu anut jeung nyekel agama Nabi Muhammad?". Ceuk nashroni: "Kantenan bae terang mah". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Lamun kaula bisa ngahirupkeun anu geus maot, maneh rek iman ka Nabi Muhammad?". Jawabna: "Kantenan bade iman". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Coba urang neangan kuburan anu geus heubeul". Nya manggih kuburan anu kira-kira geus 500 taun lamina. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Nabi Isa ari ngahirupkeun anu geus maot, kumaha pokna?". Ceuk nashroni: "Qum bi idznillàh". Hartosna: "Hudang maneh kalawan idzin Allah" . "Geura kami mah dengekeun kieu: Qum bi idznì". Hartosna: "Nangtung maneh kalawan idzin kami!". Tidinya tuluy eta kuburan beulah. Tuluy eta mayit teh bijil ti kuburna bari nembang. Tadina eta jalma tukang tembang, Teras eta nashroni asup islam. *** 17. MANQOBAH KA 17 NYARIOSKEUN SAYYID ABDUL QODIR NGAREBUT NYAWA KHODAMNA TI MALAKAL MAUT Dicarioskeun ku Abbil Abbas Ahmad Rifa'i: "Salah sawios khodamna Sayyid Abdul Qodir maot. Teras pamajikanana ngadeuheus ka Sayyid Abdul Qodir, keukeuh nyuhunkeun salakina hayang hirup deui. Tidinya teras Sayyid Abdul Qodir muroqobah, mangka ningali anjeuna dina alam bathin, malakal maot keur hanjat ka langit nyandak roh nu dicabut dina poe eta, diwadahan dina wadah ma'nawi sarupi zambil. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Heh Malakal Maut, eureun heula, jeung kadieukeun roh bujang kaula si anu ngarana !". Saur Malakal Maut: "Moal tiasa masihkeun, margi kaula nyabutan arwah teh lain sakarep-karep kaula, tapi kalawan parentahan Pangeran, sarta kudu disetorkeun ka anjeuna". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Enya, kaula oge terang. Tapi eta mah roh bujang kaula, kadieukeun bae". Saur Malakal Maut: "Moal tiasa !". Keukeuh anu nyuhunkeun sareng keukeuh anu henteu maparinkeun. Tungtungna dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Kalawan kamahabbahan kaula ka Gusti Allah, kadieukeun eta roh bujang kaula !". Bari teras eta wadah arwah teh direbut ku Sayyid Abdul Qodir. Teras diucutkeun. Atuh budal sadayana roh anu kenging nyabutan ti isuk teh laleupasan, baralik deui kana jasadna. Tidinya teras Malakal Maut teh unjukan ka Gusti Allah Anu Maha Suci. Piunjukna: "Beu Gusti, Gusti langkung uninga kana kaayaan kakasih Gusti, wali Gusti Abdul Qodir". Dawuhan Gusti Allah: "Enya eta Abdul Qodir teh kakasih aing. Bongan roh bujangna kumaneh henteu dibikeun, jadi bae roh anu sakitu lobana mawur. Ayeuna maneh hanjakal henteu dibikeun". *** 18. MANQOBAH KA 18 NGAJADIKEUNANA SAYYID ABDUL QODIR BUDAK AWEWE JADI LALAKI Dicarioskeun ku Syekh Hawad Al-Qodiri: "Aya hiji lalaki ngadeuheus ka Sayyid Abdul Qodir, unjukan hayang gaduh anak lalaki. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Maneh menta barang anu gholib, heug moal henteu boga". Tidinya eta jalma saban dinten henteu petot-petot hadir di majlis Sayyid Abdul Qodir. Barang parantos lami, eta jalma kalawan kapastian tinu Maha Kawasa gaduh anak, tapi anak awewe. Teras eta anakna dicandak ka SAQ. Piunjukna: "Gusti, kapungkur abdi nyuhunkeun anak lalaki. Dupi ieu gening awewe?". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Eta orok buntel. Jig balik. Tangtu engke jadi lalaki !". Teras eta orok dibuntel dibawa balik. Barang dibuka di imahna, eta budak jadi budak lalaki kalawan idzin Allah Ta'ala. *** 19. MANQOBAH KA 19 NYARIOSKEUN SALAMETNA 1 JALMA PASEK KU JAWABANANA ABDUL QODIR KA MALAIKAT MUNGKAR WA NAKIR Kacarioskeun di jaman Sayyid Abdul Qodir, aya hiji jalma pasek. Tapi eta jalma kacida mahabbahna ka Sayyid Abdul Qodir. Saeunggeus eta jalma maot, di jero kubur disual ku Malaikat Mungkar wa Nakir. Henteu aya deui jawabna eta jalma ngan Abdul Qodir. Tidinya sumping timbalan ti Gusti Allah: "He Mungkar wa Nakir, eta jalma bener pasek, siksaeun. Tapi kulantaran manehanana mahabbah ka kakasih aing, ayeuna dihampura ku aing". *** 20. MANQOBAH KA 20 NYARIOSKEUN MANUK NGALUHURAN KA ANJEUNA TERUS PAEH 1 waktos SAQ nuju abdas,aya 1 manuk hiber kaluhureun anjeuna.Barang eta manuk ditingali,guprak eta manuk teh ragrag, paeh.Tidinya teras anjeuna nyeuseuh kawayna,teras eta kawayna disidkohkeun,saurna: "Bisi kaula dosa,tah ieu baju kifarat dosa". *** 21. MANQOBAH KA 21 NYARIOSKEUN NGAHIRUPKEUN DEUI ALAP-ALAP Dicarioskeun hiji waktos anjeuna nuju ngawuruk di madrosahna, ari angin nuju ngagalebug. Kalayang aya alap-alap bari hantem disada kokoreakan, dugi ka anjeuna kapaksa liren, margi baribin ku sora alap-alap. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "He angin, cokot hulu alap-alap nu ngagandengan teh!". Tidinya bet eta alap-alap teh pegat beuheungna, huluna papisah jeung awakna. Guprak ragrag kapayuneun Sayyid Abdul Qodir. Tidinya teras Sayyid Abdul Qodir turun tina korsina, nyandak alap-alap tea. Teras eta alap-alap diusap kupananganana, bari ngaos: "bismillàhir rohmànir rohìm". Geleber eta alap-alap teh hiber. Sadayana santri-santri pada naringali. *** 22. MANQOBAH KA 22 NYARIOSKEUN NGAMERDEKAKEUN ABID SARENG ANGGOANANA Dicarioskeun dina sapalihna kitab, Sayyid Abdul Qodir dina saban-saban lebaran sok ngagaleuh pirang-pirang abid. Kenging ngagaleuh teh teras dimerdekakeun, sareng sadayana sina wushul ka Allah. Ari anggoanana kalintang saraena. Ana nganggo sok anu pangaosna 10 jene saelona. Ari dasterna pangaos 70 rebu jene. Gamparanana ditaretes ku inten, jamrud sareng berlian. Pakuna perak. Nanging anggoanana anu sakitu seueurna teh, upami aya anu nyuhunkeun, sok dipasihkeun. *** 23. MANQOBAH KA 23 NYARIOSKEUN TURUN KADAHARAN TI LANGIT Dicarioskeun waktos Sayyid Abdul Qodir tapa 40 dinten, anjeuna moal ngadahar sareng moal ngaleueut kadaharan dunya, kajabi upami turun kadaharan ti langit, sareng kajabi cai dina waktos boboran. Barang 2 dinten deui ka 40 dinten, bray lalangit bumina molongo. Jol hiji pameget nyandak wadah kenca katuhu, sareng pinuh ku rupa-rupa buah anu araneh. Teras diteundeun, disanggakeun ka Sayyid Abdul Qodir. Dawuhanana Sayyid Abdul Qodir: "Ti mana ieu teh?". Saur anu nyandak: "Ti alam malakut, tuangeun salira". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Jauhkeun ti kaula, sabab wadah emas-perak diharamkeun ku Rosululloh!". Teras wadah emas sareng perak duanana dicandak deui. Barang parantos boboran, sumping malaikat nyandak baki pinuh ku kadaharan. Saurna eta malaikat: "Heh Sayyid Abdul Qodir, ieu pangjamu ti Gusti Allah!". Teras eta baki ditampi, sareng teras dituang sareng rencang-rencangna. *** 24. MANQOBAH KA 24 NYARIOSKEUN CALAGEURNA JALMA2 KU NGADAHAR JUJUKUTAN SARENG NGALEUEUT CAI MADROSAHNA SAYYID ABDUL QODIR Dicarioskeun ku ulama-ulama, di jaman Sayyid Abdul Qodir aya tho'un, nepi ka aya ratus rebuna jalma-jalma anu maraot dina sapoe-sapoena teh, teras arunjukan ka Sayyid Abdul Qodir, dawuhanana: "Saha-saha jalma anu ngahakan jujukutan madrosah kaula, dicageurkeun ku Allah tina tho'un". Tina margi seueurna jalmi, jadi henteu cekap jujukutan pikeun ubar anu ku tho'un. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Saha-saha anu nginum cai madrosah kaula, dicageurkeun ku Gusti Allah". Teras eta jalma-jalma ngaleueut tina cai madrosahna, sareng sadayana daramang, sareng leungit eta tho'un. *** 25. MANQOBAH KA 25 NYARIOSKEUN NGAHIRUPKEUNANA SAYYID ABDUL QODIR KANA HAYAM Dicarioskeun, aya hiji istri ngadeuheus ka Sayyid Abdul Qodir masrahkeun putrana sina masantren. Teras ku Sayyid Abdul Qodir ditampi sareng dipernahkeun dina tempat kholwat, tempat anu sepi. Parantos rada lami, eta awewe teh ngalongok, kasampak anakna keur ngadahar bubur kunyit, awakna kuru, teras ngadeuheus ka Sayyid Abdul Qodir. Kasondong nuju tuang sareng opor hayam. Teras eta istri unjukan: "Gusti, ari Gusti mah tuang sakitu sayagina, dupi anak abdi dugi kakuru, margi nedana mung saukur bubur kunyit. Teras Sayyid Abdul Qodir ngumpulkeun tulang hayam, dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Qum bi idznillàh, hirup maneh kalawan idzin Allah". Teras eta tulang jadi hayam hirup deui. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Tah, lamun anak maneh geus bisa kieu, meunang dahar sakarep-karep, asal anu halal". Saur eta istri: "Mugi Gusti henteu bendu. Eta anak abdi nyanggakeun kumaha kersa Gusti". *** 26. MANQOBAH KA 26 NYARIOSKEUN ANJING ANU TUNGGU ISTALNA GEUS MAEHAN MAUNG Dicarioskeun, Syekh Ahmad Zandah, ana sumping ka aulia-aulia sok tunggang maung, sareng sok disaruguhan 1 sapi parab meongna. Barang sumping ka Sayyid Abdul Qodir, teras miwarang marabkeun sapi paranti nimba. Barang eta sapi rek dirontok ku maung, di dinya aya anjing dina lawang istal, gabrug maung teh dirontok ku anjing dipaehan. Tidinya teras Syekh Ahmad Zandah ngadeuheus ka Sayyid Abdul Qodir sareng nyium kana pananganana. *** 27. MANQOBAH KA 27 NYARIOSKEUN NGAGALEUH 40 KUDA ANU SARAE NYAWISAN NU TEU DAMANG Dicarioskeun aya hiji jalma ti nagara anu anggang ka Baghdad, sarehna eta jalma teh ngadangu kana kamasyhuranana Sayyid Abdul Qodir, teras anjeuna ngadeuheus sumping ka Baghdad. Barang sumping ka Baghdad, ningali istal kagungan Sayyid Abdul Qodir anu kalintang saena. Tatabanana emas sareng perak, sebrak sareng selana sutra anu kalintang saraena, kudana aya 40 anu moal aya bangsana saena. Tidinya eta jalma teh ngomong dina hatena: "Cenah ieu teh Waliyulloh, tapi buktina tukang Hubud Dunya, piraku aya wali resep-resep teuing kana dunya, anu kieu petana mah henteu pantes disebut Wali". Tidinya eta jalma teh goreng sangkana. Teras manehna nyemah di hiji jalma, henteu kersa ngadeuheus ka Sayid Abdul Qodir. Saparantos kitu, brek eta jalma teh gering anu kalintang repotna, sahingga dokter-dokter oge henteu aya nu sanggemeun ngubaran. Tidinya aya sahiji ulama hikmah, saurna: "Ieu panyakit moal cageur lamun henteu di ubaran ku hate kuda 40, sarta kudana anu kieu sipatanana". Ceuk jalma-jalma: "Moal aya anu kagunganeun kuda anu sarupa kitu mah, sarta sakitu seueurna jabi ti Sayyid Abdul Qodir, tapi coba-coba bae urang suhunkeun, da anjeunana mah kalintang barahanana teh". Tidinya teras eta kuda teh disaruhunkeun. Unggal-unggal poe dipareuncitan, diarah hatena, dugi ka seep sadayana. Saparantos eta kuda seep, anu teu damang teh teras damang, sareng teras ngadeuheus ka Sayyid Abdul Qodir bade nganuhunkeun. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Lamun maneh henteu terang, eta kuda teh, pangna dibeuli ku kami, keur nyawisan maneh, sabab kami nyaho, yen maneh datang kadieu samata-mata resep ka kami, jeung bakal meunang panyakit, moal aya piubareunana jaba ti 40 hate kuda nu kitu sipatna, tapi maneh henteu nyaho, buktina nyemah oge dinu sejen. Tidinya teras eta jalma teh tobat, sareng dilereskeun patekadanana. *** 28. MANQOBAH KA 28 NYARIOSKEUN SAKABEH JIN IPRIT AYA DINA BAWAHAN KAKAWASAANANA Dicarioskeun, Kangjeng Nabi Sulaeman dina hiji waktos kagungan manah melang ka jalma-jalma di akhir zaman, margi bangsa jin kalintang barengalna, sarta carulangungna. Saurna: "Kumaha engke saenggeus henteu aya aing eta bangsa jin jeung syetan? Mana teuing moal ngahargaanana ka bangsa manusa. Cacak ayeuna oge keur aya keneh aing sakitu barengalna". Tidinya aya sora tinu ghoib: "Anjeun entong melang, sabab engke aya panutup Nabi, nyaeta Nabi Muhammad SAW. Salah sahiji putrana aya anu jenengan Abdul Qodir. Tah eta anu bakal dipaparin kakawasaan ngabawah bangsa Jin sareng syetan. Moal aya hiji jin atawa syetan anu henteu turut ka anjeuna". *** 29. MANQOBAH KA 29 NYARIOSKEUN NGAHAMPURA RAJA JIN KA JALMA ANU MAEHAN PUTRANA Dicarioskeun ku ulama Baghdad, di Baghdad aya hiji alim. Saba'da jum'ah anjeuna angkat ziarah ka kuburan diiring ku santri-santrina. Barang di jalan, mendak oray hideung, teras diteunggeul ku tungkedna dongkap kapaeh. Saparantos maehan oray, reup poek ku mega. Les alim teh teu aya. Santri-santrina kalintang karageteunana, teras pada milari, tapi weleh henteu kapendak. Kinten-kinten sajam ti waktos henteu aya, eta alim teh sumping deui, sarta ginding luar biasa. Teras ku santri-santri dibarujeng sareng ditaros. Saur ulama: "Tadi teh basa poek, kaula dibarawa ku pirang-pirang jin ka hiji pulo. Tuluy dibarawa ka jero laut, ka nagara jin. Tuluy kaula dideuheuskeun ka rajana. Kasampak rajana keur ngadeg dina kartil karajaan. Dipayuneun raja aya mayit dijolopongkeun dina luhur dipan anu kacida alusna. Sirahna beulah. Getihna ngucur keneh kana awakna. Tidinya tuluy mariksa ka jin anu mawa kaula. Saurna: "Saha ieu teh?". Saur balad2na: "Ieu teh jalma anu maehan putra Gusti tea!". Tidinya tuluy eta raja ningali kakaula. Ningalna bangun pohara benduna. Saurna: "Naha maneh make maehan anak kaula henteu kalawan dosa? Piraku maneh henteu nyaho dosana maehan? Kapan maneh kasebut ajengan?". Dijawab ku kaula: "Perkawis maehan tuang putra, jisim abdi henteu pisan-pisan. Sumawonten maehan, pependak oge henteu!". Saur raja: "Maneh moal bisa mungkir, sabab tah saksi sakitu lobana". Dijawab deui ku kaula: "Sadayana oge bohong, fitnah wungkul". Sanggem saksi-saksi: "Cobi ku Gusti parios getih anu aya dina iteukna". Saur raja: "Ari eta dina iteuk maneh getih naon?". Jawab kaula: "Ieu mah getih tina maehan oray". Saur raja: "Maneh jalma pangbodo-bodona. Mun teu nyaho, tah oray teh anak kaula". Tidinya kaula bingung henteu bisa ngajawab deui. Bumi alam asa rapet tina bawaning ku susah. Tuluy raja ngalieuk kapanghulu. Saurna: "Ieu jalma geus ngaku maehan anak kaula, geura bere putusan hukum pati!". Tidinya tuluy panghulu mere putusan, yen kaula kudu dipaehan. Tuluy kaula dipasrahkeun ka logojo. Barang kaula rek disabet ku logojo, kaula ngajerit dina hate, nyuhunkeun tulung ka Sayyid Abdul Qodir. Barang kaula ngajerit, jol aya hiji lalaki anu mancur cahayana. Ceuk eta lalaki: "Ieu jalma ulah dipaehan, sabab muridna Sayyid Abdul Qodir. Lamun ku anjeun dipaehan, kumaha pijawabeun anjeun ka Sayyid Abdul Qodir upami anjeuna bendu?". Saur raja: "Ajengan, kulantaran kaula ngagungkeun ka Sayyid Abdul Qodir, dosa anjeun anu sakitu gedena dihampura kukaula, ngan memeh mulang, pangimamkeun heula nyalatan anak kaula jeung pangmacakeun istighfar". Tuluy kaula dibere papakean. Sanggeus beres nyalatan, tuluy kaula dianteurkeun deui kadieu. *** 30. MANQOBAH KA 30 NYARIOSKEUN TAMBANA JALMA ANU DIHEUREUYAN JIN Dicarioskeun ku Syekh Jalalul Bukhori: Saha-saha jalma anu diheureuyan jin,baca tompokeun kana ceulina: "yà hadlrotasy syekh quthbul 'àlami muhyil haqqi waddìnis sayyid 'abdul qòdiril kailànì", Insya Allah cageur. Jeung saha-saha jalma anu sieun kurampog atawa kumusuh,tuluy nyokot taneuh hideung,baca jenengan SAQ dina eta taneuh,tuluy awurkeun kajihat anu dipikasieun tea,Insya Allah diraksa ku Gusti Allah. Jeung saha-saha anu meunang kasusahan atawa kahesean,tuluy tawasul ku SAQ tangtu ku Gusti Allah kasusahanana diganti kukabungahan, kaheseanana diganti ku kagampangan. *** 31. MANQOBAH KA 31 NYARIOSKEUN SAYYID ABDUL QODIR NYIUM PANANGAN KANGJENG NABI WAKTOS ZIARAH Hiji waktos anjeuna angkat ziarah ka eyangna ka Madinah. Barang sumping ka Hujroh Syarifah, Pakuleman Anu Mulya, anjeuna ngadeg di payuneunana kenging 40 dinten. Panangan duanana di kana dadakeun, bari munajat ku ieu 2 bet: "Dzunùbì kamaujil bahri bal hhiya aktsaru, kamitslil jibàlits tsummi bal hhiya akbaru. Walàkinnahà 'ingdal karìmi idzà 'afà, janàhum minal bu'ùdli bal hhiya ashghoru". Hartosna: "Ari dosa sim abdi ibarat budah laut, ibarat gunung luhur, malihan langkung ageung. Nanging upami Gusti nu loman ngahampura, ibarat jangjang rametuk, malih kirang". Teras anjeuna munajat deui ku ieu 2 bet: "Fì hàlatil bu'di rùhì kungtu ursiluhà, tuqobbilul ardlo 'annì wahya nà-ibanì. Wa hhàdzihhì naubatul asybàhi qod hadlorot, famdud yamìnaka kay tuhzhò bihhà syafatì". Hartosna: "Waktos tebih ti Gusti, ruh sim amdi dijurung, ngadeuheusan ka dampal Gusti wawakil abdi. Dupi ayeuna abdi pribadi dumeuheus, mugi panangan Gusti kaluarkeun ka abdi". Barang parantos kitu, jol panangan anu mulya kaluar tina Hujroh Syarifah. Teras ku Sayyid Abdul Qodir dicepeng, sareng diambung, sareng disimpen dina luhur mastakana. *** 32. MANQOBAH KA 32 NYARIOSKEUN BOBORANANA DI 70 BUMI MURIDNA DINA HIJI WAKTOS Dicarioskeun, dina hiji waktos sasih siyam, Sayyid Abdul Qodir diundang boboran ku 70 murid. Masing-masing palay disumpingan kabumina, sareng itu-ieu henteu tarerangeun pada ngundang ka Sayyid Abdul Qodir. Barang dongkap kana waktos boboran, eta nu 70 bumi, kasumpingan, kasubadanan ku Sayyid Abdul Qodir, sareng anjeuna aya boboran di bumina. Hal kajadian ieu kalintang pisan masyhurna di Baghdad. *** 33. MANQOBAH KA 33 NYARIOSKEUN NYALAMETKEUN HIJI ISTRI MURIDNA SAYYID ABDUL QODIR TINA KHIANATNA HIJI LALAKI PASEK Di Baghdad aya hiji istri kalintang geulisna. Eta istri memeh lebet kana golongan muridna Sayyid Abdul Qodir, dipikahayang ku hiji lalaki pasek, sareng kahayangna ku eta istri henteu dilayanan, tapi eta lalaki teh henteu eureun neangan jalan supaya laksana maksudna. Barang dina hiji dinten, eta istri aya kaperyogian angkat ka hiji guha nyalira. Henteu gaduh sangka eta lalaki nuturkeun pungkureunana. Barang parantos dongkap kana guha, terus eta lalaki rek khianat, rek ngarumpak kahormatan istri tea. Tidinya eta istri ngagero ka Sayyid Abdul Qodir. Waktos harita Sayyid Abdul Qodir nuju abdas di madrosahna, teras gamparan anjeuna duanana dibaledogkeun ka jihat guha. Barang si lalaki pasek bade maksa ka eta istri, gedag-gedag gamparan anu dua teh narenggeulan ka lalaki tea tepi kapaeh harita keneh. Saparantos kitu, eta dua gamparan dicandak ku eta istri, disanggakeun ka Sayyid Abdul Qodir, sareng nyarioskeun lalakon di payuneun jalma seueur. *** 34. MANQOBAH KA 34 NYARIOSKEUN NULUNGAN HIJI WALI ANU DILEPAS TINA KAWALIANANA Dicarioskeun di zaman Sayyid Abdul Qodir aya hiji wali anu dilepas tina kawaliyanana. Teras eta wali nyuhunkeun pertulungan wali-wali anu sanes supaos tiasa diangkat deui kana pangkat wali. Saur wali: "Kaula geus nyuhunkeun ka Gusti Allah supaya salira diangkat deui jadi wali, tapi paneda kaula henteu aya anu ditarima. Ayeuna henteu aya deui pamuntangan sadayana oge ngan Sayyid Abdul Qodir". Teras eta wali angkat ngadeuheus ka Sayyid Abdul Qodir, sareng nyuhunkeun syafa'at. Tidinya teras Sayyid Abdul Qodir nyuhunkeun syafa'at ka Gusti Allah pikeun eta wali. Tidinya teras sumping dawuhan tinu Ghoib. Dawuhanana: "Geus loba pisan wali-wali anu nyuhunkeun syafa'at pikeun eta wali, tapi henteu aya saurang-urang acan anu diijabah. Ayeuna maneh oge entong menta syafa'at pikeun eta wali anu dilepas teh". Barang Sayyid Abdul Qodir ngadangu eta dawuhan, teras anjeuna nyandak sajadahna bade angkat ka tegalan. Barang jut turun nembe salengkah, aya anu nyaur tinu ghoib. Saurna: "Heh Ghoutsul A'zhom, heh Abdul Qodir, eta jalma teh jeung 1000 nu bangsa kitu geus dihampura ku Aing". Barang ngalengkah deui kaduana, aya deui anu nyaur. Saurna: "Eta jalma jeung 2000 bangsa kitu geus dihampura ku aing". Barang Sayyid Abdul Qodir ngalengkah katiluna, aya deui anu nyaur. Saurna: "Heh Abdul Qodi, eta jalma jeung 3000 bangsana, ku aing geus dihampura karna arah-arah maneh". Tidinya teras Sayyid Abdul Qodir nganuhunkeun ka Gusti kana nugrahana, sareng eta wali nu dilepas tea, kenging deui pangkat kawalianana. *** 35. MANQOBAH KA 35 NYARIOSKEUN SYEKH AHMAD KANJI JADI MURIDNA SAYYID ABDUL QODIR KALAWAN PITUDUH GURUNA Kacarioskeun hiji waktos Syekh Ahmad Kanji nuju abdas, aya kereteg dina manahna yen thorekatna Sayyid Abdul Qodir leuwih dipikaresep tibatan thorekat-thorekat sejena. Kereteg Syekh Ahmad Kanji kitu teh kauninga ku guruna, Syekh Abi Ishaq Maghribi. Saur guruna: "Nyaho maneh martabatna Sayyid Abdul Qodir?". Saur Ahmad Kanji: "Henteu !". Saur guruna: "Sayyid Abdul Qodir teh kagungan 12 sifat. Lamun lautan dijieun mangsina, tatangkalan dijieun kalamna, manusa jeung jin jeung malaikat anu nuliskeunana, tangtu moal katuliskeun sahiji sifat oge". Barang Syekh Ahmad Kanji ngadangu cariosan guruna kitu teh, anjeuna banget mahabbahna ka Sayyid Abdul Qodir, sareng banget ngarep-ngarepna palay ulah waka pupus upama teu acan lebet kana thorekatna. Tidinya teras anjeuna angkat ka Baghdad. Barang nembe dongkap ka hiji gunung di jajahan Ajmir, anjeuna mendak hiji wahangan, teras abdas. Saparantos abdas teras netepan. Saparantos netepan anjeuna teras kulem. Dina kulem anjeuna kasumpingan Sayyid Abdul Qodir nyandak makuta beureum sareng sorban hejo, teras Syekh Ahmad ngadeg ngahurmat ka Sayyid Abdul Qodir. "Kadieu sing deukeut", saur Sayyid Abdul Qodir. Teras Syekh Ahmad Kanji nyaketan, teras makuta beureum sareng sorban hejo teh dianggokeun ka anjeuna. Saur Sayyid Abdul Qodir: "Heh Ahmad Kanji, ayeuna maneh geus jadi anak murid kaula, jeung maneh geus jadi tina satengahna Rizalulloh". Les deui Sayyid Abdul Qodir teh henteu aya. Barang Syekh Ahmad Kanji gugah, makuta sareng sorban aya dina mastakana, teras Syekh Ahmad Kanji syukur ka Gusti Allah, sareng teras mulih deui ka guruna, nyarioskeun lalakona sareng ningalikeun makutana. Saur guruna: "Heh Ahmad Kanji, ieu makuta jeung sorban kaberkahan pikeun maneh. Pohara maneh dipikaasihna ku Sayyid Abdul Qodir, jeung ayeuna maneh jadi pangunjulna wali". Teras Syekh Abi Ishaq Maghribi ngalap berkah, nganggo makuta sareng sorban tea. Tidinya dipasihkeun deui ka Syekh Ahmad. *** 36. MANQOBAH KA 36 NYARIOSKEUN SYEKH AHMAD KANJI NGALA SULUH BARANG BADE DISUHUN SULUHNA NGAPUNG KALUHUREUN SIRAH SYEKH AHMAD Syekh Ahmad Kanji teh khidmahna atanapi padamelanana ngala suluh kangge masak roti faqir-faqir.Barang saparantos nganggo makuta ti SAQ,saur guruna: "Ahmad Kanji,ayeuna mah maneh henteu layak,ngewa ngala suluh,sabab sirah maneh geus dimakutaan ku makuta mulya". Tidinya Syek Ahmad Kanji maksa nyuhunkeun widi ti guruna,saur guruna: "Nya ari keukeuh mah,jig bae". Tidinya teras Syekh Ahmad Kanji angkat ka gunung,teras ngempelkeun suluh,tidinya teras dibeungkeut.Barang bade disuhun,suluh teh jung ngapung kana luhureun sirah Syekh Ahmad,cicing di awang-awang kira-kira sahasta tina sirahna syekh Ahmad. Tidinya teras Syekh Ahmad mulih ka guruna.Beungkeutan suluh teh ngalayang bae di awang-awang nuturkeun Syekh Ahmad. Barang sumping ka guruna,nyaeta Syekh Abi Ishaq Maghribi tea,saur guruna: "Tah Syekh Ahmad,tadi ceuk kaula kumaha,sirah maneh henteu pantes dipake nyuhun suluh,sabab geus ditetepan makuta jeung sorban anu mulya,ti waktu ayeuna meugeus entong deui-deui ngala suluh,maneh ku SAQ geus ditepikeun kana pangkat Rijalulloh". *** 37. MANQOBAH 37 NYARIOSKEUN HIJI ISTRI KAGUNGAN PUTRA 7 KUPANGDU'ANA SAYYID ABDUL QODIR Dicarioskeun dina kitab Mungtakhob Jawahiril Qola-id: Aya hiji istri ngadeuheus ka Sayyid Abdul Qodir nyuhunkeun du'a palay kagungan putra. Barang ditingali dina Lauhilmahfuzh, eta istri teh henteu aya tulisanana bakal kagungan putra. Teras Sayyid Abdul Qodir nyuhunkeun ka Gusti Allah supaya eta istri dipaparin putra 2. Tidinya aya timbalan: "Kapan kumaneh katingali dina Lauhil Mahfuzh,1 oge henteu aya tulisanana, ayeuna maneh menta 2". Saur Sayyid Abdul Qodir: "Muga dipaparin 3, Gusti". Tidinya aya deui timbalan: "Kapan 1 oge geus henteu aya, ayeuna maneh menta 3?". Saur Sayyid Abdul Qodir: "Nyuhunkeun 4, Gusti". Aya deui timbalan: "1 oge henteu aya tulisanana". Saur Sayyid Abdul Qodir: "Nyuhunkeun 5,Gusti". Kitu bae nyuhunkeun naek-naek dugi ka 7. Barang dugi ka 7, aya timbalan deui: "Cukup, heh Abdul Qodir, ulah leuwih ti 7. Ayeuna diqobulkeun pamenta maneh". Teras Sayyid Abdul Qodir nganuhunkeun kana eta paparin, sareng teras nyomot taneuh, teras dipaparinkeun ka eta istri, teras eta taneuh didamel gagantel kongkorong, dibungkus ku perak. Henteu sabaraha lamina ti waktos harita, eta istri kagungan putra 7. Sadayana pameget sareng mulus dugi ka arageung. Barang lami-lami eta istri teh robah kapercayaanana. Sanggeumna: "Ieu taneh make digantelkeun dina beuheung, asa henteu aya gunana. Ayeuna boga anak eunggeus?!". Kumargi eta istri ngomong sakitu, eta putrana anu 7 teh maraot sadayana. Saparantos kitu, teras eta istri ngadeuheus deui ka Sayyid Abdul Qodir, ceurik sareng tobat. Saur Sayyid Abdul Qodir: "Jig geura bali. Kumaha bae paniatan maneh tangtu kapanggih kumaneh". Teras eta istri mulih. Barang dongkap ka bumina, putrana anu parantos maraot teh, sadayana hirup deui. *** 38. MANQOBAH 38 NYARIOSKEUN NYALAMETKEUN HIJI MURIDNA TINA SIKSA MUNGKAR WA NAKIR Aya hiji jalma kacida bodona kana agama, tapi kacida mahabbahna ka Sayyid Abdul Qodir. Barang eta jalma maot, di kubur disual ku Mungkar wa Nakir. Saur malaikat: "Saha Pangeran maneh? Saha Nabi maneh? Naon agama maneh?". Jawabna: "Duka henteu terang, da katerang abdi mah guru abdi bae, Sayyid Abdul Qodir!". Kumargi eta jalma ngambat-ngambat ka Sayyid Abdul Qodir, malaikat Mungkar wa Nakir teh bingung, teras unjukan ka Gusti Allah. Saurna: "Gusti langkung uninga kana jawaban hiji abdi si anu. Kumargi eta sadaya-sadaya, kumaha kersa Gusti". Dawuhan Gusti Allah: "Siksa sakumaha mistina!". Barang eta jalma rek disiksa, sumping Sayyid Abdul Qodir sareng ngadawuh: "Heh Malaikat Mungkar wa Nakir, eta jalma ulah disiksa, kulantaran eta jalma kana agama euweuh pisan kanyahona. Kanyahona teh ngan ka kaula. Ayeuna kaula anu bakal mangjawabkeun. Kaula anu nyaho kana pertanyaan anjeun. Prak rek nanya masalah naon?". Malaikat Mungkar wa Nakir beuki bingung. Teras unjukan deui ka Gusti Allah. Saurna: "Gusti langkung uninga kana kaayaan abdi Gusti anu tea". Dawuhan Gusti Allah: "Siksa sakumaha perluna!". Tidinya malaikat teras nyandak gada. Barang eta jalma rek ditinggang kumalaikat, gadana direbut ku Sayyid Abdul Qodir, bari ngadawuh kieu: "Nyalingkir, sabab kamahabbahan dina batin kaula henteu aya keur nyaruakeun. Lamun ieu jalma keukeuh rek disiksa, tangtu surga jeung naraka diduruk ku kaula", hartosna di naraka moal ripuh, di surga moal senang. Tidinya sumping dawuhan: "Heh Mungkar wa Nakir, Aing geus ngahampura ka eta jalma karana arah-arah kakasih Aing, Abdul Qodir. Keun eta jalma entong disiksa!". *** 39. MANQOBAH KA 39 NYARIOSKEUN UNGGAL DATANG TAUN ANYAR SOK ULUK SALAM KA ANJEUNA JEUNG SOK NYARITAKEUN NAON-NAON NU BAKAL KAJADIAN DINA TAUN ETA Dicarioskeun dina Kitab Bahjatul Asror, Sayyid Abdul Qodir hiji waktos ngalayang di awang-awang di luhureun mangrebu-rebu jalma di majlis anjeuna, bari sasauran kieu: "Henteu bijil mata poe anging mere salam ka kaula. Jeung unggal datang taun anyar, kudu bae mere salam ka kaula jeung nyaritakeun naon barang anu bakal kajadian dina eta taun. Jeung datang bulan, mere salam ka kaula jeung nyaritakeun naon barang nu bakal kajadian dina eta bulan. Jeung datang minggu jeung poena, mere salam ka kaula jeung nyaritakeun naon-naon barang anu bakal kajadian dina eta minggu jeung poe. Demi kamulyaan Pangeran kaula, jalma-jalma anu bagja anu cilaka, kabeh diasongkeun ka kaula. Jeung jejelmaan panon kaula aya dina Lauhilmahfuzh, jeung kaula teuleum dina lautan elmuna Allah jeung lautan musyahadah, jeung kaula hujjahna Allah ka maraneh. Jeung kaula nu jadi gagantì Rosululloh SAW. Jeung kaula ahli warisna di bumi. Manusa aya guruna, jin aya guruna, malaikat aya guruna, ari kaula guruna kabeh". *** 40. MANQOBAH KA 40 NYARIOSKEUN ANJEUNA DIPAPARIN BUKU PIKEUN NULISKEUN MURID-MURIDNA DUGI KA YAUMIL KIAMAH Dicarioskeun dina Kitab Bahjatul Asror, Sayyid Abdul Qodir ngadawuhkeun kieu: "Kaula dipaparin buku, ari gedena satungtung paningali, nyaeta pikeun nuliskeun ngaran murid-murid kaula nepi ka poe kiamah, jeung eta murid dipasrahkeun ka kaula, geus jadi kaboga kaula. Lamun murid kaula henteu alus, kaula anu alus. Demi kamulyaan Pangeran kaula, leungeun kaula henteu lesot tina sirah murid kaula, sanajan kaula aya di masyrik, murid kaula aya di maghrib. Lamun murid kaula katembong oratna, tangtu ditutupan ku kaula. Demi kamulyaan Pangeran kaula, dina poe kiamah, kaula rek nangtung dina lawang jahanam, bisi aya murid kaula anu diasupkeun kana jahanam, karana Gusti Allah maparin ka kaula, yen murid kaula moal diasupkeun kana jahanam. Saha-saha nu ngaku Guru jeung mahabbah ka kaula, tangtu ditarima ku kaula, jeung tangtu kaula nyanghareup ka eta jalma. Malaikat Mungkar wa Nakir geus jangji ka kaula, di kubur moal mere pikareuwaseun ka murid kaula. *** 41. MANQOBAH KA 41 NYARIOSKEUN HIJI JALMI NGENYOT RAMONA TERAS HENTEU PALAY BARANG TUANG Dawuhan Syekh Al-Arif Abu Muhammad Syawir As-Sibti: "Kaula hiji waktu ngajugjug ka Baghdad, ziarah ka Sayyid Abdul Qodir, sarta terus kaula ngarencangan kenging sawatara zaman. Barang kaula rek balik ka Mesir, teras unjukan ka guru kaula, Sayyid Abdul Qodir. Saurna: "Jig, didu'akeun ku kaula, moal manggih naon-naon", sareng anjeuna maparinkeun ramona miwarang dikenyot, sareng anjeuna wasiat: "Di jalan ulah rek jajaluk". Teras kaula indit ti Baghdad, teu mekel naon-naon. Ti sabarang kaula indit ti Baghdad, tepi kadatang ka Mesir, kaula henteu ngarasa hayang barang dahar atawa ngarasa dahaga, tapi kakuatan kaula, kajagjagan kaula henteu kurang naon-naon". *** 42. MANQOBAH KA 42 NYARIOSKEUN SYEKH SHON'ANI KUMARGI HENTEU TUMUT KANA DAWUHAN SAYYID ABDUL QODIR DUGI KA MUPUNGGU ANAK BAGONG Waktos Sayyid Abdul Qodir nampi dawuhan yen dampal sampeanana nincak kana pundukna wali-wali, teras eta dawuhan diembarkeun kasadayana, sareng teras sadayana wali-wali anu hadir anu goib pada nendeun dampal sampean Sayyid Abdul Qodir kana pundukna karana ngahurmat sareng ngagungkeun, mung aya sahiji wali jenengan Syekh Shon'ani,saurna: "Kaula oge mahabbah ka Sayyid Abdul Qodir, tapi ari ditincak punduk mah henteu kudu". Eta cariosan Syekh Shon'ani kitu teh kauninga ku Sayyid Abdul Qodir. Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Dampal suku kaula bakal nincak kana pundukna tukang ngangon bagong". Henteu sabaraha lamina ti waktos harita, Syekh Shon'ani angkat ziarah ka Mekkah, diiring ku 400 santri-santrina. Kalawan kapastian tinu Maha Agung, barang Syekh Shon'ani ngalangkung ka nagara kafir, di hiji warung anjeuna ningali hiji istri bangsa nashroni tukang ngajual arak. Eta istri pilih tanding kageulisanana, jarang pameget anu henteu kagendam ku eta istri. Syekh Shon'ani oge geus henteu isin ku santri-santrina anu ngiring ka anjeuna, teras babantu ka eta istri, sareng kalintang suhudna, sagala pagawean dicabak tara kungsi dipetakeun, sareng pohara senangna sareng gumbirana. Barang hiji dinten eta istri miwarang ngangon bagong ka Syekh Shon'ani. Anakna anu leutik keneh kudu dipanggul, bisi katincak ku indungna. Syekh Shon'ani dipiwarang ngangon bagong teh henteu ngarasa hina, atoh bae dipiwarang kunu geulis. Teras saban-saban dinten ngagiring-giring bagong, ana mulih manggul anak bagong anu leutik keneh. Barang santri-santrina ningali kaayaan kitu teh teras naringgalkeun. Anu ngiring sareng Syekh Shon'ani kantun duaan, nyaeta Syekh Fariduddin sareng Syekh Mahmud Maghribi. Saur eta dua murid: "Beu,ieu urusan moal bisa beres deui lamun henteu diomean ti huluwotannana. Ieu teh moal salah deui panyapaan Sayyid Abdul Qodir". Saur Syekh Fariduddin: "Ayeuna jisim kuring rek ngadeuheus ka Sayyid Abdul Qodir, ari anjeun tungguan di dieu Syekh Shon'ani". Teras Syekh Fariduddin angkat ka Baghdad. Barang sumping ka Baghdad, teras milari padamelan di Sayyid Abdul Qodir, nanging henteu aya lowongan. Tidinya teras anjeuna ngabantu padamelan anu kacida hinana, nyaeta miceunan kokotor ti kakus. Barang hiji dinten katingali sareng kauninga ku Sayyid Abdul Qodir, Syekh Fariduddin keur waktos hujan nyuhun hiji tong anu pinuh ku kokotor, atuh nyurucud kana salirana. Tidinya teras disauran ku Sayyid Abdul Qodir sareng ditaros jenenganana. Saur Syekh Fariduddin: "Jisim abdi teh Fariduddin, rencangna Syekh Shon'ani". Saur Sayyid Abdul Qodir: "Maneh hayang naon, pek geura menta?". Saur Syekh Fariduddin: "Tuan langkung uninga kana pakarepan jisim abdi". Saur Sayyid Abdul Qodir: "Heug, maneh dipaparin maqom anu luhur jeung dihampura guru maneh". Saur Syekh Fariduddin: "Henteu aya maqom anu luhur tibatan dihampura dosa guru abdi". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Enya, geus dihampura dosa guru maneh karna arah-arah maneh !". Dina menit harita Sayyid Abdul Qodir ngahampura, menit eta keneh Syekh Shon'ani ngorejat, eling tina lalina, teras istighfar, sareng dina manahna banget cumantel sareng mahabbah ka Sayyid Abdul Qodir, teras anjeuna angkat ka Baghdad, tobat ka Sayyid Abdul Qodir. Ari eta istri nashroni teras ngiring ka Syekh Shon'ani lebet agama islam. *** 43. MANQOBAH KA 43 LAUK WAHANGAN DAJLAH NGADAREUHEUSAN NYARIUMAN KANA DAMPAL SAMPEANANA Ngandika Syekh Sahal Bin Abdillah At-Tastari r.a. dina mukasyafahna: "Hiji poe urang nagara Baghdad kaleungitan Sayyid Abdul Qodir, teras ditareangan. Kapendak keur calik diluhureun cai wahangan Dajlah, keur digimbung ku lauk mani pagulung-gulung, paboro-boro nyariuman panangan sareng sampeanana. Saur Syekh Sahal: "Kaula henteu bosen-bosen ningali pagulung-gulungna lauk anu rupa-rupa tingkahna reujeung beda-beda kaayaanana, jeung warnana, nepika manjing waktu zhuhur. Tidinya kaula ningali sajadah hejo disulam ku benang emas jeung perak ditulisan dua jajar. Ka 1: "alå inna auliyå allòhhi là khoufun 'alaihim wa là hhum yahzanuun". Ka 2: "salàmun 'alaikum ahhlal baiti innahù hamìdum majìdu". Eta sajadah ngampar di awang-awang luhureun wahangan Dajlah. Teras Sayyid Abdul Qodir calik dina eta sajadah. Henteu lami burubul pirang-pirang pameget karasep sareng matak isin matak ajrih ngiringkeun hiji pameget anu pinunjul tinu sanesna kasepna sareng hebatna. Sadayana pada ngadeug payuneun sajadah kalawan adab. Tidinya Sayyid Abdul Qodir netepan berjama'ah, ngimaman kasadayana. Nya kitu deui sadayana wali Baghdad ngiring netepan. Samangsa-mangsa Sayyid Abdul Qodir maca takbir ingtiqòl, malaikat anu ngagotong 'arasy oge takbir. Sayyid Abdul Qodir maca tasbeh, malaikat anu aya di langit oge ngiring maca tasbeh. Saparantos netepan, teras anjeuna ngadu'a supaos murid-murid anjeuna istri pameget, maotna dina jero tobat. Diaminan ku malaikat. Tidinya aya timbalan tinu Agung: "Heh Abdul Qodir, ayeuna du'a maneh geus diijabah". *** 44. MANQOBAH KA 44 NYARIOSKEUN WALI MARDUD DIDAMEL WALI MAKBUL Kacarioskeun di zaman Sayyid Abdul Qodir, aya hiji wali anu dikaluarkeun tina pangkat kawalianana, sareng jalma-jalma anu ageung anu alit pada terang yen eta wali teh wali anu ditolak ku Robbul 'Alamin. Tidinya teras eta wali muntang nyuhunkeun syafa'at ka 360 aulia, supaos anjeuna didamel wali deui. Teras aulia-ulia sadayana nyuhunkeun syafa'at ka Gusti Alloh supados eta wali anu mardud didamel makbul deui, nanging henteu aya hiji-hiji acan anu diijabah du'ana. Tidinya teras naringali ka Lauhil Mahfudz. Barang ditaringali, tetela jenengan eta wali teh parantos ditulis dihijikeun sareng golongan anu cilaka. Tidinya teras eta wali dipiwarang nawiskeun kahinaan, teras ngadeuheus ka Sayyid Abdul Qodir. Barang jol sumping, saur Sayyid Abdul Qodir: "Heh Ki Anu, kadieu maneh sing deukeut. Maneh ku Gusti Alloh geus dimardud, dikaluarkeun tina kawalian, tapi kaula bisa ngajadikeun maneh sing jadi makbul, ditampi deui jadi waliyulloh kalawan idzin ti Gusti Allah". Tidinya teras Sayyid Abdul Qodir nyuhunkeun supaos eta wali mardud didamel wali makbul deui. Tidinya aya timbalan tinu Agung: "Heh Abdul Qodir, naha maneh henteu terang aya 360 aulia anu pada nyuhunkeun syafa'at pikeun eta wali mardud, tapi henteu aya hiji oge anu diijabah, sabab ngarana eta jalma geus dituliskeun dina Lauhil Mahfudz jalma cilaka". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Gusti, kapan Gusti kawasa. Naon pamenganana anu mardud didamel makbul, anu makbul didamel mardud. Naha atuh letah abdi ku Gusti sina nyanggupan ngajadikeun makbul upami ku Gusti moal didamel makbul mah?". Tidinya aya timbalan: "Heh Abdul Qodir, heug bae kumaha karep maneh. Anu dimakbul kumaneh, jadi makbul. Anu dimardud kumaneh, ku Aing oge dimardud. Jeung Aing masrahkeun kamaneh ngajenengkeun atawa ngaluarkeun tina kawalian". *** 45. MANQOBAH KA 45 NYARIOSKEUN NYALAMETKEUN MURIDNA TINA SEUNEU DUNYA AKHERAT Ngadawuh Syekh Miyan 'Uzhmatulloh, imamna ulama bangsa 'arifin: "Di nagara kaula Burhaniun, kaula boga tatangga bangsa hindu. Kabeungharanana teu wudu. Ari ibadahna kana seuneu. Tapi eta hindu teh kacida mahabbahna ka Sayyid Abdul Qodir. Geus teu euleum-euleum ngaku jadi muridna Sayyid Abdul Qodir teh. Saban-saban taun eta hindu teh osok ngadamel riungan tuang anu peryogi pisan ngondang bangsa ulama-ulama, menak-menak, somawonten bangsa fakir mah. Tempatna sok di pucuk nganggo kekembangan sareng minyak anu sareungit. Pangna ngadamel kitu, cenah mahabbah ka Sayyid Abdul Qodir. Barang eta hindu maot, teras dipulasara ku bangsana numutkeun sacara agama hindu, teras diduruk. Barang diriksakeun, salirana katut ka rambut-rambutna oge henteu teurak salambar-lambar acan. Tidinya teras mufakat kaom-kaomna kudu dipalidkeun, teras dibobontot dipalidkeun. Tidinya aya hiji wali di eta nagara kasumpingan Sayyid Abdul Qodir. Dawuhanana: "Si Anu bangsa hindu, eta satengah tina murid kaula. Ku kaula dingaranan Sa'dulloh. Kusabab kitu, gancang hanjatkeun ti wahangan, tuluy pulasara sakumaha kawajiban Islam, karna Gusti Allah maparin jangji ka kaula moal ngaduruk murid kaula ku seuneu dunya jeung ku seuneu akherat". *** 46. MANQOBAH KA 46 NYARIOSKEUN IEU WUJUD WUJUD AKI KAULA LAIN WUJUD ABDUL QODIR Kacarioskeun putrana Sayyid Abdul Qodir anu jenengan Abdul Jabbar cacarios ka ramana. Saurna: "Mama, Kangjeng Rosululloh SAW upami kabeuratan, kahampangan, sok teras kokotorna diseuseup ku bumi. Sareng cikaringetna seungit minyak kasturi. Sareng laleur tara daekeun eunteup kana salirana. Tah ieu sadayana waktos ayeuna buktos di mama". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Satemen-temena Abdul Qodir geus fana, geus tetep dina dzat eyana SAW. Jadi ieu wujud teh wujud eyang, lain wujud Abdul Qodir qs". *** 47. MANQOBAH KA 47 NYARIOSKEUN SAYYID ABDUL QODIR DICOBA DIGODA SETAN Hiji waktos anjeuna ditojo ku cahaya anu pohara, dugi ka ngagebray caang sakuriling bungking. Tina eta cahaya jol aya rupa anu kacida alusna sarta nyaur ka Sayyid Abdul Qodir: "Heh Abdul Qodir, ieu kaula Pangeran maneh. Ayeuna kaula kamaneh geus ngawenangkeun migawe sakabeh paharaman!". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "A'ùdzu billàhi minasy syaithònir rojìm, mantog siah syetan!". Reup cahaya jadi poek. Belegedeg rupa anu alus teh jadi haseup. Jerit syetana ngajerit bari ngomong: "Salamet maneh Abdul Qodir. Kaula geus nyilakakeun kutipu bangsa bieu 70 kaom anu keur ngambah ka Pangeran". Santri-santrina naros: "Kumaha katawisna eta anu nyarios teh syetan?". Saurna: "Kami nyaho yen eta syetan tina omonganana, ngawenangkeun migawe paharaman". *** 48. MANQOBAH KA 48 NYARIOSKEUN SAYYID ABDUL QODIR NYABOK SETAN Hiji waktos dongkap hiji syetan ka Sayyid Abdul Qodir, kacida goreng patutna. Pakeanana rudin bararau. Ceuk eta syetan: "Jisim abdi numawi dumeuheus seja ngakhodaman kasalira, muga kersa nampi". Henteu diwalonan naon-naon, gaplok bae dicabok ku Sayyid Abdul Qodir. Les syetan teh leungit, ilang tampa lebih. Na ari datang deui teh mawa seuneu ngagugudag rek ngaduruk ka Sayyid Abdul Qodir. Sayyid Abdul Qodir nyandak pedang. Kakara serepet pedang dicabut, syetan geus kabur. Teu kungsi lila, eta syetan jol deui datang, ceurik bari ampun moal deui-deui ngagoda, bari nembongkeun rupa-rupa parabot, rupa-rupa akal tarekah paranti ngagoda manusa. Saur Sayyid Abdul Qodir: "Nyingkir siah syetan, datang deui datang deui bae. Aing mah moal beunang kagoda!". Teras parabot-parabotna syetan ku anjeuna diruksak, dirampung-rampungkeun. Syetana kabur. *** 49. MANQOBAH KA 49 NYARIOSKEUN RAJA HADIAH ARTOS JADI GETIH Dicarioskeun, satemen-temena Yusuf Abil Muzhoffar, raja Baghdad ngintunkeun artos 10 karung digotong ku 10 jalma. Eta artos ku Sayyid Abdul Qodir henteu ditampi. Tidinya sumping raja ku anjeun. Saurna: "Kaula hadiah artos 10 karung ulah henteu ditampi". Tidinya Sayyid Abdul Qodir nyandak 2 karung, teras dipencet kupananganana. Ari burusut teh getih ngocor tina karung. Saur Sayyid Abdul Qodir: "Tuh tingali, karung teh eusina getih jalma, kenging anjeun meresan ti jalma-jalma, mangkaning kudu ditarima?". Raja kalintang isineunana ku Sayyid Abdul Qodir. Pameunteuna reup beureum ray pias. Saur Sayyid Abdul Qodir: "Demi kamulyaan Dzat Allah, lamun nasabna henteu teras ka Rosululloh SAW, tangtu ieu getih teh ngawahangan ngocor kabumina". *** 50. MANQOBAH KA 50 NYARIOSKEUN RAJA NYUHUNKEUN BUAH APEL DINA LAIN WAKTUNA Hiji waktos, raja sumping kabumina. Saurna: "Cing nyuhunkeun karomah nu sakinten jadi katentreman kana hate". Dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Palay naon atuh?". Saur raja: "Hoyong buah apel". Mangkaning harita teh sanes usumna. Tidinya teras panangan Sayyid Abdul Qodir diangkatkeun ka awang-awang. Ari dikahandapkeun deui, dina pananganana aya buah apel dua. Anu hiji dibeulah kuanjeuna, anu hiji deui disanggakeun ka raja. Ari nu dibeulah ku raja dijerona pinuh kubilatung. Saur raja: "Naha ieu mah pinuh kubilatung?". Saur Sayyid Abdul Qodir: "Margi eta mah parantos dicabak ku panangan anu zholim". Tidinya eta raja teras istighfar tobat dipayuneun Sayyid Abdul Qodir, sareng teras ngarencangan dugi kapupusna Sayyid Abdul Qodir. *** 51. MANQOBAH KA 51 NYARIOSKEUN WASIAT SAYYID ABDUL QODIR Anjeuna parantos wasiat ka putrana anu jenengan Abdur Rozàq kalawan pirang-pirang wasiat. Sapalihna nyaeta: "Heh anak mama,maneh kudu sieun ku Allah. Jeung kudu tho'at ka Allah. Jeung kudu nyekel kana syara'. Jeung kudu ngaraksa kana bates-batesna syara'. Jeung kudu alus hate. Jeung kudu barahan tangan. Jeung kudu daek tulung tinulung kana kahadean. Jeung ulah bedegong. Jeung kudu wayahna kana pilara. Jeung kudu ngaraksa kana kahormatan guru-guru. Jeung kudu ngahampura kana kasalahan batur. Jeung kudu nyaah ka fakir-miskin. Jeung kudu alus reureujeungan jeung batur-batur. Jeung kudu daek nganasehatan kanu gede kanu leutik. Jeung ulah papaduan anging dina perkara agama. Jeung kudu nyaho ari hakekatna faqir eta butuh kabangsa maneh, ari hakekatna sugih eta henteu butuh kabangsa maneh. Jeung kudu nyaho ari tashowwuf eta tingkahna jalma anu henteu loba omong. Jeung upama nenjo jalma faqir ulah dimimitian kalawan elmu sabab matak lingas, sabalikna kudu dimimitian ku kanyaah sabab matak lindeuk. Jeung kudu nyaho maneh satemen-temena tashowwuf eta diadegkeunana kana 8 perkara: 1. Barahan. 2. Ridlo. 3. Shobar. 4. Isyarah. 5. Ngumbara. 6. Make pakean bangsa bulu. 7. Leuleuweungan. 8. Faqir. Ari barahan eta dipaparinkeun ka Nabi Ibròhhìm as, ari ridlo ka Nabi Ishàq as, ari shobar ka Nabi Ayyùb as, ari isyarah ka Nabi Zakariyyà as, ari ngumbara ka Nabi Yùsuf as, ari make bangsa bulu ka Nabi Yahyà as, ari leuleuweungan ka Nabi 'Isà as, ari faqir ka Kangjeng Nabi Muhammad SAW. Jeung kudu tembongkeun kumaneh kagagahan kabaranian maneh upama reureujeungan jeung anu beunghar. Jeung kudu rendah upama reureujeungan jeung faqir. Jeung maneh kudu ikhlas. Jeung kudu langgeng nenjo ka Allah. Jeung ulah salah sangka ka Allah tina sakabeh sabab. Jeung kudu pasrah ka Allah dina sakabeh hal sakabeh tingkah. Jeung ulah tatagenan ka hiji jalma lantaran baraya atawa sobat. Jeung kudu ngakhodaman fuqoro kalawan 3 perkara. Ka 1: Tawadlo. Ka 2: Alus budi pekerti. Ka 3: Bersih hate. Jeung kudu nyaho maneh satemen-temena anu pangdeukeut-deukeutna ka Allah eta nu pangalusna budi pekertina. Ari pangutamana amal nyaeta ngaraksa hate tina ngaleret kasalian Allah. Jeung lamun kumpul jeung fuqoro kudu wasiat kalawan shobar jeung haq. Jeung cukup kamaneh tina dunya 2 perkara. Ka 1: Reureujeungan jeung faqir Ka 2: Ngahormat wali, Jeung ulah dipake sugih hiji perkara salian ti Allah. Jeung kudu nyaho upama gagah kasasama eta dlo'if, tegesna henteu kasebut gagah. Upama gagah kasaluhureun eta kumuluhung. Jeung kudu nyaho satemen-temena tashowwuf jeung faqir eta duanana perkara sabener-benerna, lain heureuy, kusabab kitu ulah dicampuran heureuy. Tah sakitu wasiat mama teh. Muga-muga Gusti Allah maparin taufiq kamaneh jeung kasakabeh murid-murid. Jeung anu ngadenge wasiat mama ieu sing barisa ngamalkeunana kalawan ka-Agungan Gustina sakabeh utusan. Amin". *** 52. MANQOBAH KA 52 NYARIOSKEUN SHOLAT HAJAT SARENG NYUHUNKEUN TULUNG KA SAYYID ABDUL QODIR Dicarioskeun tina kitab Bahjatul Asror, dawuhan Sayyid Abdul Qodir: "Saha-saha anu menta tulung ka kaula dina kasusahan, mangka dileungitkeun kasusahanana. Jeung saha-saha anu ngagero nyebut ngaran kaula dina kapayahan, tangtu dibungahkeun. Jeung saha-saha anu tawasul ka kaula dina ngahasilkeun pangabutuhna, tangtu dihasilkeun maksudna. Jeung saha-saha anu Sholat Sunnat Hajat 2 rakaat, dina unggal-unggal ba'da fatihah maca surat Al-Ikhlas 11x, ari geus salam tuluy ngalengkah ka jihat Iroq 11 lengkah jeung sebut ngaran kaula jeung hajatna dina unggal-unggal salengkah, mangka dihasilkeun maksudna". Ari pertingkahna sholat hajat: "ushollì sholàta qodlò-il hàjati taqorruban ilallòhi ta'àlà wang qithò'an 'an ghoirihhi ilà jihhatil ka'batisy syarìfati allàhu akbar". Tuluy maca fatihah, tuluy maca qulhu, maca sholawat sabelas-sabelas kali, tuluy ruku sujud biasa. Rakaat kadua cara bieu bae. Sanggeus salam tuluy sujud, maca ieu 11x: "yà syaikhots tsaqolaini, ya quthbar robbànì, yà ghoutsash shomadànì, ya mahbùbas subhànì, yà muhyaddìn aà muhammad as sayyid 'abdul qòdiril jailànì aghitsnì wa amidnì fì qodlò-i hàjati hhàdzihhì yà qòdliyal hàjàti". Tuluy nangtung. Tuluy ngalengkah salengkah ka jihat Iroq (ari jihat Iroq teh ti urang mah, ti pulo jawa, tina qiblat sholat teh ngaler keneh, ampir nyela bumi, ampir antara kulon sareng kaler), tuluy maca: "yà syaikhots tsaqolaini, ya quthbar robbànì, ya ghoutsash shomadànì, ya mahbùbas subhànì abà muhammadìn as sayyid 'abdul qòdir al-jailànì". Kitu bae bacaanana tepi ka 11 lengkah, tuluy dampal sukuna anu katuhu tumpangkeun kana suku kenca, tuluy maca sholawat 11, fatihah,qulhu, idzàja anashrulloh sabelas-sabelas kali, tuluy maca: "yà junùdallòhhi wa yà 'ibàdallòhhi aghìtsùnì wa amiddùnì fì qodlò-i hàjatì hhàdzihhì yà qodliyal hàjati, amìn, amìn, ya syaikhots tsaqolaini, ya quthbar robànì yà ghoutsash shomadànì, yà mahbùbas subhànì, yà muhyaddìn abà muhammadin as sayyid 'abdul qòdir al jailànì". Sanggeus kitu tuluy diuk dina pangsholatan kalawan muroqobah, hadirkeun hate ka Allah sarta maca: "là ilàha illallòh" 108x, tuluy sujud deui bari maca: "yà rùhal qudùs, wa yà junùdallòhhi wa yà 'ibàdallòh, aghìtsùnì wa amiddùnì fì qodlö-i hàjati hhàdzihhì yà qòdliyal hàjat, amìn, amìn". Jeung memeh prak sholat, kudu ngukus heula anu seungit, jeung kudu sidkoh ka sabelas faqir, ku sidqoh naon bae. *** 53. MANQOBAH KA 53. NYARIOSKEUN PUPUSNA SAYYID ABDUL QODIR Barang parantaos caket kana pupusna Sayyid Abdul Qodir, sumping Malaikat 'izroil dina waktu surup mata poe nyandak tulisan, addresna: "yashilu hhàdzal maktùbu minal muhibbi ilal mahbùbi". Hartosna: "Datangna ieu tulisan tinu mikaasih kanu diasih". Teras eta serat ku malaikat disanggakeun ka putrana, Abdul Wahàb. Barang putrana ningali eta serat, teras nangis. Tidinya teras lebet sareng anjeuna ka Sayyid Abdul Qodir. Ari pupusna dina malem senen ba'da isya, kaping 10 atanapi 11 Silihmulud taun 561 Hijriyyah. Barangna bade pupus, nimbalan ka putra-putrana: "Sing jarauh maraneh ti kaula, sabab kaula zhohirna jeung maraneh, bathina jeung lian maraneh, jeung legaan ieu tempat, sabab geus hadir lian maraneh, jeung kudu aradab maraneh". Sareng dina sadinten sawengi henteu liren-liren ngaos: "wa 'alaikumus salàm wa rohmatullòhhi wa barokàtuh, ghofarollòhu lìwalakum, tàballòhhu 'alayya wa 'alaikum, bismillàhi ghoiro mawdi'ìna". Sareng ngaos: "tùbù wad khulù fìsh-shoffil awwali idzan ajì-u ilaikum". Sareng ngaos: "rifqon rifqon wa 'alaikumus salàmu ajì-u ilaikum". Sareng ngaos: "qifù atàhul haqqu wa sakarotul mauti". Sareng dawuhanana: "Ulah aya nu nanyakeun ka kaula hiji perkara saba'da kaula bulak-balik dina elmuna Allah". Sareng ngaos: "ista'angtu bilà ilàhha illallòhu subhànahhu wa ta'àlà wal hayyil ladzì là yahsyàl ghoutsu subhàna mang ta'azzaza bilqudroti wa qohhharo 'ibàdahhù bilmauti là ilàhha illallòhhu muhammadur rosùlullòh ta'azzaza ta'azzaza Allòhu Allòhu Allòhu". Sowantena bedas, teras lalaunan pupus ridlwànullòh 'alaihh. *** DU'A MANQOBAH ilaa hadlroti sulthoonul auliyaaa-i wa qudwatil ashfiyaa-i quthbir robaanii wal ghoutsush shomadaanii sayyidii assayyid 'abdul qoodir aljailaanii - alfaatihah - alloohhumma sholli wa sallim 'alaa sayyidinaa wa habiibiina wa syafi'iinaa wa maulaanaa muhammadiw wa 'alaa aalihhii wa ashhaabihhii ajma'iina. - aamiin - alloohhumma bi asmaa-ikal husnaa wa bi-asmaa-i nabiyyikal mushthofaa wa bi-asma-i waliyyika 'abdul qoodiril mujtabaa thohhhir quluubanaa ming kulli washfiy yubaa'idunaa 'ang musyaahhadatika wa mahabbatika wa amitnaa 'alaas sunnati wal jamaa'ati wa syarrih bihhaa shuduuronaa wa yassir bihhaa umuuronaa wa farij bihhaa hhumuumanaa waksyif bihhaa ghumuu manaa waghfir bihhaa dzunuubanaa waqdli bihhaa duyuunanaa wa ashlih bihhaa ahwaalanaa wa balligh bihhaa aaamaalanaa wa taqobal bihhaa taubatanaa waghshil bihhaa haubatanaa wangshur bihhaa hujjatanaa waj 'alnaa bihhaa minal muttabi'iina lisyarii'ati nabiyyikal muttashifiina bimahabbatihhiil muhtadiina bihhadyihhii wa siirotihhii wa taffanaa bihhaa 'alaa sunnatihhii wa laa tahrimnaa fadl-la syafaa'atihhii wahsyurnaa fii zumrotihhii wa atbaa'ihhiil ghurril muhajjaliina wa asy-yaa'ihhis saabiqiina wa ash-haabihhil yamiini yaaa arhamar roohimiina. ***