Dalam suasana bulan suci Ramadhan 1433 H dan menjelang Idul Fitri 1 Syawal 1433 H, kami Pengemban Amanah Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya dan segenap Keluarga Syaikh KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin ra. mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa semoga kita semua senantiasa dalam ampunan Allah swt. Serta menjelang Idul Fitri 1 Syawal 1433 H Pengemban Amanah Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya dan segenap Keluarga Syaikh KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin ra. mengucapkan “Minal ‘Aidin Walfaizin” mohon maaf lahir dan batin.
Menyikapi situasi yang berkembang dikalangan ikhwan/akhwat TQN Pondok Pesantren Suryalaya yang berkaitan dengan fenomena/issue tentang Mursyid sepeninggal Pangersa Abah Anom maka dengan ini kami permaklumkan dengan hormat kepada seluruh Wakil Talqin TQN Pondok Pesantren Suryalaya, Pengurus Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya (Korwil, Perwakilan dan Pembantu Perwakilan) dan seluruh Ikhwan/Akhwat TQN Pondok Pesantren Suryalaya, bahwa :
Pengemban Amanah Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Suryalaya secara tegas tidak mengakui pengakuan seseorang sebagai MURSYID Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya sepeninggal Pangersa Abah Anom karena sepanjang yang kami ketahui dari telaah dokumen ( Amanat, Maklumat Pangersa Abah Anom selaku Mursyid Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya ) sampai saat ini tidak ditemukan adanya bukti-bukti otentik adanya pelimpahan kemursyidan dari beliau kepada siapapun dan tidak ada penambahan Wakil Talqin baru sepeninggal beliau.
Selanjutnya apabila ada pengakuan sepihak dari seseorang yang mengaku sebagai Mursyid Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya sepeninggal Pangersa Abah Anom selaku Mursyid Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya maka kami Pengemban Amanah Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Suryalaya tidak turut campur pada urusan tersebut dan segala akibat yang timbul karenanya menjadi tanggungjawab yang bersangkutan. Sepeninggal Pangersa Abah Anom Selaku Mursyid Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya amaliah Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya yang selama ini kita amalkan, masih tetap berkembang di masyarakat tetap berjalan dan tidak terdapat perubahan artinya masih tetap sejalan dengan TANBIH wasiat Pangersa Guru Almarhum Syaikh H. Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra., Uqudul Jumaan, Mifathus Sudur, serta Maklumat dan Amanat Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya Syaikh H. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra.
Ikhwan/akhwat Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya masih terus berkembang terbukti dengan masih banyaknya para tamu yang datang ke Pondok Pesantren Suryalaya meminta Talqin dzikir dan mengamalkan amaliah Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, terutama dalam waktu Pengajian Manaqiban tiap tanggal 11 Hijriyah.
Bagi daerah–daerah yang Wakil Talqinnya atau Pembina di daerahnya telah meninggal dunia, Pembinaan kepada Ikhwan/akhwat masih tetap berjalan oleh Para Pembina, Pengurus Yayasan, Sesepuh Manaqib dan Khataman, Mubaligh/Mubalighah dari daerah lain yang terjangkau. Oleh karena itu para ikhwan/akhwat Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya hendaklah senantiasa tetap tenang, istiqomah melaksanakan amaliah Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya baik harian, mingguan, bulanan bahkan tahunan. Apabila terjadi penyimpangan sepeninggal Pangersa Abah Anom maka Abah tidak bertanggung jawab. sebagaimana ditegaskan dalam Maklumat Pangersa Abah Nomor : 03.PPS.V.2002 butir 5 yang berbunyi “ Agar tetap menjaga diri tidak berbuat yang bertentangan dengan petunjuk, pedoman, bimbingan dan pengajaran yang telah ditetapkan dalam amalan TQN Pondok Pesantren Suryalaya, baik dilakukan secara sendiri-sendiri maupun secara organisasi, bagi mereka yang melakukan penyimpangan atau perekayasaan terhadapnya maka Abah tidak ikut bertanggungjawab dan segala akibat yang ditimbulkan karenanya menjadi tanggungjawab orang yang bersangkutan”
Demikian himbauan ini kami sampaikan, semoga dapat diindahkan sebagaimana mestinya.
Selanjutnya kita berdo’a semoga kita senantiasa dapat melaksanakan amaliah Tareqat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya secara istiqomah, semoga kita diakui menjadi muridnya dan mendapat limpahan barokah dari Almukarom Pangersa Abah Anom serta Almukarom Pangersa Abah Sepuh serta karomah dari Tuan Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani qs. serta Syafa’at dari jungjunan kita Nabiyullah Muhammad Saw.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Suryalaya, 14 Ramadhan 1433 H
3 Agustus 2012 M
Disalin dan diposting ulang oleh Abdul Ghoets dari http://www.suryalaya.org
PONDOK PESANTREN SURYALAYA
Desa Tanjungkerta - Kecamatan Pagerageung 46
Telp. (0265) 454830-455801 Fax. (0265) 455830
IJMA WAKIL TALQIN TQN PONDOK PESANTREN SURYALAYA dan AHLI WARIS SYEKH MURSYID KH. AHMAD SHOHIBULWAFA' TAJUL ARIFIN ra. serta SYEKH ABDULLAH MUBAROK BIN NOOR MUHAMMAD ra.
TENTANG KLAIM KEMURSYIDAN KH. ABDUL GAOS SM dan PENDUKUNGNYA K.H. MUHAMMAD SHOLEH
Hari Minggu, Tanggal 15 September 2013 M / 9 Dzulqo'dah 1434 H
DASAR HUKUM DAN PERTIMBANGAN
1. SURAT PERNYATAAN No. 211.PPS.X.1998 dari KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin ra. selaku GURU MURSYID Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah sekaligus SESEPUH Pondok Pesantren Suryalaya yang telah menunjuk:
- KH Noor Anom Mubarok, BA,
- KH Zaenal Abidin Anwar, dan
- KH Dudun Noorsaiduddin Ar.
sebagai "PENGELOLA, PEMELIHARA DAN PELESTARI" Pondok Pesantren Suryalaya sekaligus "TEMPAT BERKONSULTASI BAGI MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN
DENGAN KEBIJAKAN LEMBAGA, FISIK BANGUNAN, PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN, DAN PEMBINAAN IKHWAN THARIQAT QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH PONDOK PESANTREN SURYALAYA".
2. MAKLUMAT SESEPUH PONDOK PESANTREN SURYALAYA Nomor : O1.PPS.V.2002 poin 5 yang berbunyi : "Menjaga diri agar tidak berbuat yang bertentangan dengan petunjuk, pedoman, tuntunan, bimbingan dan pengajaran yang telah ditetapkan dalam amalan Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, baik dilakukan secara sendiri-sendiri maupun secara organisasi, bagi mereka yang melakukan penyimpangan atau perekayasaan terhadapnya, maka Abah tidak ikut bertanggungjawab dan segala akibat yang timbul karenanya menjadi tanggung jawab orang yang bersangkutan."
3. IJMA PARA WAKIL TALQIN TQN PONDOK PESANTREN SURYALAYA Pada 40 Hari
Wafat Abah Anom yang MENERIMA DAN MENDUKUNG KEPEMIMPINAN KETIGA
ORANG TERSEBUT DI ATAS DAN SELANJUTNYA DISEBUT SEBAGAI PENGEMBAN AMANAH, sehingga dengan demikian tidak terjadi kekosongan kepemimpinan dan tidak diperlukan adanya pemimpin lain bagi Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.
4. Kesepakatan Keluarga dan Ahli Waris Syekh Mursyid KH. Ahmad shohibulwafa' Tajul Arifn ra. maupun Syekh Abdullah Mubarok bin Noor Muhammad ra. yang tetap berpegang pada semua Maklumat dan Pernyataan Abah Anom serta mendukung segala keputusan/ijma para Wakil Talqin Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.
MEMPERHATIKAN:
1. KH. Abdul Gaos SM., berdasarkan pengakuannya di berbagai ceramah dan buku/terbitan yang diedarkannya, atau oleh para pendukungnya, secara sepihak dan tanpa adanya bukti/saksi yang sah telah MENGAKU SEBAGAI MURSYID KE-38 THARIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH PONDOK PESANTREN SURYALAYA.
2. KH. Abdul Gaos SM., berdasarkan Kitab Uquudul Jumaan (Amalan Thoreqot Qadiriyah wan Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya), yang diterbitkan oleh CV. Wahana Karya Grafika (Bandung) secara illegal dan tanpa seijin Pondok Pesantren Suryalaya telah MENGUBAH AMALAN INTI THARIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH PONDOK PESANTREN SURYALAYA pada AMALAN DZIKIR HARIAN, DZIKIR KHATAMAN, TAWASSUL, DAN DAFTAR SILSILAH MURSYID.
3. KH. Abdul Gaos SM., dengan tindakan-tindakannya itu, telah MENYIMPANG DARI AJARAN WALI MURSYID TQN PONDOK PESANTREN SURYALAYA, MERUSAK AJARAN TQN PONDOK PESANTREN SURYALAYA, DAN MEMECAH BELAH IKHWAN THARIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH PONDOK PESANTREN SURYALAYA.
4. Semua perbuatan KH. Abdul Gaos SM. tersebut di atas didukung pula oleh H. Muhammad Sholeh dari Jakarta.
MENIMBANG
Perlu ada penyikapan tegas untuk mencegah terjadinya kekeliruan persepsi dan tindakan dari para ikhwan/akhwat Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, masyarakat luas, dan Pemelintah Republik Indonesia terhadap perbuatan KH. Abdul Gaos SM. dan KH. Muhammad Sholeh tersebut.
Maka, para Wakll Talqin Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya dan Ahli Waris Syekh Mursyid KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra. maupun Syekh Abdullah Mubarok bin Noor Muhammad ra. dalam pertemuan hari ini, Ahad 15 September 2013 M / 9 Dzulqo'dah 1434 H, telah berijma dan sepakat untuk :
MENETAPKAN DAN MEMUTUSKAN :
1. Tidak menerima pengakuan KH. Abdul Gaos SM. sebagai Mursyid ke-38 Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.
2. Tidak menerima pengakuan KH. Abdul Gaos SM. Sebagai Penerus Guru Mursyid Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya Syekh KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra.
3. Tidak lagi mengakui KH. Abdul Gaos SM. dan KH. Muhammad Sholeh sebagai Wakil Talqin Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.
4. Memerintahkan kepada KH. Abdul Gaos SM. dan KH. Muhammad Sholeh untuk tidak lagi menggunakan nama, simbol, serta segala atribut Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya dalam berbagai kegiatannya dan menarik semua buku dan terbitan (cetak maupun elektronik) yang mereka buat yang berkaitan dengan Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya terutama buku "Uqudul Jumaan" dan "Suryalaya Bukan Panggung Sandiwara".
5. Menyerukan kepada para ikhwan/akhwat Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, yang telah hilap mengikuti langkah keliru kedua orang tersebut karena berbagai keterbatasan Pengetahuannya, agar segera bertaubat dan kembali melaksanakan amaliah Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya yang sesungguhnya sebagaimana yang telah digariskan dan di amalkan oleh Pangersa Guru Mursyid Syekh K.H Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra. yang diterima dari Syekh K.H.Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra.
Keputusan ini ditandatangani di : Patapan Suryalaya Pada hari : Ahad, 15 September 2013 M / 9 Dzulqo'dah 1434 H Oleh :
2. Wakil Keluarga Syekh Mursyid Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pcsantren Suryalaya :
a. Ummi Hj. Yoyoh Sofiyah - (ditandatangani)
b. H. Didin Hidir Ar. - (ditandatangani)
c. H. Kankan Zulkarnaen TA - (ditandatangani)
d. H. Baban Ahmad Jihad S.B - (ditandatangani)
3. Wakil Keluarga Syekh KH. Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra. (Abah Sepuh) :
a. Rd. Djaja Suratmadja - (ditandatangani)
b. RH. Mamat Rahmat - (ditandatangani)
4. Para Wakil TQN Pondok Pesantren Suryalaya (daftar nama dan tanda tangan terlampir).
DAFTAR HADIR SILATURAHMI WAKIL TALQIN TQN PONDOK PESANTREN SURYALAYA
15 - 16 September 2013 M / 9 - 10 Dzulqo'dah 1434 H
1. KH. R. ABDULLAH SYARIF
2. HAJI ALI BIN HAJI MOHAMED
3. H. MOHAMED TRANG BIN ISSA - (ditandatangani)
4. HJ. MOHD. ZUKI AS SYUZAK - (ditandatangani)
5. USTADZ LUKMAN NULHAKIM - (ditandatangani)
6. KH. ZAENAL ABIDIN ANWAR
7. ABDUL GAOS SM - (DICORET)
8. KH. ZEZEN ZAENAL ABIDIN B.A. - (ditandatangani)
9. PROF. DR. H. JUHAYA S. PRAJA - (ditandatangani)
10. DRS. KH. ARIEF ICHWANIE A.S. - (ditandatangani)
11. KH. MOHAMMAD HELMI BASYAIBAN
12. KH. M. THOHA ABDURRAHMAN
13. KH. MUHAMMAD NUR FATAH
14. KH. AHMAD JAHRI ANWAR
15. SYEKH ABDUL LATIF DELI
16. USTADZ H. MANSUR BIN SALEH - (ditandatangani)
17. DRS. KH. WAHFIUDIN, MBA. - (ditandatangani)
18. PROF. DR. H. A. TAFSIR, MA
19. KH. BEBEN MUHAMMAD DABBAS - (ditandatangani)
20. KH. MIFTAH MINTARKAM - (ditandatangani)
21. KH. MOHAMMAD BUSYAERI - (ditandatangani)
22. HJ. ABD. MANAN BIN MUHAMMAD
23. KH. AHMAD SANUSI IBRAHIM
24. KH. MOCH. ALI HANAFIAH AKBAR - (ditandatangani)
25 KH. ISKANDAR ZULKARNAEN - (ditandatangani)
26. TGK. H. SULFANWANDI, S.Ag
27. TUN HAJI SAKARAN BIN DANDAI
28. H. MUHAMMAD SALEH - (DICORET)
29. KH. MIFTAHUL MANAN
30. DRS. H. ANHARI BASUKI, SU - (ditandatangani)
31. DRS. H. MUHAMMAD RUSFI, M.Ag
32 DRS. H. NUR MUHAMMAD SUHARTO - (ditandatangani)
33. KH. THOHIR ABDUL QOHIR - (ditandatangani)
34 USTADZ M. SIRODJUDDIN RUYANI - (ditandatangani)
35. USTDZ SHAIFUDIN MAULUP - (ditandatangani)
36. DRS. KH. SANDISI - (ditandatangani)
37. KH. AMIN ABDULLAH - (ditandatangani)
38. USTADZ KHOLIL SA'ID - (ditandatangani)
39. ABD. MANAF BIN ABIDALLAH - (ditandatangani)
40. H. FADLI MUNTAHI - (ditandatangani)
41. H. MAIMUN BUSTHAMI - (ditandatangani)
42. H. AHMAD ATHDRID SIRAJ - (ditandatangani)
43. H. SYAIFULLH,BA - (ditandatangani)
44. H. HASIM SANUSI - (ditandatangani)
45. Drs. KH. SYAKERANI NASERI - (ditandatangani)
46. MUZAKKI, s.Ag - (ditandatangani)
47. H. ABDURRAHMAN HASAN - (ditandatangani)
48. H. ACHMAD ZUHRI - (ditandatangani)
49. SAPRULLOH - (ditandatangani)
50. Drs. H. MALIKI THOHIR - (ditandatangani)
51. Drs. SYAMSURIJAL - (ditandatangani)
52. H. AAH ZAENAL ARIFIN - (ditandatangani)
53. H. ASEP SAMSURIZAL H.,S.Ag, M.SI - (ditandatangani)
"Adapun islam adalah menyelamatkan diri seseorang dari hukuman Allah, karena tujuan islam adalah keselamatan dan kedamaian".
Bagi orang yang ingin selamat dari hukuman Allah, tentu saja dia harus ta'at kepada perintah Allah dengan memaksakan diri untuk menjalankan perintah agama.
Akan tetapi untuk "memaksakan diri" dalam menjalankan perintah agama pun diperlukan hidayah dari Allah Ta'ala, dan untuk menghasilkan hidayah dari Allah Ta'ala maka diperlukan hati yang terbuka untuk mendapatkan hidayah tersebut, dan untuk membuka hati agar mendapatkan hidayah diperlukan dzikir (mengingat) Allah Ta'ala, karena tampa dzikir, hati tidak akan terbuka untuk mendapatkan hidayah, dan tanpa hidayah, akan sangat sulit untuk dapat memaksakan diri dalam menjalankan agama, sehingga tanpa dzikir kepada Allah, seseorang akan mendapatkan kecelakaan, yaitu disesatkan oleh Allah dari jalan kebaikan, sehingga selamanya ingkar kepada perintah agama.
"Apabila seseorang telah dibukakan hatinya oleh Allah kepada islam, maka baginya Cahaya Tuhannya, akan tetapi kecelakaanlah bagi orang yang lalai hatinya dari berdzikir kepada Allah, baginya kesesatan yang nyata". (Az-Zumar/39 : 22).
Dengan dzikir, seseorang terbuka hatinya untuk mendapatkan hidayah. Dengan hidayah, seseorang akan dapat memaksakan diri untuk menjalankan perintah agama. Dengan menjalankan perintah agama, seseorang akan diselamatkan oleh Allah dari kesesatan yang mencelakakan diri dari jalan kebaikan.
Dan bagi orang yang telah dapat memaksakan diri untuk menjalankan perintah agama, maka baginya rizki yang mengalir dan tidak terhalang oleh halangan apapun.
"Dan jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)". (Al-Jin/72: 16).
Belajar Secara Mendalam Tentang Islam
Kondisi rizki yang mengalir tanpa terhalang oleh apapun, adalah kondisi di mana seseorang telah "Memaksakan Diri (Kohrun Nafsi)" dalam melaksanakan perintah agama. Akan tetapi, dalam memaksakan diri untuk menjalankan perintah agama pun diperlukan kepahaman dalam ilmu agama, karena, bagaimana bisa seseorang menjalankan agama dengan tidak memahami apa yang dilakukannya, sehingga sangat diperlukan pula untuk belajar ilmu agama agar ketika menjalankan perintah agama, seseorang dapat melaksanakannya dengan benar sesuai dengan keinginan agama itu sendiri, lagipula, menuntut untuk belajar agama adalah salah satu kewajiban seorang hamba Allah.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim". (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu).
Sehingga, ketika sesorang telah memahami ilmu agama, maka dia akan dapat mengajarkannya lagi kepada orang lain yang memerlukan ilmu tentang agama, dan dengan seperti itu, yaitu beranting sambung menyambung dalam mengajarkan ilmu agama, maka agama akan tetap berlangsung, abadi sampai kepada hari kiamat dengan menghasilkan hakikat akhlak agama yang sesungguhnya, yaitu saling "berlaku baik" kepada sesama, bawahan, atasan dan kepada orang yang membutuhkan dan memerlukan.
"Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu". (HR. Thobroni).
Ilmu Agama Harus Dapat Diamalkan Dan Dirasakan Oleh Diri Sendiri (Adz-Dzauq)
Agama adalah jalan keselamatan dan kedamaian hidup apa bila mau memaksakan diri menjalankannya dengan mengetahui ilmunya dengan baik, serta mau menjalankan dan mengamalkannya sendiri, tidak cukup hanya diobrolkan dengan lisannya, tetapi dilaksanakan pula sekuat tenaga dengan anggota badannya, baik secara jismani, ruhani dan sekujur rasa pada jiwanya.
Agama itu harus diamalkan dengan berbagai methode (tarekat) untuk menjalankannya. Tanpa memakai methode atau tarekat dalam menjalankannya, agama itu hanya sebatas lisan dan hanya sekedar untuk disampaikan kepada orang lain, sementara dirinya sendiri tidak dapat mengamalkannya, sehinga baginya, agama tidak menjadi rahmat, malah sebaliknya menjadi laknat yang dapat mencelakakan dirinya sendiri.
"Sesungguhnya yang paling khusus pada Thoriqoh (menjalankan agama) ini adalah bahwa ia tidak dapat dicapai hanya dengan belajar, tetapi dengan dzauq (merasakan dan mengalami sendiri), dan Ahwal (berpindah dari keadaan spiritual ke tingkat yang lebih baik), dan mengganti sifat dari yang buruk ke sifat yang lebih baik. (Miftahush Shudur fasal 6, hal. 141)
Dalam pandangan Tarekat yang khusus menurut Imam Ghozali tersebut, agama tidak dapat dijalankan dengan sempurna selama seseorang tidak menjalankan tarekat secara khusus dengan methode yang diajarkannya, karena agama dapat tercapai bukan hanya dengan badan jasmani saja, tetapi dengan badan ruhani dan terasa sampai jiwanya, maka diperlukan mwthode Dzauq, yaitu merasakan gerak dzikir di dalam bathin sehingga dapat membuka hati untuk dapat menerima hidayah (petunjuk) dari Allah untuk menjalankan agama, karena tanpa dzikir kepada Allah, hati tidak dapat terbuka, dan apabila hati tidak terbuka, Allah tidak menurunkan hidayahnya, sehingha apabila tidak ada hidayah dari Allah, bagaimana seseorang merasa pentingnya agama, sehingga tidak ada upaya seseorang untuk menundukkan badan jismaninya untuk belajar mengetahui ilmu agama yang dapat menjalankan agamanya, dan apabila agama tidak dapat dijalankan karena kebodohannya, bagaimana mungkin seseorang dapat selamat di dunia dan di akhiratnya, karena tidak ada wadah yang dapat menyelamatkannya.
Oleh karena itu, untuk dapat menjalankan agama, harus dimulai dari dzikir yang dapat membukakan hatinya menerima ilmu dari Allah, sehingga agama dapat dijalankan dengan semestinya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hujjatul Islam:
"Sesungguhnya hati merupakan kunci untuk sampainya pengetahuan agama yang luhur, dan sesungguhnya adapun manusia apabila menyelam kedalam dirinya sendiri dan datang kepada hatinya sendiri, maka akan terbuka kepadanya sumber-sumber ilmu laduni dan pengetahuan yang suci". (Miftahush Shudur, Fasal 6, Hal. 145)
Memulai Kebaikan Sedini Mungkin Dengan Menjauhkan Diri Dari Sesuatu Yang Tidak Disukai (Al-Hal)
Selanjutnya, dalam menjalankan agama, diperlukan Self Control (mengontrol diri) dari sasuatu yang "tidak baik" menurut diri sendiri atau pun menurut agama, karena apabila seseorang tidak mau membuka hatinya dengan dzikir, maka tidak akan tahu hakikatnya "baik dan buruk (tamyiz)", maka secara otomatis bukan kebaikan yang akan diperbuatnya, akan tetapi keburukan-keburukan yang nampak pada dirinya, karena tidak dapat mengontrol diri, sehingga apapun dilakukan demi kepuasan nafsu dan syahwatnya. Dan apabila telah demikian, bagaimana seseorang dapat memulai sedini mungkin untuk dapat menjalankan agama, sebagaimana yang dimaksud oleh Imam Ghozali tentang konsep menjalankan agama, seperti yang diterangkan di atas, yaitu: Dzauq (merasakan sendiri), Al-Hal (memulai kebaikan sedini mungkin), dan tabadulli shoffat (memperlihatkan akhlak baik dan menyembunyikan akhlak buruk).
Memperlihatkan Akhlak Baik Dan Menyembunyikan Akhlak Buruk
Untuk dapat menjalankan agama sebagaimana mestinya, maka diperlukan akhlak yang baik, karena dengan mau dan peduli terhadap perintah agama adalah akhlak yang baik.
Sebagaimana dikatakan oleh Hujjatul Islam Imam Ghozali, sebagiannya dalam menjalankan agama adalah Tabadulli Shoffat, atau dalam artian "mengganti sifat yang buruk dengan sifat kebaikan". Akan tetapi masalahnya, bagaimana seseorang dapat mengganti sifat buruknya dengan sifat kebaikan, apabila dia tidak mau memperlihatkan kebaikan, karena dengan tidak ada kemauan untuk memperlihatkan kebaikan, maka sifat yang buruk di dalam diri seseorang tidak akan dapat diganti dengan sifat kebaikan, dan itulah kunci yang sesungguhnya agar seseorang dapat mengganti keburukannya dengan kebaikan.
Dikatakan dala Tanbih Syekh Abdullah Mubarok Bin Nur Muhammad rhodiyallohu 'anhu:
"Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian". (Tanbih)
Itulah kata kuncinya, yaitu agar seseorang dapat merubah sifat buruknya dengan sifat yang baik, maka harus mau memperlihatkan kebaikan dengan cara membuktikan kebaikannya, sehingga sedikit-demi sedikit kesucian jiwanya akan muncul, dan dengan demikian tergantilah keburukan dengan kebaikan.
Wallohu a'lam...
Sumber:
・ Al-Qur'an dan terjemahnya.
・ Miftahush Shudur, Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin.
・ Risalatul Misbah, Abdul Ghoets.
AGAMA ADALAH UNTUK DIRI SENDIRI BUKAN UNTUK ORANG LAIN
"Adapun agama adalah untuk diri sendiri, dan harus benar-benar dilaksanakan terlebih dahulu oleh diri sendiri sebelum diperintahkan kepada orang lain. Firman Allah: Apakah tidak punya akal kalian? Ke orang lain memerintah ini dan itu, sholat harus seperti ini dan seperti itu, sedangkan kamu hanya bermain-main saja...".
Terjemah Sunda:
AGAMA TEH KEUR DIRI SORANGAN LAIN KEUR BATUR
"Ari agama teh keur sorangan, keur naliti diri sorangan, jeung sing puguh gekgekannana samemeh ka batur. Dawuhan Allah: Sugan teu boga akal maneh teh, ari kabatur tunjak tunjuk itu-ieu, solat kudu kitu kudu kieu, ari manehna ngan gunduang-geundeuang bae...".
(11 Muharam 1391 H).
ARTINYA BISMILAH
"Apakah arti bismilah? Itu bukan hanya sekedar dibaca saja. Artinya: "Atas nama Allah". Awal dari segala-galanya. Oleh karena itu harus diutamakan ingat kepada-Nya. Jangan sembarangan. Bukankah kita segala bisa adalah dari-Nya? Bisa mencekal padi adalah dari-Nya. Malah yang dicekalnyapun dari-Nya pula. Pakailah bismilah. Syukur kalau dengan diucapkan, tidakpun harus atas dasar ingatnya hati atas nama Allah. Gunakan hati untuk selalu ingat kepada Allah. Itu tidak susah dan tidak berat".
Terjemah Sunda:
HARTINA BISMILLAH
"Naon hartina bismillah teh? Lain sakadar dibaca bae eta teh. Hartina: "Atas Nama Allah". Mimiti tina sagala-galana. Numawi kedah ditumankeun inget ka Anjeuna, ulah sambarangan, kapan urang sagala bisa teh ti Anjeuna. Bisa nyekek pare ti Anjeuna. Atuh nu dicekelna ge ti Anjeuna keneh. Parake bismillah teh. Sukur mun make diucapkeun, dina henteuna oge ku dasar inget ati atas nama Allah. Gunakan ati sing inget ka Allah. Teu hese teu beurat eta teh".
(11 Muharam 1391 H)
SEBABNYA MALAS
"Thoriqoh bukan merupakan tujuan, tetapi merupakan "usaha" untuk mencapai suatu keberhasilan agar mencapai tujuan. Adapun gerak (ibadah lahir) telah diajarkan oleh ilmu fiqh, tasawuf dan ushuluddin, sedangkan jiwa diobati oleh dzikir agar "kemauannya" timbul, sebab bukan tidak mampu untuk menggarap tani, menggarap dagang, bukan tidak ingin memberikan pertolongan kepada orang lain, tetapi "kemauannya" yang tidak ada dikarenakan sedang datang "malas". Apakah yang menyebabkan malas? Dikarenakan sedang ada godaan syetan dan bujukan nafsu. Adapun godaan syetan dan bujukan nafsu berada pada perut. Oleh karena itu dzikrullah berguna untuk memperhalus diri, untuk melepaskan "kemalasan", untuk mengajarkan diri agar menjadi manusia "yang mempunyai kemauan". Tanpa dzikir tidak akan bisa, dikarenakan manusia diarahkan untuk menta'ati Allah dan Rosul-Nya kepada arah "lillahi ta'ala". Itulah sebabnya nabi mengajarkan ketika kita akan memulai suatu pekerjaan yang baik harus diawali dengan membaca "bismillah". Setiap perbuatan yang baik apabila tidak diawali dengan membaca bismillah, maka perbuatan tersebut dianggap tidak berguna".
Terjemah Sunda:
PANGNA KEDUL
"Tarekat teh lain tujuan tapi "usaha" pikeun manggih hasil, supaya bisa nepi kana tujuan. Ari gerak mah parantos diwarah ku elmu fiqih, tasawuf jeung ushulludin, ari jiwana diomean ku dzikir supaya "daekna" aya, sabab lain teu bisa ngagarap tani, ngagarap dagang, lain teu hayang tutulung, tapi "daekna" nu euweuh, margi keur datang "kedul". Naon pangna kedul? Margi keur aya panggoda syetan pangwujuk nafsu. Ari panggoda syetan jeung pangwujuk nafsu ayana dina beuteung, nu matak dzikrullah teh guna keur ngaleuseuhkeun diri, keur ngalesotkeun ka "kedul", keur ngawarah salira supaya jadi manusa "daek". Tanpa ku dzikir moal tiasa, margi manusa bade disalurkeun numutkeun Allah sareng Rosulna kana arah lillahi ta'ala, numawi ku nabi diwarah di mana arek ngamimitian kana pagawean anu alus kudu dimimitian ku maca bismillah. Saban perkara laku anu hade lamun teu dimimitian ku maca bismillah eta mubadir".
(11 Muharam 1391 H)
DUNIA ADALAH KEBUN AKHIRAT
"Oleh Abah akan disampaikan salah satu hadits nabi, bahwa dunia adalah harus dipakai untuk persiapan bekal di akhirat, tanaman agar mendapatkan hasil di akhirat. Barang siapa yang tidak menanam di dunianya, maka di akhirat tidak akan mendapatkan hasil apa-apa. Adapun akhirat adalah dibagi dua. Yang terakhir adalah apa kata kita sekarang ini. Menanam singkong dari batang pohon yang hanya sejengkal, dan akhirnya batang pohon tersebut menjadi sepanjang ukuran dua tangan yang direntangkan, malah ada untuk ditanam kembali 10 batang, ditambah lagi pucuknya bisa dimasak, daunnya untuk makanan kambing, dan umbinya ada beberapa puluhnya. Lalu kurang apa lagi pemberian dari Tuhan? Adapun akhir harus lebih bagus daripada awal. Akhirat adalah lebih bagus daripada dunia".
Terjemah Sunda:
DUNYA TEH PEPELAKAN AKHERAT
"Ku Abah dihaturan hadits nabi, yen dunya teh kudu dipake pikeun bekel diakherat, pepelakan supaya meunang hasil di akherat. Sing saha nu teu pepelakan di dunya,
di akherat moal barang ala. Ari akherat teh dibagi dua. Nu akhir ceuk urang nu ayeuna. Melak sampeu tina tangkal nu ngan sajeungkal ari akhirna tangkal jadi sadeupa, aya keur pelakeun deui 10 tangkaleun, tambah deui pucukna bisa diseupan, dauna di ka embekeun, ari beutina aya puluhna. Naha kurang kumaha ti Pangeran? Ari akhir mah leuwih alus tibatan mimiti. Akherat teh leuwih alus tibatan dunya".
(11 Muharam 1391 H).
IKHLAS ADALAH ANTINYA SYETAN
"Dalam surat az-zumar ayat 2: "Ibadahlah engkau kepada Allah, iringi dengan ikhlas", itu merupakan perintah yang tegas, disebabkan syetan sangat takut kepada orang yang ikhlas. Syetan pernah menghadap kepada Allah: "Tuhanku, semoga aku diizinkan untuk selalu menggoda semua manusia yang berada di alam dunia ini, akan aku bawa ke arahku agar mereka tetap tidak beriman kepada Engkau". Syetan tersebut bukan tidak ma'rifat kepada Allah, mereka sangat mengetahui bahwa Allah mempunyai kekuasaan, mengetahui bahwa Allah adalah tunggal, malah mereka sudah pernah berdialog dengan Allah, hanya sedikit saja dosa mereka, yaitu "aba wastakbaru", mempunyai rasa sombong dan tidak mau menuruti perintah Allah, mempunyai perasaan dirinya adalah yang lebih baik dibandingkan dengan manusia.....permintaan syetan tersebut dikabulkan oleh Allah, hanya menurut syetan: "Adapun terhadap orang yang ikhlas, aku tidak berani". Nah, iya kan, takutnya syetan hanya oleh orang-orang yang ikhlas, bukan oleh orang yang pintar, bukan oleh orang kaya, bukan oleh haji, tapi oleh orang yang ikhlas.
Terjemah Sunda:
IKHLAS ANTINA SYETAN
"Dina surat Az-Zumar ayat 2: "Ibadah maneh ka Allah, barengan ku ikhlas", eta teh parentah nu tegas, sabab syetan teh sieuneun kunu ikhlas mah. Syetan kungsi unjukan ka Pangeran: "Gusti, mugi abdi diwidian keur mapaesan sakumna manusa nu di alam dunya ieu bade dibawa ka arah abdi supaya manehna tetep teu iman ka Allah". Eta syetan teh lain teu ma'rifat ka Gusti Allah, nyahoeun yen Allah boga wewenang, nyahoeun yen Allah teh tunggal, malah make geus dialog (ngobrol) jeung Allah, ngan saeutik bae dosana teh, nyaeta "aba wastakbaru", boga rasa gumede jeung noda embung nurut kana parentah Allah, boga rasa leuwih alus tibatan manusa...pamenta syetan teh diwidian ku Gusti Allah, ngan ceuk syetan teh: "Ari ka jalmi nu ikhlas mah abdi teh teu wantun". Tuh geuning sieuneunana syetan teh ku mukhlisin, lain kunu pinter, lain kunu beunghar, lain ku haji, tapi geuning kunu ikhlas".
(11 Muharam 1391 H)
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
"Jangan suka menghilangkan jasa pemberian orang lain dan jasa kebaikan lainnya. Kita mengetahui "alif" dari siapa? Kita mengetahui "be", mengetahui "jim", mengetahui ayat-ayat Quran dan mengetahui hadits bukankah dari Guru, dari teman. Oleh karena itu Allah berfirman: "Sungguh celaka manusia, di mana saja, sedang apapun, sedang bekerja apapun, apabila belum bisa berhubungan dengan Allah khususna, belum bisa memperlihatkan pergaulan dengan urusan manusia umumnya", ternyata apabila ditafakuri, kita ini belum mampu berpisah dengan yang lain".
Terjemah Sunda:
HUBUNGAN ANTARA URANG
"Ulah sok ngaleungitkeun tapak pamere batur, tapak jasa. Urang nyaho alif ti saha? Urang make terang be, terang jim, terang ayat-ayat Quran, terang hadits kapan ti Guru, ti babaturan. Numawi dawuhan Allah: "Kacida cilakana munusa, di mana bae, keur kumaha bae, keur gawe naon bae upama can bisa hubungan ka Allah khususna, can bisa nembongkeun bergaul jeung urusan manusa umumna". Sihoreng ari ditafakuran mah urang teh can papisah jeung nu sejen".
(11 Muharam 1391 H)
BERMUSUHAN MENGHILANGKAN BEKAS DZIKIR
"Ingat, jangan sombong karena punya thoriqoh, merasa bangga karena sudah belajar thoriqoh dan sudah melaksanakan dzikir, tapi hasilnya tidak digunakan. Kalau begitu, mana hasilnya dzikir kalau masih suka bermusuhan saja. Kalau sudah bisa dzikir tidak ada lagi pekerjaan yang lain kecuali selalu berdamai, akur, seiring-sejalan, mengamalkan tanbih. Dengan siapa lagi kita akan seiring-sejalan kalau bukan dengan teman-teman.....jangan hanya sekedar yang di sini saja yang kita anggap sebagai teman, tapi kupiah yang kita pakai ini kan hasil karya yang lain semuanya juga, masa sih kita tidak mau memperlihatkan rasa berterimakasih? Oleh karena itu sangat penting kita mau bersyukur kepada Allah".
Terjemah Sunda:
PAPASEAAN NGALEUNGITKEUN TAPAK DZIKIR
"Kade ulah angkeuh pedah geus boga tarekat, ngarasa senang pedah geus ngalap tarekat jeung geus ngalakukeun dzikir tapi hasilna teu digunakeun, atuh mana balukarna hasil dzikir eta upama masih keneh resep papaseaan bae mah. Upama geus bisa dzikir mah teu aya deui pagawean teh iwalti "repeh", sing akur, sing saluyu, amalkeun tanbih. Jeung saha atuh urang rek nyieun kasaluyuan jeung kaakuran ari lain jeung babaturan mah....ulah ngan sakadar nu didieu bae nu dianggap babaturan teh, tapi kopeah ieu teh beubeunangan batur sadaya oge, piraku urang teu bade nembongkeun karumaosan. Numawi teu kinten pentingna kersa syukuran ka Allah teh".
(11 Muharam 1391 H)
AWALI DENGAN MEMBACA NIAT
"Sabda Nabi yang dikutip oleh Imam Syafi'i: Apabila akan melakukan sesuatu, terutama pada pekerjaan yang diharuskan dalam agama, harus diucapkan niat; nawaitu...fardu...lillahi ta'ala...dan seterusnya. Adapun yang sunnat, yang boleh, semuanya juga lillahi ta'ala. Malah oleh Imam Syafi'i membaca niat hukumnya sunnat, agar kita benar-benar merasakan tetap pada rel lillahi ta'ala, apabila keluar dari itu malah menjadi kusut.
Tarjamah Sunda:
MIMITIAN KU NGUCAPKEUN NIAT
"Dawuhan nabi nu dikutip ku imam Syafi'i: Di mana rek ngalakukeun hiji perkara, terutama dina bidang fardu, kudu make diucapkeun "niat", nawaitu...fardu...lillahi ta'ala...jeung saterusna. Ari nu sunnat, nu wenang, kabeh ge lillahi ta'ala. Malah ku Imam Syafi'i mah maca niat teh hukumna sunnat, supaya urang bener-bener rasa cicing dina rel lillahi ta'ala, lamun nyingkah ti dinya malah pakojot".
(11 Muharam 1391 H)
MERASA DIHASILKAN OLEH DIRI SENDIRI
Seandainya kita tidak mengaitkan diri, tidak mengaitkan pikir, tidak mengaitkan rasa terhadap Tuhan, itu adalah tanda kita mempunyai rasa bahwa seolah-olah kita adalah dihasilkan oleh diri sendiri. Apakah kita menyimpan saham untuk membuat kita? Apakah ada yang membantu membuat kita? Apakah ada yang ikut mengadakan rambut? Ikut mengadakan mata? Ada mata dengan melihatnya, bisa mengedipnya. Ada telinga dengan bisa mendengarnya. Ada hidung dengan bisa mengendusnya. Adanya manusia ternyata kita sesungguhnya tidak membantu apa-apa, tidak menitipkan, tidak menambahkan, tidak membantu apa-apa kepada Allah swt.
Terjemah Sunda:
RASA SAGALA RUPA MEUNANG SORANGAN
Upama urang teu ngaitkeun diri, teu ngaitkeun pikir, teu ngaitkeun rasa ka Pangeran, eta teh boga rasa yen urang teh beunang urang sorangan. Naha milu ngamodal nyieun urang? Aya nu mantuan nyieun urang? Naha aya nu milu ngayakeun rambut? Milu ngayakeun panon? Aya panon dibarengan bisa ningalina, bisa ngiceupna. Aya cepil dibarengan bisa ngadanguna. Aya pangambung dibarengan bisa ngangseuna. Ayana manusa sihoreng urang mah teu mantuan nanaon, teu nyampuran, teu nambahan, teu ngabantu nanaon ka Gusti Allah.
(11 Muharam 1391 H)
KEGELAPAN DAN CAHAYA
"Yang disebut dengan "kegelapan" (zhulimat) adalah: kesalahan, kejahatan, ketidak benaran, penyelewengan, sifat fasiq, munafiq, kejam, iri, gampang menyerah, gampang marah, ujub, riya, takabur, fanatik, pendendam, dan susah diatur. Sedangkan "cahaya" adalah penerang manusa yang berada di alam terang, seperti: bersahabat, penyayang, dermawan, rajin dan sungguh-sungguh dalam kebaikan, mengabdi terhadap agama dan negara."
Terjemah Sunda:
POPOEK JEUNG CACAANG
"Ari nu disebut popoekna (zhulimat) teh nyaeta: kasalahan, kajahatan, kateubeneran, panyelewengan, sifat fasek, munafek, deleka culika, sirik pidik hiri dengki, teu payaan, teu kaopan, ujub, ria, takabur, fanatik, dendam, sulit berewit. Sabalikna tina popoekna nyaeta cahaya manusa nu aya dina alam caang saperti: akur, nyaah, mere maweh, getol jeung enya-enya kana kaalusan, ngawula ka agama jeung nagara."
(11 Muharam 1391 H)
TANDA ORANG BERIMAN
"Walaupun kita mengaku bahwa kita ini adalah beriman, tetapi harus jelas terlihat pada kelakuan kita, apakah sesua kelakuan kita dengan orang yang beriman? Tandanya orang yang benar dalam imannya adalah akan terlihat pada dirinya hasil dari usahanya menghilangkan kegelapan kepada cahaya, yaitu: terhadap atasan menurut, terhadap orang sepantar tidak bermusuhan, terhadap bawahan tidak menghina, dan terhadap fakir-miskin pengasih dan penyayang."
Terjemah Sunda:
"Sanajan urang ngaku yen urang teh iman, namung kedah katingali gerak-gerikna, naha saluyu gerak-gerik kieu teh jeung jalma iman? Cirina jalma nu bener-bener iman mah bakal nembongkeun diri aya balukarna, ngaleungitkeun tina popoek kana cacaang, nyaeta ka saluhureun akur, ka sasama teu pasea, ka sahandapeun teu ngahina, ka fakir miskin daek welas asih."
(11 Muharam 1391 H)
TANDANYA SEDANG DIPIMPIN OLEH ALLAH
"Coba teliti, apakah kita ini sudah terlihat berada dalam kebenaran, saling menghargai, saling menyayangi? Apabila sudah terlihat telah berada pada lingkungan tersebut, itu adalah bertanda kita telah berada dalam golongan yang dipimpin oleh Allah swt, artinya Allah swt menjaga keadaan manusia yang beriman."
CIRINA JALMA ANU DIPINGPIN KU PANGERAN
"Cik taliti naha geus tembong urang aya dina kasaean, aya dina kahadean, silih hargaan, silih pikanyaah? Upama bae geus tembong aya dina lingkungan eta, eta teh tandana urang geus aya dina golongan nu dipingpin ku Allah swt, hartina Gusti Allah naliti kana kaayaan manusa iman."
(11 Muharam 1391 H)
TANDANYA SEDANG DIPIMPIN OLEH THOGUT (SYETAN)
"Thogut adalah bahasa arab. Menurut mufasirin artinya adalah "tempat-tempat berhala". Tetapi menurut istilah arab artinya adalah "setiap ajakan kepada permusuhan, ajakan kepada pemberontakan, ajakan kepada ketidak benaran, ajakan kepada ketidak beresan adalah thogut." jadi ketika kita mengajak kepada ketidak benaran artinya sedang dipimpin oleh thogut."
Terjemah Sunda:
CIRINA KEUR DIPINGPIN KU THOGUT (SYETAN)
"Thogut teh basa Arab. Ari numutkeun ahli mufasirin mah hartosna: 'tempat-tempat berhala'. Namung upami numutkeun istilah Arab mah hartosna: 'saban-saban nu nyandak pasea, nu ngajak barontak, nu ngajak teu bener teu beres, eta teh thogut'. Jadi dimana urang ngajak-ngajak teu bener teh nyaeta keur dipingpin ku thogut."
(11 Muharam 1391 H)
CARA AGAR DIPIMPIN OLEH ALLAH
"Bagaiman caranya agar kita selamanya berada dalam pimpinan Allah? Tiada lain kecuali tetap diisi dengan mengingat kepada Allah."
Terjemah Sunda:
"Kumaha tarekahna supaya urang salamina aya dina pingpinan Allah? Teu aya sanes
iwalti tetep dieusi ku inget ka Allah."
(11 Muharam 1391 H)
MENJAGA NAFSU DAN SYETAN
Mengerjakan Thoriqoh ada cara yang dilisankan dan diingatkan, sebagaimana yang disebut dengan Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah yang oleh kita telah digunakan, agar dapat menjaga diri dari pengaruh-pengaruh dari luar yang ingin memalingkan tujuan dan perbuatan, dengan cara ditutup oleh dzikir, yang dimisalkan kalau pada pintu itu harus secepatnya dikunci jangan terus dibuka.
Adapun pengaruh dari luar yang ingin masuk kedalam adalah syetan, dan yang di dalam ingin keluar adalah nafsu. Yang dua ini selalu ingin menyatu, serta di mana telah dapat bersatu akan mempunyai peranan yang sangat penting untuk memerintah kepada manusia, yang akan berakibat semaunya.
Kita harus takut akan akibat seperti ini, maka gunakanlah dzikrulloh dengan ucapan dan ingatan agar dapat membendungnya.
Tejemah Sunda:
NGAJAGA NAFSU JEUNG SETAN
Migawe torekat teh aya cara nu dilisankeun jeung diemutkeun, sakumaha nu disebut Thoreqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah nu ku urang geus dipake, supaya ngajaga diri tina pangaruh-pangaruh ti luar rek asup kajero jeung pangaruh nu di jero nu rek mengparkeun tujuan jeung kalakuan. Nya ditutup ku dzikir, mun panto mah sagancang-gancangna dikonci ulah terus bae dibukakeun.
Ari pangaruh luar nu rek kajero nyaeta setan, nu di jero rek kaluar nyaeta nafsu. Ieu nu dua rupa teh hayang ngahiji, sarta di mana ngahiji sok boga peranan penting pikeun marentah manusa, nu matak sok sakadaek-daek.
Kudu sieun urang teh, pek gunakeun dzikrulloh anu ku lambey sareng ku emutan supaya ngabendung.
***
11 Muharam 1391
Sumber:
20 Wejangan Guru Mursyid Abah Anom - Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
NAFSU YANG DI DALAM
Adapun nafsu yang di dalam yaitu lathifah yang tujuh.
Yang harus diperhatikan benar-benar yaitu nafsu Amarah dan Lawamah.
Amarah yang menjadi ketentuan dalam menjatuhkan hukum (memvonis). Bukankah adakalanya kita ini baik terhadap istri, tapi pada waktu itu pula ditampar istri kita tersebut. Adapun Lawamah ada mendingnya, yaitu suka dipikir-pikir dulu bulak-balik, tapi semuanya juga jelek. Untuk menutupi itu semua, ya harus menggunakan dzikir yang berada di dalam (ingat kepada Allah). yang di dalam ditutup, yang di luar dihalangi, akhirnya seperti yang main bola menggelinding kesana kemari mencari lobang.
Terjemah Sunda:
NAFSU NU DI JERO
Ari nafsu nu di jero nyaeta latifah nu tujuh. Anu kudu diamat-amati pisan nyaeta nafsu amarah jeung lawamah.
Amarah nu ngajadikeun katangtuan, ngajatuhkeun hukum (vonis). Kapan aya kalana harita urang bageur kapamajikan, tapi harita keneh dicabok eta bojo teh. Ari lawamah aya mendingna, nyaeta sok dipikir heula bulak-balik, nanging sadayana ge awon. Kanggo nutupan eta sadaya, nya digunakeun dzikir di jero (inget ka Alloh). Nu ti jero dituup, di luar kapegat, nya saperti nu maen bal, garalang gorolong rek neangan liang.
11 Muharam 1391
***
Sumber:
20 Wejangan Guru Mursyid Abah Anom - Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
MEMBENTENGI SYETAN
Firman Allah dalam hadits qudsi:
"Kalimat la ilaha illallah adalah benteng-Ku, barang siapa yang masuk ke dalam benteng-Ku, maka akan Aku selamatkan dari azab-Ku".
Oleh karena itu kalimat tersebut harus dibentengkan, bukan hanya sekedar dituliskan saja, disimpan di atas pintu dijadikan lafadz, di mana letaknya bisa bermanfaat untuk kita? Seperti kita punya pusaka dari nenek moyang yang bagus dan mahal harganya, tetapi apabila hanya sekedar disimpan di dalam lemari, apa manfaatnya? Memang ada manfaatnya, yaitu kita jadi ingat kepada nenek moyang, tetapi manfaat yang sesungguhnya itu tidak ada, karena tidak bisa dipakai untuk sekedar mengiris bawang atau membelah kayu dikarenakan memang tumpul. Seperti kita punya cangkul 80 buah tetapi sekedar disimpan di dalam gudang, tentunya tidak akan ada hasilnya dikarenakan tidak dicangkulkan.
Terjemah Sunda :
NGABENTENGAN SYETAN
Dawuhan Allah dina hadits qudsi:
"Kalimah laa ilaahha illalloohh teh benteng kami, sing saha anu asup kana benteng Kami, baris salamet tina azab Kami".
Nu matak eta kalimah teh dibentengkeun, lain ngan saukur dituliskeun bae, diteundeun dina luhur panto dijieun lapad, palebah mana bisa napelna ka urang?
Saperti urang boga pusaka ti karuhun nu alus jeung mahal hargana, mun ngan diteundeun dina lomari naha naon mangpaatna? Aya eta mangpaatna nyaeta jadi inget ka karuhun, tapi mangpaat anu sakumna mah teu aya, da teu bisa dipake nyiksik bawang atanapi narok suluh, dapuguh mintul. Saperti urang boga pacul 80 siki ngan ukur digudangan, kapan moal boga hasilna, da teu dipaculkeun.
11 Muharam 1391
***
Sumber:
20 Wejangan Guru Mursyid Abah Anom - Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
ABDUL GHOETS
Banyak sekali hal yang perlu kita benahi, dari setiap sudut kehidupan kita. Salah dan benar hanya sebuah penilaian atas dasar pengetahuan yang dimiliki, yang hakikatnya sangatlah sedikit kita memahaminya. Kita tidak tahu, siapakah diri kita ini hari esok. Kita hanya berjalan mengikuti alur takdir. Oleh karena itu mulailah kita melangkah, berjalan di antara benar dan salah, di antara siang dan malam, di antara atas dan bawah, di antara suka dan duka, sampai kita memejamkan mata.
Sumber: madrasah@suryalaya.org
Ingin Dapat Uang Ketika Berinternet?
Kami siap membantu anda untuk mendapatkannya!