Snack's 1967
Perhatian: Apabila terdapat gambar atau iklan yang berasal dari server situs ini mengandung unsur pornografi, maka pihak admin tidak bertanggung jawab

PONDOK PESANTREN SURYALAYA
Desa Tanjungkerta - Kecamatan Pagerageung 46158
Telp. (0265) 454830-455801 Fax. (0265) 455830



PONDOK PESANTREN SURYALAYA
Desa Tanjungkerta - Kecamatan Pagerageung 46158
Telp. (0265) 454830-455801 Fax. (0265) 455830





Disalin dan diposting ulang oleh Abdul Ghoets dari http://www.suryalaya.org
 « Kembali 
 

PONDOK PESANTREN SURYALAYA
Desa Tanjungkerta - Kecamatan Pagerageung 46158
Telp. (0265) 454830-455801 Fax. (0265) 455830

SURAT EDARAN
NOMOR : 045.PPS.VIII.2012

TENTANG
HIMBAUAN DAN AJAKAN


Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Dalam suasana bulan suci Ramadhan 1433 H dan menjelang Idul Fitri 1 Syawal 1433 H, kami Pengemban Amanah Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya dan segenap Keluarga Syaikh KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin ra. mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa semoga kita semua senantiasa dalam ampunan Allah swt. Serta menjelang Idul Fitri 1 Syawal 1433 H Pengemban Amanah Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya dan segenap Keluarga Syaikh KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin ra. mengucapkan “Minal ‘Aidin Walfaizin” mohon maaf lahir dan batin.

Menyikapi situasi yang berkembang dikalangan ikhwan/akhwat TQN Pondok Pesantren Suryalaya yang berkaitan dengan fenomena/issue tentang Mursyid sepeninggal Pangersa Abah Anom maka dengan ini kami permaklumkan dengan hormat kepada seluruh Wakil Talqin TQN Pondok Pesantren Suryalaya, Pengurus Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya (Korwil, Perwakilan dan Pembantu Perwakilan) dan seluruh Ikhwan/Akhwat TQN Pondok Pesantren Suryalaya, bahwa :


Pengemban Amanah Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Suryalaya secara tegas tidak mengakui pengakuan seseorang sebagai MURSYID Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya sepeninggal Pangersa Abah Anom karena sepanjang yang kami ketahui dari telaah dokumen ( Amanat, Maklumat Pangersa Abah Anom selaku Mursyid Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya ) sampai saat ini tidak ditemukan adanya bukti-bukti otentik adanya pelimpahan kemursyidan dari beliau kepada siapapun dan tidak ada penambahan Wakil Talqin baru sepeninggal beliau.
Selanjutnya apabila ada pengakuan sepihak dari seseorang yang mengaku sebagai Mursyid Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya sepeninggal Pangersa Abah Anom selaku Mursyid Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya maka kami Pengemban Amanah Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Suryalaya tidak turut campur pada urusan tersebut dan segala akibat yang timbul karenanya menjadi tanggungjawab yang bersangkutan. Sepeninggal Pangersa Abah Anom Selaku Mursyid Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya amaliah Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya yang selama ini kita amalkan, masih tetap berkembang di masyarakat tetap berjalan dan tidak terdapat perubahan artinya masih tetap sejalan dengan TANBIH wasiat Pangersa Guru Almarhum Syaikh H. Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra., Uqudul Jumaan, Mifathus Sudur, serta Maklumat dan Amanat Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya Syaikh H. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra.
Ikhwan/akhwat Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya masih terus berkembang terbukti dengan masih banyaknya para tamu yang datang ke Pondok Pesantren Suryalaya meminta Talqin dzikir dan mengamalkan amaliah Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, terutama dalam waktu Pengajian Manaqiban tiap tanggal 11 Hijriyah.
Bagi daerah–daerah yang Wakil Talqinnya atau Pembina di daerahnya telah meninggal dunia, Pembinaan kepada Ikhwan/akhwat masih tetap berjalan oleh Para Pembina, Pengurus Yayasan, Sesepuh Manaqib dan Khataman, Mubaligh/Mubalighah dari daerah lain yang terjangkau. Oleh karena itu para ikhwan/akhwat Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya hendaklah senantiasa tetap tenang, istiqomah melaksanakan amaliah Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya baik harian, mingguan, bulanan bahkan tahunan. Apabila terjadi penyimpangan sepeninggal Pangersa Abah Anom maka Abah tidak bertanggung jawab. sebagaimana ditegaskan dalam Maklumat Pangersa Abah Nomor : 03.PPS.V.2002 butir 5 yang berbunyi “ Agar tetap menjaga diri tidak berbuat yang bertentangan dengan petunjuk, pedoman, bimbingan dan pengajaran yang telah ditetapkan dalam amalan TQN Pondok Pesantren Suryalaya, baik dilakukan secara sendiri-sendiri maupun secara organisasi, bagi mereka yang melakukan penyimpangan atau perekayasaan terhadapnya maka Abah tidak ikut bertanggungjawab dan segala akibat yang ditimbulkan karenanya menjadi tanggungjawab orang yang bersangkutan”
Demikian himbauan ini kami sampaikan, semoga dapat diindahkan sebagaimana mestinya.
Selanjutnya kita berdo’a semoga kita senantiasa dapat melaksanakan amaliah Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya secara istiqomah, semoga kita diakui menjadi muridnya dan mendapat limpahan barokah dari Almukarom Pangersa Abah Anom serta Almukarom Pangersa Abah Sepuh serta karomah dari Tuan Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani qs. serta Syafa’at dari jungjunan kita Nabiyullah Muhammad Saw.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Suryalaya, 14 Ramadhan 1433 H
3 Agustus 2012 M


Disalin dan diposting ulang oleh Abdul Ghoets dari http://www.suryalaya.org
 « Kembali 
 

PONDOK PESANTREN SURYALAYA
Desa Tanjungkerta - Kecamatan Pagerageung 46
Telp. (0265) 454830-455801 Fax. (0265) 455830

IJMA WAKIL TALQIN TQN PONDOK PESANTREN SURYALAYA dan AHLI WARIS SYEKH MURSYID KH. AHMAD SHOHIBULWAFA' TAJUL ARIFIN ra. serta SYEKH ABDULLAH MUBAROK BIN NOOR MUHAMMAD ra.

TENTANG KLAIM KEMURSYIDAN KH. ABDUL GAOS SM dan PENDUKUNGNYA K.H. MUHAMMAD SHOLEH

Hari Minggu, Tanggal 15 September 2013 M / 9 Dzulqo'dah 1434 H

DASAR HUKUM DAN PERTIMBANGAN

1. SURAT PERNYATAAN No. 211.PPS.X.1998 dari KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin ra. selaku GURU MURSYID Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah sekaligus SESEPUH Pondok Pesantren Suryalaya yang telah menunjuk:

- KH Noor Anom Mubarok, BA,
- KH Zaenal Abidin Anwar, dan
- KH Dudun Noorsaiduddin Ar.

sebagai "PENGELOLA, PEMELIHARA DAN PELESTARI" Pondok Pesantren Suryalaya sekaligus "TEMPAT BERKONSULTASI BAGI MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN
DENGAN KEBIJAKAN LEMBAGA, FISIK BANGUNAN, PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN, DAN PEMBINAAN IKHWAN THARIQAT QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH PONDOK PESANTREN SURYALAYA".

2. MAKLUMAT SESEPUH PONDOK PESANTREN SURYALAYA Nomor : O1.PPS.V.2002 poin 5 yang berbunyi : "Menjaga diri agar tidak berbuat yang bertentangan dengan petunjuk, pedoman, tuntunan, bimbingan dan pengajaran yang telah ditetapkan dalam amalan Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, baik dilakukan secara sendiri-sendiri maupun secara organisasi, bagi mereka yang melakukan penyimpangan atau perekayasaan terhadapnya, maka Abah tidak ikut bertanggungjawab dan segala akibat yang timbul karenanya menjadi tanggung jawab orang yang bersangkutan."

3. IJMA PARA WAKIL TALQIN TQN PONDOK PESANTREN SURYALAYA Pada 40 Hari
Wafat Abah Anom yang MENERIMA DAN MENDUKUNG KEPEMIMPINAN KETIGA
ORANG TERSEBUT DI ATAS DAN SELANJUTNYA DISEBUT SEBAGAI PENGEMBAN AMANAH, sehingga dengan demikian tidak terjadi kekosongan kepemimpinan dan tidak diperlukan adanya pemimpin lain bagi Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.

4. Kesepakatan Keluarga dan Ahli Waris Syekh Mursyid KH. Ahmad shohibulwafa' Tajul Arifn ra. maupun Syekh Abdullah Mubarok bin Noor Muhammad ra. yang tetap berpegang pada semua Maklumat dan Pernyataan Abah Anom serta mendukung segala keputusan/ijma para Wakil Talqin Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.

MEMPERHATIKAN:

1. KH. Abdul Gaos SM., berdasarkan pengakuannya di berbagai ceramah dan buku/terbitan yang diedarkannya, atau oleh para pendukungnya, secara sepihak dan tanpa adanya bukti/saksi yang sah telah MENGAKU SEBAGAI MURSYID KE-38 THARIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH PONDOK PESANTREN SURYALAYA.

2. KH. Abdul Gaos SM., berdasarkan Kitab Uquudul Jumaan (Amalan Thoreqot Qadiriyah wan Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya), yang diterbitkan oleh CV. Wahana Karya Grafika (Bandung) secara illegal dan tanpa seijin Pondok Pesantren Suryalaya telah MENGUBAH AMALAN INTI THARIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH PONDOK PESANTREN SURYALAYA pada AMALAN DZIKIR HARIAN, DZIKIR KHATAMAN, TAWASSUL, DAN DAFTAR SILSILAH MURSYID.

3. KH. Abdul Gaos SM., dengan tindakan-tindakannya itu, telah MENYIMPANG DARI AJARAN WALI MURSYID TQN PONDOK PESANTREN SURYALAYA, MERUSAK AJARAN TQN PONDOK PESANTREN SURYALAYA, DAN MEMECAH BELAH IKHWAN THARIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH PONDOK PESANTREN SURYALAYA.

4. Semua perbuatan KH. Abdul Gaos SM. tersebut di atas didukung pula oleh H. Muhammad Sholeh dari Jakarta.

MENIMBANG

Perlu ada penyikapan tegas untuk mencegah terjadinya kekeliruan persepsi dan tindakan dari para ikhwan/akhwat Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, masyarakat luas, dan Pemelintah Republik Indonesia terhadap perbuatan KH. Abdul Gaos SM. dan KH. Muhammad Sholeh tersebut.

Maka, para Wakll Talqin Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya dan Ahli Waris Syekh Mursyid KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra. maupun Syekh Abdullah Mubarok bin Noor Muhammad ra. dalam pertemuan hari ini, Ahad 15 September 2013 M / 9 Dzulqo'dah 1434 H, telah berijma dan sepakat untuk :

MENETAPKAN DAN MEMUTUSKAN :

1. Tidak menerima pengakuan KH. Abdul Gaos SM. sebagai Mursyid ke-38 Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.

2. Tidak menerima pengakuan KH. Abdul Gaos SM. Sebagai Penerus Guru Mursyid Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya Syekh KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra.

3. Tidak lagi mengakui KH. Abdul Gaos SM. dan KH. Muhammad Sholeh sebagai Wakil Talqin Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.

4. Memerintahkan kepada KH. Abdul Gaos SM. dan KH. Muhammad Sholeh untuk tidak lagi menggunakan nama, simbol, serta segala atribut Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya dalam berbagai kegiatannya dan menarik semua buku dan terbitan (cetak maupun elektronik) yang mereka buat yang berkaitan dengan Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya terutama buku "Uqudul Jumaan" dan "Suryalaya Bukan Panggung Sandiwara".

5. Menyerukan kepada para ikhwan/akhwat Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, yang telah hilap mengikuti langkah keliru kedua orang tersebut karena berbagai keterbatasan Pengetahuannya, agar segera bertaubat dan kembali melaksanakan amaliah Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya yang sesungguhnya sebagaimana yang telah digariskan dan di amalkan oleh Pangersa Guru Mursyid Syekh K.H Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra. yang diterima dari Syekh K.H.Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra.

Keputusan ini ditandatangani di : Patapan Suryalaya Pada hari : Ahad, 15 September 2013 M / 9 Dzulqo'dah 1434 H Oleh :

1. KH. Zaenal Abidin Anwar (Pengemban Amanah Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya) - (ditandatangani)

2. Wakil Keluarga Syekh Mursyid Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pcsantren Suryalaya :

a. Ummi Hj. Yoyoh Sofiyah - (ditandatangani)
b. H. Didin Hidir Ar. - (ditandatangani)
c. H. Kankan Zulkarnaen TA - (ditandatangani)
d. H. Baban Ahmad Jihad S.B - (ditandatangani)

3. Wakil Keluarga Syekh KH. Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra. (Abah Sepuh) :

a. Rd. Djaja Suratmadja - (ditandatangani)
b. RH. Mamat Rahmat - (ditandatangani)

4. Para Wakil TQN Pondok Pesantren Suryalaya (daftar nama dan tanda tangan terlampir).

DAFTAR HADIR SILATURAHMI WAKIL TALQIN TQN PONDOK PESANTREN SURYALAYA

15 - 16 September 2013 M / 9 - 10 Dzulqo'dah 1434 H

1. KH. R. ABDULLAH SYARIF
2. HAJI ALI BIN HAJI MOHAMED
3. H. MOHAMED TRANG BIN ISSA - (ditandatangani)
4. HJ. MOHD. ZUKI AS SYUZAK - (ditandatangani)
5. USTADZ LUKMAN NULHAKIM - (ditandatangani)
6. KH. ZAENAL ABIDIN ANWAR
7. ABDUL GAOS SM - (DICORET)
8. KH. ZEZEN ZAENAL ABIDIN B.A. - (ditandatangani)
9. PROF. DR. H. JUHAYA S. PRAJA - (ditandatangani)
10. DRS. KH. ARIEF ICHWANIE A.S. - (ditandatangani)
11. KH. MOHAMMAD HELMI BASYAIBAN
12. KH. M. THOHA ABDURRAHMAN
13. KH. MUHAMMAD NUR FATAH
14. KH. AHMAD JAHRI ANWAR
15. SYEKH ABDUL LATIF DELI
16. USTADZ H. MANSUR BIN SALEH - (ditandatangani)
17. DRS. KH. WAHFIUDIN, MBA. - (ditandatangani)
18. PROF. DR. H. A. TAFSIR, MA
19. KH. BEBEN MUHAMMAD DABBAS - (ditandatangani)
20. KH. MIFTAH MINTARKAM - (ditandatangani)
21. KH. MOHAMMAD BUSYAERI - (ditandatangani)
22. HJ. ABD. MANAN BIN MUHAMMAD
23. KH. AHMAD SANUSI IBRAHIM
24. KH. MOCH. ALI HANAFIAH AKBAR - (ditandatangani)
25 KH. ISKANDAR ZULKARNAEN - (ditandatangani)
26. TGK. H. SULFANWANDI, S.Ag
27. TUN HAJI SAKARAN BIN DANDAI
28. H. MUHAMMAD SALEH - (DICORET)
29. KH. MIFTAHUL MANAN
30. DRS. H. ANHARI BASUKI, SU - (ditandatangani)
31. DRS. H. MUHAMMAD RUSFI, M.Ag
32 DRS. H. NUR MUHAMMAD SUHARTO - (ditandatangani)
33. KH. THOHIR ABDUL QOHIR - (ditandatangani)
34 USTADZ M. SIRODJUDDIN RUYANI - (ditandatangani)
35. USTDZ SHAIFUDIN MAULUP - (ditandatangani)
36. DRS. KH. SANDISI - (ditandatangani)
37. KH. AMIN ABDULLAH - (ditandatangani)
38. USTADZ KHOLIL SA'ID - (ditandatangani)
39. ABD. MANAF BIN ABIDALLAH - (ditandatangani)
40. H. FADLI MUNTAHI - (ditandatangani)
41. H. MAIMUN BUSTHAMI - (ditandatangani)
42. H. AHMAD ATHDRID SIRAJ - (ditandatangani)
43. H. SYAIFULLH,BA - (ditandatangani)
44. H. HASIM SANUSI - (ditandatangani)
45. Drs. KH. SYAKERANI NASERI - (ditandatangani)
46. MUZAKKI, s.Ag - (ditandatangani)
47. H. ABDURRAHMAN HASAN - (ditandatangani)
48. H. ACHMAD ZUHRI - (ditandatangani)
49. SAPRULLOH - (ditandatangani)
50. Drs. H. MALIKI THOHIR - (ditandatangani)
51. Drs. SYAMSURIJAL - (ditandatangani)
52. H. AAH ZAENAL ARIFIN - (ditandatangani)
53. H. ASEP SAMSURIZAL H.,S.Ag, M.SI - (ditandatangani)

***

Sumber : www.suryalaya.org

Lihat surat aslinya di sini

 « Kembali 
 


Tujuan Agama Islam

oleh: Abdul Ghoets

Dikatakan dalam Risalatul Misbah, bahwa:

هَدَفِ الْإِسْلَامِ هُوَ السَّلَامُ وَالْخَلَاص

"Tujuan dari Islam adalah keselamatan dan kedamaian".

Caranya, adalah:

Pertama:

تَنَقَّذ نَفْسَك مِنْ عِقَابِ اللَّهِ

"Menyelamatkan diri dari hukuman Allah".

Kedua:

تُعَرِّفَ عَلَى الْإِسْلَامِ بِعُمْق

"Belajar secara mendalam tentang islam".

Ketiga:

تُشْعِر وَتَجْرِبَة لِنَفْسِك بِالذَّوْقِ

"Merasakan dan mengalami sendiri dengan Adz-Dzauq (merasakan dzikir dengan methode tarekat)".

Keempat:

طَوْر نَفْسِك بِالْحَالِ

"Meningkatkan diri dengan Al-Hal (dimulai dari sekarang dengan menjauhkan diri dari sesuatu yang tidak disukai)".

Kelima:

تَبَدُّلِ الصِّفَاتِ

"Mengganti sifat dari yang buruk ke sifat yang lebih baik".


Menyelamatkan Diri Dari Hukuman Allah

Dikatakan dalam Risalatul Misbah:

الاسلام هُوَ أَنْ يُّنْقِذَ الْمَرْءُ نَفْسَهُ مِمَّا يُعَاقِبُهُ اللَّهُ، لِأَنّ هَدَفِ الْإِسْلَامِ هُوَ السَّلَامُ وَالْخَلَاص

"Adapun islam adalah menyelamatkan diri seseorang dari hukuman Allah, karena tujuan islam adalah keselamatan dan kedamaian".

Bagi orang yang ingin selamat dari hukuman Allah, tentu saja dia harus ta'at kepada perintah Allah dengan memaksakan diri untuk menjalankan perintah agama.

Akan tetapi untuk "memaksakan diri" dalam menjalankan perintah agama pun diperlukan hidayah dari Allah Ta'ala, dan untuk menghasilkan hidayah dari Allah Ta'ala maka diperlukan hati yang terbuka untuk mendapatkan hidayah tersebut, dan untuk membuka hati agar mendapatkan hidayah diperlukan dzikir (mengingat) Allah Ta'ala, karena tampa dzikir, hati tidak akan terbuka untuk mendapatkan hidayah, dan tanpa hidayah, akan sangat sulit untuk dapat memaksakan diri dalam menjalankan agama, sehingga tanpa dzikir kepada Allah, seseorang akan mendapatkan kecelakaan, yaitu disesatkan oleh Allah dari jalan kebaikan, sehingga selamanya ingkar kepada perintah agama.

Berfirman Allah Ta'ala:

أفَمَنْ شَرَحَ اللهُ صَدْرَهُ لِلإسْلاَمِ فَهُوَ عَلَى نُوْرٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَّةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللهِ أُولَئِكَ فِي ضَلاَلٍ مُبِينٍ

"Apabila seseorang telah dibukakan hatinya oleh Allah kepada islam, maka baginya Cahaya Tuhannya, akan tetapi kecelakaanlah bagi orang yang lalai hatinya dari berdzikir kepada Allah, baginya kesesatan yang nyata". (Az-Zumar/39 : 22).

Dengan dzikir, seseorang terbuka hatinya untuk mendapatkan hidayah. Dengan hidayah, seseorang akan dapat memaksakan diri untuk menjalankan perintah agama. Dengan menjalankan perintah agama, seseorang akan diselamatkan oleh Allah dari kesesatan yang mencelakakan diri dari jalan kebaikan.

Dan bagi orang yang telah dapat memaksakan diri untuk menjalankan perintah agama, maka baginya rizki yang mengalir dan tidak terhalang oleh halangan apapun.

Berfirman Allah Ta'ala:

وَاَنْ لَوِسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا

"Dan jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)". (Al-Jin/72: 16).


Belajar Secara Mendalam Tentang Islam

Kondisi rizki yang mengalir tanpa terhalang oleh apapun, adalah kondisi di mana seseorang telah "Memaksakan Diri (Kohrun Nafsi)" dalam melaksanakan perintah agama. Akan tetapi, dalam memaksakan diri untuk menjalankan perintah agama pun diperlukan kepahaman dalam ilmu agama, karena, bagaimana bisa seseorang menjalankan agama dengan tidak memahami apa yang dilakukannya, sehingga sangat diperlukan pula untuk belajar ilmu agama agar ketika menjalankan perintah agama, seseorang dapat melaksanakannya dengan benar sesuai dengan keinginan agama itu sendiri, lagipula, menuntut untuk belajar agama adalah salah satu kewajiban seorang hamba Allah.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim". (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu).

Sehingga, ketika sesorang telah memahami ilmu agama, maka dia akan dapat mengajarkannya lagi kepada orang lain yang memerlukan ilmu tentang agama, dan dengan seperti itu, yaitu beranting sambung menyambung dalam mengajarkan ilmu agama, maka agama akan tetap berlangsung, abadi sampai kepada hari kiamat dengan menghasilkan hakikat akhlak agama yang sesungguhnya, yaitu saling "berlaku baik" kepada sesama, bawahan, atasan dan kepada orang yang membutuhkan dan memerlukan.

Bersabda Nabi Muhammad ﷺ :

تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ.

"Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu". (HR. Thobroni).


Ilmu Agama Harus Dapat Diamalkan Dan Dirasakan Oleh Diri Sendiri (Adz-Dzauq)

Agama adalah jalan keselamatan dan kedamaian hidup apa bila mau memaksakan diri menjalankannya dengan mengetahui ilmunya dengan baik, serta mau menjalankan dan mengamalkannya sendiri, tidak cukup hanya diobrolkan dengan lisannya, tetapi dilaksanakan pula sekuat tenaga dengan anggota badannya, baik secara jismani, ruhani dan sekujur rasa pada jiwanya.

Agama itu harus diamalkan dengan berbagai methode (tarekat) untuk menjalankannya. Tanpa memakai methode atau tarekat dalam menjalankannya, agama itu hanya sebatas lisan dan hanya sekedar untuk disampaikan kepada orang lain, sementara dirinya sendiri tidak dapat mengamalkannya, sehinga baginya, agama tidak menjadi rahmat, malah sebaliknya menjadi laknat yang dapat mencelakakan dirinya sendiri.

Hujjatul Islam, Imam Ghozali rohimahulloh berkata:

كَذَلِكَ حُجَّةُ الإِسْلَامِ الْغَزَالِيُّ رَحِمَهُ اللّهُ قَالَ: إِنَّ أَخَصَّ هَذِهِ الطَّرِيْقَةِ مَا لَا يُمْكِنُ الْوُصُوْلُ إِلَيْهِ بِالتَّعَلُّمِ بَلْ بِالذَّوْقِ وَالْحَالِ وَتَبَدُّلِ الصِّفَاتِ

"Sesungguhnya yang paling khusus pada Thoriqoh (menjalankan agama) ini adalah bahwa ia tidak dapat dicapai hanya dengan belajar, tetapi dengan dzauq (merasakan dan mengalami sendiri), dan Ahwal (berpindah dari keadaan spiritual ke tingkat yang lebih baik), dan mengganti sifat dari yang buruk ke sifat yang lebih baik. (Miftahush Shudur fasal 6, hal. 141)

Dalam pandangan Tarekat yang khusus menurut Imam Ghozali tersebut, agama tidak dapat dijalankan dengan sempurna selama seseorang tidak menjalankan tarekat secara khusus dengan methode yang diajarkannya, karena agama dapat tercapai bukan hanya dengan badan jasmani saja, tetapi dengan badan ruhani dan terasa sampai jiwanya, maka diperlukan mwthode Dzauq, yaitu merasakan gerak dzikir di dalam bathin sehingga dapat membuka hati untuk dapat menerima hidayah (petunjuk) dari Allah untuk menjalankan agama, karena tanpa dzikir kepada Allah, hati tidak dapat terbuka, dan apabila hati tidak terbuka, Allah tidak menurunkan hidayahnya, sehingha apabila tidak ada hidayah dari Allah, bagaimana seseorang merasa pentingnya agama, sehingga tidak ada upaya seseorang untuk menundukkan badan jismaninya untuk belajar mengetahui ilmu agama yang dapat menjalankan agamanya, dan apabila agama tidak dapat dijalankan karena kebodohannya, bagaimana mungkin seseorang dapat selamat di dunia dan di akhiratnya, karena tidak ada wadah yang dapat menyelamatkannya.

Oleh karena itu, untuk dapat menjalankan agama, harus dimulai dari dzikir yang dapat membukakan hatinya menerima ilmu dari Allah, sehingga agama dapat dijalankan dengan semestinya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hujjatul Islam:

الْقَلْبَ هُوَ مِفْتَاحُ الْوُصُوْلِ إِلَى الْمَعَارِفِ الدِّيْنِيَّةِ السَّامِيَّةِ، وَإِنَّ اْلِإنْسَانَ إِذَا غَاصَ فِى نَفْسِهِ وَرَجَعَ إِلَى قَلْبِهِ تَفَجَّرَتْ لَهُ يَنَابِيْعُ الْعُلُوْمِ الْدِّيْنِيَّةِ وَالْمَعَارِفِ الْقُدْسِيَّةِ

"Sesungguhnya hati merupakan kunci untuk sampainya pengetahuan agama yang luhur, dan sesungguhnya adapun manusia apabila menyelam kedalam dirinya sendiri dan datang kepada hatinya sendiri, maka akan terbuka kepadanya sumber-sumber ilmu laduni dan pengetahuan yang suci". (Miftahush Shudur, Fasal 6, Hal. 145)


Memulai Kebaikan Sedini Mungkin Dengan Menjauhkan Diri Dari Sesuatu Yang Tidak Disukai (Al-Hal)

Selanjutnya, dalam menjalankan agama, diperlukan Self Control (mengontrol diri) dari sasuatu yang "tidak baik" menurut diri sendiri atau pun menurut agama, karena apabila seseorang tidak mau membuka hatinya dengan dzikir, maka tidak akan tahu hakikatnya "baik dan buruk (tamyiz)", maka secara otomatis bukan kebaikan yang akan diperbuatnya, akan tetapi keburukan-keburukan yang nampak pada dirinya, karena tidak dapat mengontrol diri, sehingga apapun dilakukan demi kepuasan nafsu dan syahwatnya. Dan apabila telah demikian, bagaimana seseorang dapat memulai sedini mungkin untuk dapat menjalankan agama, sebagaimana yang dimaksud oleh Imam Ghozali tentang konsep menjalankan agama, seperti yang diterangkan di atas, yaitu: Dzauq (merasakan sendiri), Al-Hal (memulai kebaikan sedini mungkin), dan tabadulli shoffat (memperlihatkan akhlak baik dan menyembunyikan akhlak buruk).


Memperlihatkan Akhlak Baik Dan Menyembunyikan Akhlak Buruk

Untuk dapat menjalankan agama sebagaimana mestinya, maka diperlukan akhlak yang baik, karena dengan mau dan peduli terhadap perintah agama adalah akhlak yang baik.

Sebagaimana dikatakan oleh Hujjatul Islam Imam Ghozali, sebagiannya dalam menjalankan agama adalah Tabadulli Shoffat, atau dalam artian "mengganti sifat yang buruk dengan sifat kebaikan". Akan tetapi masalahnya, bagaimana seseorang dapat mengganti sifat buruknya dengan sifat kebaikan, apabila dia tidak mau memperlihatkan kebaikan, karena dengan tidak ada kemauan untuk memperlihatkan kebaikan, maka sifat yang buruk di dalam diri seseorang tidak akan dapat diganti dengan sifat kebaikan, dan itulah kunci yang sesungguhnya agar seseorang dapat mengganti keburukannya dengan kebaikan.

Dikatakan dala Tanbih Syekh Abdullah Mubarok Bin Nur Muhammad rhodiyallohu 'anhu:

"Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian". (Tanbih)

Itulah kata kuncinya, yaitu agar seseorang dapat merubah sifat buruknya dengan sifat yang baik, maka harus mau memperlihatkan kebaikan dengan cara membuktikan kebaikannya, sehingga sedikit-demi sedikit kesucian jiwanya akan muncul, dan dengan demikian tergantilah keburukan dengan kebaikan.

Wallohu a'lam...



Sumber:
・ Al-Qur'an dan terjemahnya.
・ Miftahush Shudur, Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin.
・ Risalatul Misbah, Abdul Ghoets.

kembali ke postingan
This post has no comments - be the first one!







Copyright
2010 - 2012
www.ghoets68.jw.lt
Design By
Abdul Ghoets


ghoets68.jw.lt-Google pagerank and Worth